MARKET NEWS

Potensi Resesi AS Merebak, Ekspektasi Pemangkasan Bunga The Fed Meningkat

Taufan Sukma Abdi Putra 06/08/2024 07:14 WIB

potensi terjadinya resesi pada ekonomi AS meningkatkan ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed pada September 2024 mendatang menjadi 50bps.

Potensi Resesi AS Merebak, Ekspektasi Pemangkasan Bunga The Fed Meningkat (foto: MNC Media)

IDXChannel - Data-data perekonomian Amerika Serikat (AS) yang semakin memburuk sukses membuat panik para pelaku pasar global.

Akibatnya, bursa-bursa saham Asia, termasuk Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), berguguran ke zona merah, yang kemudian juga diikuti oleh kelompok bursa Eropa.

Hingga pasar ditutup, IHSG pada perdagangan Senin (5/8/2024) berakhir dengan pelemahan hingga 3,4 persen, menuju 7.059. Meski merosot lebih dari tiga persen, nasib indeks bukan jadi yang terburuk pada perdagangan kali ini.

Adalah Nikkei 225 yang menderita pelemahan paling dalam, dengan minus hingga 12,4 perse, dan kemudian diikuti oleh Kospi yang turun 8,78 persen dan HSI yang melemah 1,46 persen.

"Pelemahan pada bursa Asia didorong oleh menurunnya ekspektasi soft landing pada ekonomi AS, setelah data non farm payrolls melanjutkan pertumbuhan yang lebih lambat, di mana pada Juli 2024 hanya terdapat penambahan sebesar 114 ribu tenaga kerja baru," tulis Tim Riset PT Reliance Sekuritas Indonesia Tbk (RELI), Senin (5/8/2024).

Jumlah penambahan tersebut, menurut pantauan Tim Riset RELI, jauh berada di bawah ekspektasi pasar, di mana diharapkan pada periode bulan tersebut dapat terjadi penambahan sedikitnya175 ribu tenaga kerja baru.

Sementara, unemployment rate pada saat yang sama mengalami kenaikan ke level 4,3 persen, atau berada di atas proyeksi The Fed yang sebesar empat persen dalam setahun penuh 2024.

"(Tren) Penurunan pada ekonomi AS juga tercermin pada data S&P manufacturing PMI yang turun ke level kontraksi sebesar 49,6 pada Juli 2024," tulis tim RELI.

Menurut Investment Consultant RELI, Reza Priyambada, potensi terjadinya resesi pada ekonomi AS meningkatkan ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed pada September 2024 mendatang menjadi 50bps.

Kondisi ini menurut Reza juga dapat memicu tren pelemahan lanjutan pada Dollar Index.

"Sementara penurunan pada indeks saham Jepang didorong oleh kebijakan BoJ yang lebih ketat dan penguatan Yen terhadap Dollar meningkatkan kekhawatiran pada outlook pendapatan Perusahaan eksportir dan perbankan Jepang," ujar Reza.

Sedangkan dari domestik, menurut Reza, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II-2024 tumbuh sebesar 5,05 persen secara tahunan (year on year/YoY0, 

Laju pertumbuhan ekonomi cenderung terbatas didorong konsumsi rumah tangga cenderung tumbuh stagnan sebesar 4,93 persen secara tahunan. Hal ini juga tercermin dari Indonesia yang mencatat deflasi selama tiga bulan berturut-turut.

Sementara kontribusi pertumbuhan PDB terbesar dari sisi lapangan usaha, yaitu industri pengolahan tumbuh terbatas sebesar 4,13 persen (YoY).

"Hal ini sejalan dengan data S&P manufacturing PMI indonesia yang mencatatkan perlambatan dan pada Juli 2024 masuk ke level kontraksi sebesar 49,3, didorong penurunan permintaan dan output," ujar Reza.

Secara keseluruhan, Tim RELI melihat potensi risiko pada equity market didorong meningkatnya ketidakpastian akibat Potensi peralihan investor ke aset safe haven di tengah kekhawatiran resesi US dan masih melambatnya ekonomi China dapat memicu outflow.

Selain itu, muncul Kekhawatiran bahwa resesi dapat meningkatkan potensi pelemahan permintaan pada komoditas.

Selanjutnya, laju pertumbuhan ekonomi Indonesia juga dikhawatirkan bakal melambat, serta meningkatnya kekhawatiran geopolitik setelah terbunuhnya pimpinan Hamas, Ismail Haniyeh.

"Hal ini juga turut meningkatkan ketegangan antara Presiden Joe Biden dan Benjamin Netanyahu," ujar Reza.

(Taufan Sukma)

SHARE