Perjalanan IHSG saat Panik Covid-19, Sentuh Titik Terendah hingga Berhasil Bangkit
Bulan Maret 2020 bisa dibilang situasi kelam perjalanan IHSG selama masa pandemi karena IHSG menyentuh titik terendahnya. Tapi kini, indeks kembali bangkit.
IDXChannel - Masih melekat dalam ingatan bagaimana pandemi Covid-19 menggoyang ekonomi dunia. Pagebluk tersebut telah memantik rentetan krisis, mulai dari krisis kesehatan hingga merembet kepada krisis ekonomi, termasuk di sektor keuangan.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kena ‘getahnya.’ Kala virus Covid-19 menerjang di periode Maret 2020, indeks bursa saham Tanah Air mengalami pukulan berat. IHSG rontok dari level 6.300 pada awal 2020 menjadi 3.937 pada 24 Maret 2020 dan menjadi titik terendah sepanjang 2020.
Bahkan Bursa Efek Indonesia (BEI) mengambil langkah menghentikan perdagangan saham sementara (trading halt) akibat IHSG turun tajam lima persen.
Pembekuan sementara ini merupakan kebijakan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang memerintahkan BEI untuk melakukan penghentian perdagangan selama 30 menit apabila IHSG merosot lima persen atau lebih guna meredam kepanikan investor.
IHSG Perlahan Bangkit
Bulan Maret 2020 bisa dibilang situasi kelam perjalanan IHSG selama masa pandemi. Sebab, IHSG bergerak sangat volatil.
Pemerintah, BEI, dan OJK tidak tinggal diam dengan gejolak perekonomian dalam negeri. Seiring dengan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), pemerintah menyediakan berbagai stimulus ekonomi. BEI pun melakukan penyesuaian berbagai regulasi.
Yaitu, perpanjangan batas waktu penyampaian laporan tahunan emiten dari tanggal 30 April menjadi tanggal 30 Juni, pelaksanaan RUPS Tahunan emiten yang seharusnya dilakukan paling lambat tanggal 30 Juni menjadi tanggal 31 Agustus.
Aturan lainnya, perubahan ambang batas auto rejection dan mekanisme pre-opening, relaksasi atas kewajiban penyampaian laporan kegiatan perusahaan efek, dan lainnya. Sehubungan dengan diberlakukannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), BEI juga memudahkan Anggota Bursa untuk menerapkan work from home (WFH) dengan menggunakan internet dan cloud.
Di samping itu, BEI memberikan dukungan penyediaan infrastruktur teknologi informasi kepada Anggota Bursa. Bursa memberikan potongan 50 persen atas pembayaran biaya pencatatan awal saham dan/atau biaya pencatatan saham tambahan.
Hasilnya, IHSG perlahan kembali bangkit meski masih diwarnai fluktuatif dengan pergerakan di level 4.000-an sampai 5.000-an hingga kuartal keempat 2020. Tepat pada Oktober, IHSG mulai rebound dan kembali ke area 6.000.
Berkat kebijakan regulator, investor saham mulai berbalik ke arah positif. Sentimen lainnya yang membuat IHSG kembali moncer, di antaranya pengesahan Undang-undang (UU) Cipta Kerja dan prospek vaksinasi untuk Covid-19.
RI Masih Jadi ‘Raja IPO’ di ASEAN saat Covid-19 Melanda
Di tengah kekhawatiran masyarakat terhadap ganasnya Covid-19, minat perusahaan untuk masuk ke pasar modal tidak surut. Hingga 30 Desember 2020, sebanyak 51 perusahaan yang melakukan penawaran saham perdana (Initial Public Offering/IPO) dan mencatatkan saham di BEI.
Sampai dengan saat itu, terdapat 713 perusahaan yang mencatatkan sahamnya di BEI. Indonesia pun masih menjadi Bursa dengan jumlah IPO terbanyak di ASEAN.
Aktivitas perdagangan BEI pada tahun 2020 juga mengalami peningkatan ditopang bergairahnya online trading selama masa pandemi. Ini tercermin dari kenaikan rata-rata transaksi perdagangan harian pada periode tersebut sebesar 1,14 persen menjadi Rp9,21 triliun. Pada tahun sebelumnya mencapai Rp9,11 triliun.
BEI juga mencatat kenaikan frekuensi perdagangan sebanyak 677 ribu transaksi harian atau 44,50 persen di 2020, dibandingkan dengan 469 ribu transaksi harian pada 2019.
Capaian tersebut seiring dengan peningkatan jumlah investor saham, reksa dana dan obligasi pada akhir 2020 menjadi 3,88 juta investor SID. Sementara di akhir 2019, mencatatkan jumlah 2,48 juta investor SID.
IHSG Bersinar di 2021 hingga saat ini
Penguatan IHSG terus berlanjut walaupun Indonesia dan seluruh dunia masih dibayangi pandemi Covid. IHSG naik 10,4 persen mencapai level 6.600,68 pada 29 Desember 2021 dibanding posisi per Desember 2020.
Pertumbuhan IHSG tersebut bahkan sempat menembus rekor baru, yakni di level 6.723,39 pada 22 November 2021, melampaui IHSG sebelum terjadinya pandemi. Sementara itu, kapitalisasi pasar pada 29 Desember 2021 mencapai Rp8.277 triliun atau naik hampir 18 persen dibandingkan posisi akhir 2020 sebesar Rp6.970 triliun.
Rata-rata Nilai Transaksi Harian (RNTH) tercatat di angka Rp13,39 triliun atau naik lebih dari 45 persen dibanding posisi akhir 2020, yakni Rp9,2 triliun.
Selanjutnya, frekuensi transaksi harian juga telah mencapai angka 1,29 juta kali transaksi atau naik 91 persen dibandingkan akhir 2020 dan merupakan nilai tertinggi jika dibandingkan dengan Bursa di kawasan ASEAN sepanjang tiga tahun terakhir. Dan hingga 30 Desember 2021, telah terdapat 54 perusahaan tercatat yang melakukan IPO.
IHSG di periode 2023, tercatat sudah menguat 0,92 persen secara year to date. IHSG sudah menyentuh level 6.800-an, di mana kapitalisasi pasar BEI tembus lebih dari Rp10 ribu triliun.
(FAY)