Perusahaan ERP China Ekspansi ke RI, Gandeng IOTF Jadi Mitra Strategis
PT Sumber Sinergi Makmur Tbk (IOTF) bekerja sama dengan Kingdee International Software Group Co. Ltd.
IDXChannel - Produsen GPS Tracker merek Fox Logger, PT Sumber Sinergi Makmur Tbk (IOTF) bekerja sama dengan Kingdee International Software Group Co. Ltd.
Kingdee merupakan perusahaan perangkat lunak enterprise resource planning (ERP) di China dan pesaing utama SAP, serta Oracle di pasar global. Kingdee adalah emiten yang terdaftar di Bursa Efek Hong Kong dengan kode saham 0268.HK.
IOTF resmi menjadi mitra lokal Kingdee, dan menandai langkah strategis Kingdee dalam memperluas jangkauannya ke pasar Indonesia yang tengah berkembang pesat dalam adopsi solusi digital. Dalam kesepakatan ini, Kingdee diwakili oleh Liu Yujie, yang berkantor pusat di Singapura.
CEO Sumber Sinergi Makmur, Alamsyah Cheung mengatakan, kemitraan ini merupakan tonggak penting bagi perusahaan dan industri teknologi di Indonesia.
"Kami melihat kolaborasi ini sebagai peluang emas untuk membawa solusi ERP berbasis cloud terbaik dari Kingdee ke lebih banyak pelaku usaha di Indonesia," ujar dia dalam keterangannya di Jakarta, Senin (24/3/2025).
"Dengan rekam jejak kami dalam membangun bisnis dari nol hingga go public, kami percaya dapat menjembatani kebutuhan digitalisasi, terutama bagi pelaku usaha yang selama ini belum tersentuh sistem ERP yang canggih," katanya.
Duet Kembangkan Bisnis Data Center
Pasar perangkat lunak ERP di Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang signifikan. Pada 2025, pendapatan di sektor perangkat lunak enterprise di Tanah Air diproyeksikan mencapai USD546,35 juta, berdasarkan data Statista.
Pertumbuhan ini mencerminkan kebutuhan yang meningkat akan otomatisasi dan integrasi proses bisnis di berbagai sektor industri.
Selain itu, pasar pusat data (data center) di Indonesia juga menunjukkan potensi yang menjanjikan. Proyeksi menunjukkan, sektor pusat data Indonesia akan tumbuh dengan tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) sebesar 14 persen dari 2023 hingga 2028, dengan nilai pasar diperkirakan meningkat dari USD2,06 miliar pada 2023 menjadi USD3,98 miliar pada 2028, menurut Omadata.
Pertumbuhan ini didorong oleh meningkatnya adopsi teknologi digital dan kebutuhan akan infrastruktur penyimpanan data yang andal.
Dengan semakin banyaknya perusahaan global yang berinvestasi di pusat data Indonesia, pasar ini diprediksi akan semakin berkembang dan menciptakan peluang bagi pelaku industri teknologi untuk berinovasi dan meningkatkan daya saing di ranah digital.
“Sebagai bagian dari kemitraan ini, IOTF dan Kingdee berencana untuk memperdalam riset guna mengembangkan bisnis pusat data di masa depan, sejalan dengan sistem Kingdee yang sepenuhnya berbasis cloud,” kata Alamsyah.
Transformasi digital di Indonesia tidak hanya dipicu oleh kebutuhan industri besar, tetapi juga oleh semakin banyaknya pelaku usaha kecil dan menengah (UMKM) yang mulai mengadopsi teknologi dalam operasional mereka.
Menurut Alamsyah, dengan latar belakang IOTF yang berawal dari bisnis tradisional dan berkembang menjadi perusahaan berbasis teknologi, pihak Kingdee berharap kemitraan ini dapat menjangkau segmen UMKM yang selama ini belum tersentuh sistem ERP yang efisien dan mudah diimplementasikan.
“Kingdee dengan pengalaman globalnya akan memberikan keunggulan teknologi, sementara IOTF akan memastikan adaptasi yang lebih mudah di pasar lokal,” tutur Alamsyah.
Peluang Merger dan Akuisisi
Di sisi lain, kemitraan ini juga membuka peluang ekspansi lebih lanjut, termasuk kemungkinan merger & acquisition (M&A) di masa depan untuk mempercepat pembangunan infrastruktur digital, khususnya pusat data di Indonesia.
Dengan Kingdee dan IOTF yang sama-sama telah tercatat sebagai perusahaan terbuka, sinergi ini dapat memberikan fleksibilitas lebih dalam melakukan ekspansi strategis yang akan memperkuat posisi Indonesia sebagai pemain utama dalam ekonomi digital di Asia Tenggara (ASEAN).
Dengan kapitalisasi pasar Kingdee yang mencapai Rp100 triliun, jauh melampaui kapitalisasi pasar IOTF yang saat ini sekitar Rp600 miliar, kolaborasi ini juga membuka peluang bagi kedua perusahaan untuk tumbuh bersama dan memperkuat ekosistem teknologi di Indonesia.
(Fiki Ariyanti)