Peter Sondakh Lego 58,65 Persen Saham Golden Eagle (SMMT) ke Geo Energy
Grup Rajawali milik taipan Peter Sondakh melepas mayoritas saham miliknya di PT Golden Energy Tbk (SMMT) ke Geo Energy Investama (GEO).
IDXChannel - Grup Rajawali milik taipan Peter Sondakh melepas mayoritas saham miliknya di PT Golden Energy Tbk (SMMT) ke Geo Energy Investama (GEO).
Direktur SMMT Iwan mengatakan, perseroan menerima pemberitahuan tertulis dari pihak GEO yang menginformasikan bahwa pada 18 Oktober 2023 telah dilakukan penandatanganan akta jual beli saham antara GEO dengan pengendalian perseroan, PT Mutiara Timur Pratama.
Akta tersebut terkait dengan transaksi pembelian saham perseroan oleh GEO sebanyak 1.847.530.696 saham, atau setara 58,65 persen dari seluruh saham yang telah diterbitkan dan disetor penuh pada PT Golden Eagle Energy Tbk dari PT Mutiara Timur Pratama.
"Transaksi ini akan diselesaikan T+2 setelah tanggan penandatanganan akta jual beli saham tersebut," kata dia dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (18/10/2023).
Dia menjelaskan bahwa informasi dan fakta material ini tidak akan berdampak signifikan terhadap kegiatan operasional, hukum, kondisi keuangan atau kelangsungan usaha perseroan.
Adapun, PT Mutiara Timur saat ini memiliki 83,65 persen saham SMMT. Sementara masyarakat warkat 0,12 persen, dan masyarakat nonwarkat 16,23 persen.
Mengutip The Edge Singapore, selain SMMT, Geo Energy juga mengakuisisi 33 persen saham Marga Bara Jaya (MBJ). Setelah selesainya akuisisi, Geo Energy akan mengajukan usulan akuisisi ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam waktu tiga hari kerja dan meluncurkan Penawaran Tender Wajib (MTO) setelah disetujui.
Harga MTO tersebut Rp1.305,5 per saham, yang diharapkan selesai dalam 10-12 minggu ke depan. Jika MTO disetujui, kepemilikan saham Geo Energy di SMMT naik hingga 75 persen, dan total pertimbangan untuk nilai MTO akan meningkat menjadi USD200 juta.
CEO dan Executive Chairman Geo Energy Charles Antonny Melati mengatakan, fasilitas pinjaman sebesar USD220 juta dari Bank Mandiri dan cadangan kas yang kuat memungkinkan perusahaan mendanai pertambangan dan pembangunan infrastruktur yang diperlukan untuk mendukung dan mencapai target produksi tambang Triaryani milik SMMT sebesar 25 juta ton per tahun.
"Hal ini akan membuka nilai grup dan menghasilkan keuntungan jangka panjang yang berkelanjutan bagi pemegang saham kami. Bahkan tanpa memasukkan valuasi infrastruktur terintegrasi, aset Triaryani bernilai hampir USD1 miliar," ujarnya.
Melati optimistis permintaan batu bara terus meningkat. Itu karena batu bara hingga saat ini masih menjadi sumber listrik utama dan termurah.
(RNA)