MARKET NEWS

Pola Bearish Bayangi IHSG Jelang Semester II-2025

TIM RISET IDX CHANNEL 30/06/2025 14:24 WIB

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir melemah sepanjang semester I-2025, dan masih dibayangi potensi tekanan lebih dalam menjelang paruh kedua tahun ini.

Pola Bearish Bayangi IHSG Jelang Semester II-2025. (Foto: MNC Media)

IDXChannel – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah sepanjang semester I-2025, dan masih dibayangi potensi tekanan lebih dalam menjelang paruh kedua tahun ini.

Hingga perdagangan intraday Senin (30/6/2025), IHSG tercatat turun 2,43 persen secara year-to-date (YtD). Di saat yang sama, arus keluar dana asing (foreign outflow) mencapai Rp39,3 triliun, mencerminkan minat investor yang menyusut tajam di tengah ketegangan geopolitik global dan kekhawatiran atas kondisi ekonomi domestik.

Pengamat pasar modal Michael Yeoh menilai, dari sisi teknikal, IHSG menunjukkan sinyal pelemahan yang belum berakhir. “Secara teknikal, IHSG membentuk pola bearish double top dengan neckline resistance di angka 7.000,” ujarnya.

Pola ini, kata dia, mengindikasikan adanya tekanan jual yang cukup kuat, dengan potensi koreksi ke level yang lebih dalam. “IHSG masih berpeluang terkoreksi hingga 6.538 menyusul adanya gap cukup besar di angka itu,” imbuh Michael.

Tekanan juga diperparah oleh aksi jual dari investor asing yang dinilainya belum mereda. “Tekanan jual dari asing juga memberikan pressure yang cukup kuat,” tutur Michael.

Meski demikian, ia menyebut ada sejumlah katalis global yang patut dicermati sepanjang semester II-2025 dan berpotensi mengubah arah pergerakan pasar. Salah satu faktor utama adalah arah kebijakan suku bunga Amerika Serikat (AS) serta rencana restrukturisasi utang negara tersebut.

“Akan ada potensi bagi AS untuk memangkas suku bunga Federal Reserve (The Fed). Kemudian, di saat yang bersamaan, ada restrukturisasi utang yang akan dilakukan oleh AS,” katanya.

Michael menilai, jika dua kebijakan tersebut berjalan sesuai harapan, maka Indonesia berpeluang mendapat ruang untuk melonggarkan kebijakan moneternya sendiri. “Jika terjadi pemangkasan suku bunga serta restrukturisasi utang yang dilakukan AS berjalan mulus, maka ini akan memberikan ruang yang cukup lega bagi Indonesia untuk melakukan pelonggaran moneter,” ujarnya.

Namun, dari sisi domestik, tantangan masih besar. Menurutnya, tekanan terhadap IHSG juga datang dari lemahnya konsumsi masyarakat. “IHSG saat ini masih berkutat dengan lemahnya daya beli,” kata Michael, merujuk pada data laporan keuangan sektor perbankan yang menunjukkan penurunan margin bunga bersih atau net interest margin (NIM).

“Hal ini tercermin dari laporan keuangan perbankan yang mengalami kontraksi dari NIM yang menurun,” katanya.

Ke depan, Michael menilai bahwa pemerintah perlu mengambil langkah strategis untuk memperbaiki kondisi struktural ekonomi Indonesia. “Pekerjaan rumah (PR) besar bagi pemerintah kita cukup panjang, yaitu bagaimana menarik investor asing serta memberikan lapangan pekerjaan,” ujarnya.

Ia menambahkan, “Dan itu merupakan proyeksi dengan time frame jangka panjang untuk mengembalikan GDP kita di atas 5 persen.” (Aldo Fernando)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

>

SHARE