PGEO Fokus Kejar Kapasitas 1,8 GW di 2033, Ini Deretan Proyek Quick Win Panas Bumi
PT Pertamina Geothermal Energy Tbk atau PGE (PGEO) fokus mengejar target kapasitas terpasang 1 gigawatt (GW) dalam 2–3 tahun mendatang dan 1,8 GW pada 2033.
IDXChannel - PT Pertamina Geothermal Energy Tbk atau PGE (PGEO) fokus mengejar target kapasitas terpasang 1 gigawatt (GW) dalam 2–3 tahun mendatang dan 1,8 GW pada 2033.
Direktur Utama PGE, Julfi Hadi mengatakan, perseroan saat ini fokus melakukan ekspansi portofolio panas bumi melalui tiga pilar, yaitu pengembangan pembangkit, industrialisasi hilir, serta pengembangan produk dan solusi di luar kelistrikan.
"Upaya tersebut kami wujudkan melalui pengembangan berbagai proyek strategis dan persiapan ekosistem green hydrogen terintegrasi dengan pendekatan beyond electricity,” ujarnya melalui keterangan resmi, Kamis (6/11/2025).
Direktur Keuangan PGE, Yurizki Rio menambahkan, saat ini fokus PGE adalah pertumbuhan jangka panjang. PGE berinvestasi pada proyek-proyek quick win untuk meningkatkan kapasitas terpasang dan produksi panas bumi, yang pada akhirnya akan memperkuat kinerja keuangan jangka panjang perseroan.
Hingga 30 September 2025, PGE membukukan pendapatan sebesar USD318,86 juta, meningkat 4,2 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2024 yang mencapai USD306,02 juta. EBITDA perseroan mencapai USD248,97 dengan laba bersih USD104,26. Dari sisi neraca, aset PGE mencpaia USD2,96 miliar dengan kas USD284,97 juta.
Laba bersih PGE tertekan akibat peningkatan biaya keuangan seiring penerapan aturan akuntansi baru (PSAK 223) dan perkembangan proyek panas bumi. Selama menunggu proyek PLTP Hululais Unit 1 & 2 (110 MW), biaya bunga selama masa pembangunan (Interest During Construction/IDC) sementara dicatat sebagai beban keuangan.
Sementara itu, bunga proyek PLTP Lumut Balai Unit 2 yang sebelumnya termasuk biaya pembangunan kini dicatat sebagai beban bunga sejak unit tersebut mulai beroperasi komersial pada Juni 2025, yang juga mendorong kenaikan beban penyusutan sebesar 9,61 persen.
Terkait koreksi pada kinerja bottom line, Yurizki menegaskan, hal ini menjadi bagian dari upaya untuk mendukung pertumbuhan PGE di tahun-tahun mendatang. Margin EBITDA disebutnya tetap berada pada kisaran yang sehat meski mengalami sedikit penurunan.
"Hal tersebut merupakan konsekuensi wajar dari fase awal transformasi, di mana PGE perlu berinvestasi untuk memperluas portofolio. Pada tahap ini, kami melakukan investasi awal, terutama untuk rekrutmen talenta terbaik, kegiatan penelitian dan pengembangan, serta proyek-proyek eksplorasi yang berjalan seiring dengan target COD. Karena itu, pengeluaran pada fase ini bersifat strategis dan menjadi fondasi penting bagi pertumbuhan jangka panjang PGE,” tuturnya.
Direktur Eksplorasi dan Pengembangan PGE Edwil Suzandi, mengungkapkan perseroan mencatat peningkatan produksi di berbagai wilayah. Penguatan tersebut meliputi area Kamojang (1.326 gigawatt hour/GWh), Lahendong (643 GWh), Ulubelu (1.225 GWh), Lumut Balai (470 GWh), dan Karaha (80 GWh). Secara keseluruhan, produksi listrik diprediksi akan mencapai 4.978 GWh hingga akhir tahun.
"Tambahan kapasitas sebesar 55 MW dari PLTP Lumut Balai Unit 2 yang mulai beroperasi penuh sejak Juni lalu telah meningkatkan kapasitas terpasang yang kami kelola secara mandiri menjadi 727 MW," katanya.
Selain itu, pada Agustus, PGE menjalin kerja sama dengan PT PLN Indonesia Power (PLN IP) untuk mempercepat pengembangan panas bumi di 19 proyek eksisting dengan total kapasitas 530 MW. Kolaborasi ini berpotensi menambah kapasitas hingga 1.130 MW, yang berasal dari wilayah kerja yang sudah berproduksi maupun area prospektif baru.
Berikut 17 proyek quick win PGE yang tersebar di berbagai wilayah dengan total kapasitas 465 MW:
- Ulubelu LP (10 MW) - 2026
- Hululais Unit 1 & 2 (110 MW) - 2028
- Lahendong BU 1 (15 MW) - 2027
- Sungai Penuh Combine Cycle (10 MW) - 2028
- Ulubelu BU 1, 2, 3 (30 MW) - 2027
- Hululais EXT A (Bukit Daun) (60 MW) - 2029, 2030
- Kamojang LP (5 MW) - 2028
- Lahendong LP (15 MW) -2028
- Lahendong Unit 7, 8, BU 2 (50 MW) - 2028
- Lumut Balai BU 1 (10 MW) - 2028
- Sibayak BU (5 MW) - 2028
- Hululais BU 1 (30 MW) - 2029
- Lumut Balai BU 2 (10 MW) - 2029
- Lumut Balai Unit 3 (55 MW) - 2029
- Hululais BU 2 (30 MW) - 2030
- Lahendong BU 3 (10 MW) - 2030
- Lumut Balai LP 1 & 2 (20 MW) - 2031
(Rahmat Fiansyah)