Pilah Pilih Sektor Saham Potensial, Pasar Mulai Beralih ke Komoditas?
Pasar saham Indonesia mulai menunjukkan rotasi sektor, dengan komoditas seperti nikel dan logam dasar mencuri perhatian.
IDXChannel – Pasar saham Indonesia mulai menunjukkan rotasi sektor, dengan komoditas seperti nikel dan logam dasar mencuri perhatian. Di tengah peralihan ini, analis mengingatkan pentingnya memilih sektor secara cermat, mengingat potensi volatilitas pasar yang masih tinggi.
Pengamat pasar modal Michael Yeoh menilai pergeseran sektor tengah berlangsung di pasar saham, seiring munculnya minat baru terhadap komoditas.
“Saat ini, terlihat market mulai beralih ke komoditas, terutama nikel dan metal,” ujar Michael, Rabu (6/8), menggambarkan rotasi sektor yang mulai terlihat.
Di sisi lain, ia mencermati bahwa sejumlah sektor defensif masih belum menunjukkan tanda-tanda pemulihan signifikan. “Namun untuk consumer serta perbankan belum ada momentum pembalikan arah,” imbuh Michael.
Tak hanya sektor komoditas, saham-saham milik konglomerat juga dinilai masih punya daya dorong. “Selain itu, konglo stocks juga masih memiliki momentum,” katanya.
Menjelang pengumuman review indeks global MSCI yang tinggal menghitung hari, Michael mengingatkan potensi gejolak harga yang bisa terjadi. “Menyusul pengumuman MSCI yang akan dilakukan sebentar lagi, investor perlu berhati-hati terhadap volatilitas yang berpotensi terjadi,” tutur Michael.
Sebelumnya, Founder WH Project, William Hartanto, menyoroti sejumlah sektor yang patut dicermati investor dalam waktu dekat. Ia menilai, ada sektor yang berpotensi mencatatkan kinerja positif seiring dengan perkembangan situasi ekonomi dan kebijakan moneter.
“Yang menarik: sektor plantation (perkebunan), properti (antisipasi rate cut), teknologi,” ujar William, Selasa (5/8/2025).
Di luar itu, ia juga melihat peluang pada saham-saham yang berada dalam kelompok konglomerasi. Namun kali ini, ia menambahkan satu grup baru ke dalam radar pantauannya.
“Dan masih grup konglo, tapi tambahan grupnya Emtek (EMTK, SCMA, BUKA, SAME),” imbuh William.
Secara umum, William menilai, pasar saat ini mulai menunjukkan gejala jenuh beli, meskipun peluang penguatan masih terbuka. “Sedikit jenuh beli, tapi masih berpotensi menguat,” ujarnya.
William juga menyoroti dampak pengumuman indeks global MSCI yang kerap dianggap sebagai katalis penggerak pasar. Namun menurutnya, dampaknya bisa jadi tidak sebesar yang dibayangkan.
“MSCI termasuk salah satu katalis penggerak pasar, tapi efeknya belum tentu signifikan karena pelaku pasar sudah merespons lebih awal terhadap saham-saham yang dirumorkan akan masuk ke indeks ini,” tuturnya.
Sebagai informasi, MSCI akan mengumumkan Index Review pada 8 Agustus mendatang. Proses review MSCI penting bagi investor institusi karena berpotensi memicu arus modal besar, terutama bagi saham-saham yang masuk maupun keluar dari indeks global tersebut.
Secara teknikal, William melihat level support Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat ini berada di 7.386, sedangkan resistance berada di 7.670.
Hingga penutupan sesi I perdagangan Rabu (6/8), IHSG melemah tipis 0,01 persen ke level 7.514,66.
Kabar makro teranyar, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II-2025 berdasarkan produk domestik bruto (PDB) tumbuh 5,12 persen (yoy). Angka ini lebih tinggi dari perkiraan konsensus ekonom yang memproyeksikan pertumbuhan 4,8 persen.
Jika dibandingkan dengan kuartal I-2025 atau secara q-to-q, ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 4,04 persen. sekaligus melampaui perkiraan konsensus sebesar 3,7 persen. (Aldo Fernando)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.