PGE Mau Listing, Seberapa Menarik Prospek Geothermal di Tanah Air?
Anak usaha PT Pertamina di bidang energi panas bumi, PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) atau PGE sedang menggelar initial public offering (IPO).
IDXChannel – Anak usaha PT Pertamina di bidang energi panas bumi, PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) atau PGE sedang menggelar initial public offering (IPO). Dengan skala bisnis dan potensi yang menarik, PGEO memiliki daya tarik bagi para investor untuk berinvestasi.
Sebagai pemain industri energi panas bumi atau geothermal, PGEO punya potensi menarik mengingat posisi strategis Indonesia yang punya potensi menjadi pemimpin energi geothermal global.
Melansir riset Sinarmas Sekuritas bertajuk “Get in the Ground Floor of Indonesia Geothermal Boom” yang diterbitkan pada Senin (20/2), terletak di atas wilayah tektonik aktif atau Ring of Fire, Indonesia diprediksi bakal menjadi pemimpin dunia dalam energi geothermal.
Di samping itu, adanya Paris Agreement semakin mendorong penggunaan geothermal sebagai alternatif dari sumber energi terbarukan.
Wood Mackenzie memperkirakan, kontribusi energi geothermal terhadap bauran energi Indonesia akan meningkat menjadi 9,6 persen pada tahun 2030, dengan pertambahan 3,4 Gigawatt (GW) geothermal pada dekade berikutnya.
“Hal ini disebabkan oleh fokus pemerintah pada energi terbarukan untuk memenuhi komitmennya dalam Paris Agreement dan COP26, serta rencananya untuk menghentikan pembangkit listrik tenaga batu bara secara bertahap pada tahun 2040,” tulis Sinarmas Sekuritas dalam risetnya.
Sementara, per 2021, Indonesia telah memiliki kapasitas terpasang geothermal terbesar kedua setelah Amerika Serikat, yakni sebesar 2.276 Megawatt (MW). (Lihat grafik di bawah ini.)
Di samping itu, energi geothermal juga memiliki harga yang kompetitif dibanding dengan sumber energi lainnya.
Menurut Sinarmas Sekuritas, dengan terus berinvestasi pada penelitian dan pengembangan, energi geothermal memiliki potensi untuk dapat diakses secara luas sebagai sumber energi bersih di masa depan.
Potensi PGEO Sebagai Pemain Geothermal
Menjadi salah satu pemain geothermal Tanah Air, PGEO saat ini memiliki 13 pembangkit listrik berkapasitas terpasang sebesar 1.877 MW. Selain itu, anak usaha Pertamina ini juga berencana untuk menambah 600 MW dalam lima tahun ke depan.
Sinarmas Sekuritas mencatat, PGEO lebih unggul dibanding pemain geothermal lainnya yang sudah melantai di bursa, seperti Sarulla Operations milik PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) maupun Star Energy milik PT Barito Pacific Tbk (BRPT).
Menurut data Sinarmas Sekuritas, kapasitas terpasang energi geothermal PGEO lebih unggul dibanding kedua perusahaan tersebut, yakni mencapai 1.877 MW. (Lihat grafik di bawah ini.)
Sementara, dalam risetnya berjudul “Pertamina Geothermal Energy: Electrifying the Market” yang dirilis pada Selasa (7/2), Samuel Sekuritas optimistis terhadap prospek PGEO ke depannya, mengingat pertumbuhan laba bersih yang cukup masif sebesar 67,8 persen pada tahun 2021.
“Selain itu, dibandingkan dengan perusahaan lainnya yang IPO pada awal 2023, skala bisnis dan kapitalisasi pasar PGEO relatif besar, sehingga dapat menarik lebih banyak investor untuk berpartisipasi," tulis Samuel Sekuritas dalam risetnya.
Samuel Sekuritas berpendapat, PGEO punya kemampuan operasional yang kuat, sebagaimana tercermin dari total produksi uap dan listriknya sebesar 4.660 Gigawatt-hour (GWh) pada 2021.
Di samping itu, perusahaan ini juga memiliki kapasitas terpasang sebesar 672 MW di sembilan pembangkit listriknya yang tersebar dalam 12 Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP).
“Dengan kapasitas tersebut, PGEO menguasai 82 persen dari total kapasitas terpasang geothermal di Indonesia,” tulis riset tersebut.
Samuel Sekuritas juga menyebutkan, perusahaan ini punya kinerja keuangan yang stabil dengan memegang beberapa kontrak penjualan jangka panjang yang membuat perusahaan ini semakin kokoh kedepannya.
Adapun, PGEO melaporkan pendapatan bersihnya pada 2021 mencapai USD290 juta dengan tingkat margin EBITDA sebesar 78,8 persen.
Kedepannya, PGEO akan berfokus pada optimalisai aset panas bumi dan kapasitas pembangkit yang ada serta menambah pembangkit baru yang akan berkontribusi sebesar 55 MW pada 2024 dan 110 MW pada 2026.
Soal IPO PGEO
Melansir prospektus perusahaan, PGEO bakal melakukan pencatatan Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 24 Februari 2023. Sementara, anak usaha Pertamina ini bakal melepas sebanyak 10,35 miliar saham atau 25 persen dari total modal ditempatkan dan disetor perseroan.
Adapun, harga perdana ditawarkan di kisaran Rp820 sampai Rp945 per saham, dengan nilai nominal Rp500 per saham.
Dengan rentang harga penawaran tersebut, maka dari proses IPO kali ini perusahaan berpotensi meraup dana segar minimal Rp8,48 triliun, atau maksimal bahkan dapat mencapai Rp9,78 triliun.
Perihal penggunaan dana, PGEO akan menggunakan sebesar 85 persen dana hasil IPO untuk pengembangan usaha hingga 2025 mendatang.
Sementara itu, sebesar 15 persen atau sebanyak-banyaknya USD100 juta dari dana hasil IPO akan digunakan untuk pembayaran sebagian facilities agreement tertanggal 23 Juni 2021 antara perseroan dengan Mandated Lead Arrangers, Kreditur Sindikasi Awal dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk sebagai facility agent.
Komposisi pemegang saham PGE saat ini diketahui meliputi PT Pertamina Power Indonesia (PPI) sebesar 92,02 persen, dan PT Pertamina Pedeve Indonesia (Pedeve) sebanyak 7,98 persen.
Periset: Melati Kristina
(ADF)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.