MARKET NEWS

Perluas Portofolio EBT, PGN (PGAS) Kembangkan Biometana di Sumsel

Rahmat Fiansyah 06/11/2025 15:08 WIB

PT Perusahaan Gas Negara Tbk atau PGN memperluas portofolio baru di sektor energi terbarukan dengan mengembangkan proyek biometana.

PT Perusahaan Gas Negara Tbk atau PGN memperluas portofolio baru di sektor energi terbarukan dengan mengembangkan proyek biometana. (Foto: Dok. PGN)

IDXChannel - PT Perusahaan Gas Negara Tbk atau PGN memperluas portofolio baru di sektor energi terbarukan (EBT) dengan mengembangkan proyek biometana (biomethane). Dalam proyek ini, PGN memanfaatkan limbah dari pabrik minyak kelapa sawit atau POME (Palm Oil Mill Effluent) untuk menghasilkan biogas. 

Sejalan dengan itu, emiten berkode PGAS itu mulai membangun titik injeksi (injection point) di Pagardewa, Sumatera Selatan (Sumsel). Fasilitas ini adalah titik di mana biometana “disuntikkan” ke dalam jaringan gas bumi, sehingga dapat digunakan sama seperti gas bumi untuk rumah tangga, industri, ritel, hingga transportasi darat.

“Proyek biomethane akan memperluas portofolio PGN di sektor energi terbarukan dengan menyediakan produk untuk dekarbonisasi. Selain itu, akan membuka peluang bagi PGN untuk mendapatkan pendapatan baru sekaligus memperkuat peran PGN dalam transisi energi serta mendukung pencapaian target ESG perusahaan,” ujar Direktur Utama PGN, Arief Kurnia Risdianto di Jakarta, Kamis (6/11/2025).

PGN merencanakan penyediaan biometana pada fasilitas terbaru itu bisa menampung volume gas sekitar 1,2 BBTUD.  Adapun Injection Point di Pagardewa terdiri atas Pressure Reducing System (PRS) yang juga dapat digunakan sebagai titik injeksi sumber pasokan lainnya, misalnya coalbed methane (CBM), stranded gas dan sumber pasokan lainnya. 

Arief menambahkan, proyek ini diinisiasi berdasarkan potensi Indonesia untuk memproduksi biometana dari limbah pabrik kelapa sawit. Biometana juga menjadi solusi modern dalam pengelolaan limbah organik menjadi renewable energy. 

Pengelolaan limbah ini dinilai penting karena apabila tidak diolah dengan optimal, maka dapat menimbulkan pencemaran lingkungan dan berkontribusi terhadap pemanasan global. Proyek ini berpotensi memberikan kontribusi pada reduksi emisi GRK sebesar 29.688 ton-CO2e per tahun (konversi bahan bakar) dan 204.867 ton-CO2e per tahun (methane capture dari POME).

“Di Pulau Sumatera terdapat banyak pabrik pengolahan minyak kelapa sawit dan PGN telah memiliki jaringan infrastruktur gas bumi eksisting di wilayah tersebut, dalam hal ini Pipa Transmisi SSWJ dan Stasiun Kompresor Gas Pagardewa, sehingga PGN mengupayakan untuk pengembangan biomethane,” ujar Arief. 

Dia menambahkan, kehadiran biometana diharapkan dapat menjadi langkah inovatif dalam rangka meningkatkan ketersediaan energi yang ramah lingkungan dan energi terbarukan untuk masyarakat. Proyek ini juga diharapkan dapat mendorong diversifikasi sumber energi di Indonesia dan memperkuat upaya pemerintah dalam hal dekarbonisasi, meningkatkan ketahanan pasokan gas domestik dan mendukung target bauran energi dan berkelanjutan.

>

(Rahmat Fiansyah)

SHARE