Porsi Produk Unit-linked Terus Merosot, Begini Penjelasan Sinarmas MSIG (LIFE)
Sinarmas MSIG tercatat sukses meraup total pendapatan sebesar Rp705,88 miliar, dengan laba periode berjalan mencapai Rp 67,68 miliar.
IDXChannel - PT Asuransi Jiwa Sinarmas MSIG Tbk (LIFE) berhasil membukukan kinerja positif di sepanjang tahun berjalan di 2023 ini.
Pada triwulan I-2023, misalnya, Sinarmas MSIG tercatat sukses meraup total pendapatan sebesar Rp705,88 miliar, dengan laba periode berjalan mencapai Rp 67,68 miliar.
Capaian tersebut ditopang oleh perolehan premi perusahaan, di mana pada periode tiga bulan pertama tahun ini kontribusi produk tradisional mendominasi hingga 75 persen dari keseluruhan produk yang dimiliki.
"Porsi produk tradisional memang mayoritas, yaitu mencapai 75 persen. Baru sisanya, 25 persen, (didapat) dari (produk asuransi) unit-linked," ujar Presiden Direktur LIFE, Wianto Chen, kepada media, Senin (22/5/2023).
Tren mendominasinya kiprah produk tradisional ini tentu menarik, mengingat sebelumnya industri asuransi jiwa nasional sempat dibanjiri dengan produk asuransi unit-linked.
Hal tersebut diakui oleh Wianto, yang menyebut bahwa tren bertumbuh pesatnya kontribusi produk asuransi tradisional telah mulai terjadi dalam tiga tahun terakhir.
"Tren dominasi produk (asuransi) unit-linked memang menurun. Menurut Saya salah satunya karena pengaruh dari SEOJK (Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan) yang baru. Tapi itu bukan satu-satunya," tutur Wianto.
SEOJK baru yang dimaksud Wianto tersebut merujuk pada SEOJK Nomor 5/SEOJK.5/2022 yang mengatur tentang keberadaan produk asuransi yang dikaitkan dengan investasi (PAYDI), atau yang secara awam disebut sebagai produk asuransi unit-linked.
Diberlakukan sejak 14 Maret 2023, aturan baru tersebut mengatur tentang penyelenggaraan PAYDI oleh perusahaan asuransi dan perusahaan asuransi syariah.
Bagi Sinarmas MSIG sendiri, porsi 25 persen produk unit-linked pada triwulan I-2023 ini sendiri telah mengalami penurunan dibanding realisasi pada triwulan I-2022, di mana porsi produk unit-linked masih di kisaran 35 sampai 40 persen.
Bahkan pada triwulan I-2021, porsi produk unit-linked di Sinarmas MSIG masih mendominasi hingga mencapai 75 persen.
"Memang kalau kami melihat, untuk sementara produk unit-linked dalam satu sampai dua tahun ke depan bakal terus (menurun) seperti itu. Tidak bisa dihindari, pasti turun," tutur Wianto.
Tren penurunan, menurut Wianto, terjadi lantaran proses penjualan produk unit-linked pasca pemberlakuan SEOJK 05/2022 menjadi jauh lebih panjang.
Dengan demikian, biaya operasional yang dibutuhkan juga menjadi lebih banyak, sehingga pilihan bagi perusahaan asuransi tidak lain adalah dengan menaikkan harga premi.
"Konsekuensinya (dari penerapan SEOJK) adalah kenaikan premi. Karena bagaimana pun perusahaan asuransi harus menjaga agar nilai tunai tetap tercukupi, sehingga soal premi memang perlu penyesuaian," ungkap Wianto. (TSA)