Permintaan Melemah, Harga CPO Turun Lebih dari 1 Persen
Harga minyak sawit alias crude palm oil (CPO) berjangka (futures) Malaysia ambles 1,4 persen ke level MYR3.863 per ton pada Selasa (21/5/2024).
IDXChannel - Harga minyak sawit alias crude palm oil (CPO) berjangka (futures) Malaysia ambles 1,4 persen ke level MYR3.863 per ton pada Selasa (21/5/2024).
Melansir Trading Economics, harga minyak sawit sudah meningkat MYR142 per ton atau 3,82 persen sejak awal 2024, menurut perdagangan contract for Difference (CFD) yang melacak pasar acuan untuk komoditas ini.
Secara historis, harga CPO sempat mencapai angka tertinggi sepanjang masa yaitu MYR7.268 per ton pada Maret 2022. (Lihat grafik di bawah ini.)
Secara bulanan, harga CPO tergerus 1,95 persen dan secara mingguan menguat 1,28 persen.
Harga minyak sawit berjangka Malaysia terbebani oleh penurunan ekspor produk minyak pada Mei.
Ekspor minyak sawit Malaysia pada 20 hari pertama bulan Mei dilaporkan turun 8 persen dari bulan sebelumnya menjadi 768.228 ton, berdasarkan data surveyor kargo Intertek Testing Services (ITS).
Melansir Reuters (21/5), kontrak acuan minyak sawit FCPOc3 untuk pengiriman Agustus di Bursa Malaysia Derivatives Exchange juga ditutup turun MYR58 atau 1,48 persen, pada MYR3.863 (USD822,26) per metrik ton.
Di samping itu, Anilkumar Bagani, kepala penelitian di Sunvin Group, sebuah broker minyak nabati yang berbasis di Mumbai mengatakan, ekspektasi kenaikan tajam dalam produksi juga membebani harga.
Surveyor kargo Societe Generale de Surveillance (SGS) memperkirakan ekspor produk minyak sawit Malaysia untuk 1-15 Mei sebesar 426.947 metrik ton, menurut data LSEG.
Malaysia juga telah mempertahankan pajak ekspor minyak sawit mentah pada Juni sebesar 8 persen. Otoritas terkait juga menurunkan harga referensi menjadi MYR3.956,06 per ton untuk Juni, dibandingkan dengan MYR4.273,93 pada Mei, berdasarkan surat edaran di situs web Dewan Minyak Sawit Malaysia.
Selain itu, sejumlah harga minyak saingan CPO, seperti minyak kedelai di Chicago Board of Trade BOc2 turun 1,3 persen.
Panen kedelai di negara bagian Rio Grande do Sul yang dilanda banjir mencapai 85 persen dari luas wilayah, naik dari 78 persen pada minggu lalu, menurut lembaga tanaman Emater.
Sementara harga minyak mentah dunia juga turun lebih dari USD1 pada Selasa (21/5). Ini memperpanjang kerugian akibat ekspektasi investor bahwa inflasi AS yang berkepanjangan dapat mempertahankan suku bunga lebih tinggi lebih lama, sehingga menekan permintaan konsumen dan industri.
Masa depan minyak mentah yang lebih lemah biasanya menjadikan kelapa sawit sebagai pilihan yang kurang menarik untuk bahan baku biodiesel.
Harga minyak sawit diprediksi bisa naik ke kisaran MYR4.002 hingga MYR4.025 per metrik ton di tahun ini. (ADF)