Potensi Downgrade MSCI Bayangi IHSG di Agustus
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dinilai masih rentan terkoreksi pada Agustus, seiring potensi penurunan bobot Indonesia dalam indeks MSCI.
IDXChannel - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dinilai masih rentan terkoreksi pada Agustus, seiring potensi penurunan bobot Indonesia dalam indeks MSCI.
Rebalancing yang dijadwalkan pada 8 Agustus 2025 menjadi perhatian pelaku pasar, terutama di tengah lemahnya kinerja saham-saham konstituen MSCI asal Indonesia.
Pengamat pasar modal Michael Yeoh menilai Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih menghadapi tekanan pada Agustus. Salah satu katalisnya berkaitan dengan penyesuaian bobot di indeks MSCI.
"IHSG masih memiliki potensial downside di Agustus menyusul rebalancing di MSCI," ujarnya, Kamis (7/8/2025).
Michael menjelaskan, Indonesia berpotensi mengalami penurunan peringkat dalam indeks global tersebut. Menurutnya, perbandingan antara kinerja ETF global dan Indonesia menjadi salah satu indikator penting. "iShares MSCI Emerging Markets ETF memiliki kenaikan growth 12–13 persen, tapi EIDO (iShares MSCI Indonesia ETF) hanya 2 persen," tutur Michael.
Ia menambahkan, dengan selisih pertumbuhan seperti itu, maka penyesuaian bobot pada Agustus berpotensi downgrade.
Lebih lanjut, Michael mencermati komposisi konstituen MSCI saat ini yang belum menunjukkan kekuatan berarti. "Ada 18 konstituen MSCI saat ini, dan yang mengalami kenaikan hanya bersifat minor," kata dia.
Menurutnya, lemahnya kinerja mayoritas saham konstituen inilah yang menjadi penyebab utama kekhawatiran pasar terhadap potensi penurunan bobot Indonesia dalam MSCI.
Dominasi Sektor Perbankan
Indeks MSCI Indonesia terus menunjukkan konsentrasinya pada saham-saham unggulan berkapitalisasi besar dan menengah, dengan cakupan sekitar 85 persen dari total nilai pasar saham Indonesia.
Per 31 Juli 2025, indeks ini dipimpin oleh PT Bank Central Asia Tbk (BCA) dengan bobot tertinggi mencapai 27,49 persen.
Selain BCA, konstituen utama lainnya meliputi BBRI (15,15 persen), BMRI (10,08 persen), serta TLKM (8,54 persen). Kemudian, saham sektor otomotif seperti Astra atau ASII turut masuk lima besar dengan bobot 6,18 persen.
Secara sektoral, MSCI Indonesia Index didominasi oleh sektor keuangan dengan bobot 56,3 persen, disusul material atau barang baku (11,7 persen), layanan komunikasi (8,5 persen), dan barang konsumsi primer (8,3 persen). Sektor-sektor lain seperti industri, energi, dan kesehatan mencatatkan bobot di bawah 7 persen.
Saham lainnya yang masuk daftar 10 besar antara lain TPIA, BRPT, BBNI, GOTO, dan AMMN. Dominasi sektor keuangan dan sejumlah emiten besar menunjukkan bahwa pergerakan indeks ini sangat dipengaruhi oleh kinerja korporasi papan atas nasional.
Sebagai bagian dari rutinitas peninjauan (review) berkala, MSCI Inc telah menetapkan jadwal review indeks untuk 2025 hingga awal 2026. Proses ini penting bagi investor institusi karena berpotensi memicu arus modal besar, terutama bagi saham-saham yang masuk maupun keluar dari indeks global MSCI.
Untuk 2025, MSCI August 2025 Index Review akan diumumkan pada 7 Agustus 2025 atau 8 Agustus pagi waktu Indonesia, dengan implementasi efektif pada 27 Agustus 2025. Sementara November 2025 Index Review dijadwalkan pada 5 November 2025, dan berlaku mulai 25 November 2025.
Selanjutnya, February 2026 Index Review akan diumumkan pada 10 Februari 2026, dan efektif pada 2 Maret 2026. (Aldo Fernando)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.