MARKET NEWS

Potensi Besar, Ini Tantangan Industri Asuransi Jiwa Menurut Sinarmas MSIG (LIFE)

Taufan Sukma/IDX Channel 23/05/2023 11:55 WIB

masyarakat kelas menengah Indonesia juga bertumbuh dengan cepat, dengan perkiraan bakal mencapai 141 juta orang pada 2030 mendatang.

Potensi Besar, Ini Tantangan Industri Asuransi Jiwa Menurut Sinarmas MSIG (LIFE) (foto: MNC Media)

IDXChannel - PT Asuransi Jiwa Sinarmas MSIG Tbk (LIFE) mengeklaim bahwa prospek bisnis asuransi jiwa di Indonesia masih demikian besar dan menjanjikan.

Klaim ini didasarkan pada sejumlah alasan. Salah satunya dengan mempertimbangkan tren pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia yang berada di peringkat empat di antara negara-negara G20.

Tak hanya itu, tren peningkatan pertumbuhan juga diyakini bakal terjaga di kisaran lima persen per tahun hingga 2025 mendatang.

"Hal ini belum juga memperhitungkan bonus demografi dengan jumlah penduduk usia kerja sebesar 75,8 persen dari total populasi, yang bakal mendorong Indonesia sebagai negara dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di Asia Tenggara," ujar Presiden Direktur LIFE, Wianto Chen, kepada media, Senin (22/5/2023).

Selain itu, menurut Wianto, masyarakat kelas menengah Indonesia juga bertumbuh dengan cepat, dengan perkiraan bakal mencapai 141 juta orang pada 2030 mendatang.

Di lain pihak, gelombang adopsi digital di Tanah Air juga bertumbuh pesat, dengan lebih dari 175 juta pengguna internet aktif di seluruh Indonesia.

Hal ini praktis menjadikan posisi Indonesia sebagai pasar internet terbesar keempat di dunia.

"Dengan kondisi pasar yang demikian mendukung, potensial, masa depan industri (asuransi jiwa) kami yakin sangat cerah," tutur Wianto.

Namun demikian, di tengah besarnya potensi tersebut, Wianto juga mengakui masih ada sejumlah tantangan yang harus dijawab oleh para pelaku industri asuransi jiwa ke depan.

Tantangan pertama dan paling utama yang harus dicarikan solusinya, dikatakan Wianto, adalah literasi keuangan di Indonesia yang masih demikian rendah.

Hal ini menjadi dasar masalah tentang rendahnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya memiliki perlindungan asuransi. Tak hanya itu, image asuransi bahkan kerap kali negatif lantaran literasi yang belum memadai.

"Tantangan ketiga, adalah soal distrib usi dan kompetensi. Lalu juga soal penurunan suku bunga dalam jangka panjang. Ini jelas berpengaruh. Dan terakhir, yaitu gelombang disrupsi teknologi," ungkap Wianto.

Dari keseluruhan masalah tersebut, Wianto menjelaskan, poin pertama hingga ketiga merupakan tantangan yang harus dijawab secara bersama-sama, baik pelaku bisnis asuransi maupun pemerintah sebagai regulator industri.

Sedangkan untuk poin keempat dan kelima, lanjut Wianto, harus dijawab oleh pelaku bisnis sendiri, melalui upaya mitigasi risiko terkait tekanan suku bunga dan juga kebutuhan untuk pengembangan teknologi.

"Pada akhirnya, siapa yang bisa bertahan adalah yang bisa menyesuaikan keadaan. Dunia berubah, industri juga berubah. Semua serba digital. Dan (penyesuaiannya) itu bukan hanya soal aplikasinya saja, melainkan juga infrastruktur dan terpenting adalah manusianya, juga harus menyesuaikan. Pilihannya mau berubah, atau mati tergerus persaingan," tegas Wianto. (TSA)

SHARE