Potensi Saham Bank Digital di 2023, Masih Menarik?
Sektor bank digital masih potensial di tahun 2023 dengan beberapa emiten dari industri ini yang punya prospek menarik ke depannya.
IDXChannel – Sektor perbankan terutama bank digital diproyeksi memiliki potensi pertumbuhan yang baik pada 2023 mendatang.
Melansir riset BRI Danareksa bertajuk “Digital Banks: Awaiting a Rally” yang dirilis pada Jumat (16/12), bank digital akan tetap bertahan dan dapat menangkap potensi pertumbuhan yang tinggi di pasar Indonesia.
“Hal tersebut didukung oleh efisiensi biaya dan pendapatan bunga bersih yang lebih tinggi untuk mendukung pendapatan, sehingga kami yakin sektor ini layak untuk dilirik para investor,” tulis riset tersebut.
Selain itu, pertumbuhan pinjaman rata-rata diharapkan dapat mencapai 40 persen, di atas rata-rata industri sebesar 9,4 persen karena pasar pinjaman bank digital masih besar dan sektor ini berada dalam tahap awal.
Kendati demikian, secara umum pertumbuhan kredit akan dipengaruhi oleh pertumbuhan PDB, suku bunga, hingga kebijakan selama tahun pemilu kedepannya.
“Kami berharap pertumbuhan simpanan rata-rata tetap tinggi hingga 40 persen di tahun 2023 didorong oleh pertumbuhan pelanggan yang lebih tinggi dari simpanan per nasabah,” tulis BRI Danareksa.
Dengan demikian, BRI Danareksa masih memberikan rating overweight bagi industri bank digital. Meski begitu, menurut BRI Danareksa, laju kenaikan suku bunga yang lebih rendah dapat menjadi pemicu dalam pemeringkatan ulang sektor ini.
Mengingat, saat ini The Fed sedang mencari moderasi dalam menekan kenaikan laju suku bunga yang kemungkinan terjadi setelah pertemuan pada Desember.
Kendati demikian, terdapat berbagai risiko yang perlu diwaspadai oleh sektor bank digital, seperti akuisisi dan montetisasi pelanggan yang lebih rendah dari perkiraan, non performing loan (NPL) yang lebih tinggi, hingga hambatan regulasi.
Potensi Emiten Bank Digital pada 2023
Di samping itu, sebagaimana disinggung dalam riset di atas, BRI Danareksa juga memilih PT Bank Jago Tbk (ARTO) sebagai pilihan utama dari industri ini.
“Kami memperkirakan net interest margin (NIM) dari ARTO akan merosot di tahun 2023 dari kontribusi pinjaman yang lebih tinggi dari GOTO. Namun, kami berharap biaya kredit lebih rendah karena kualitas aset akan lebih tinggi,” tulis riset tersebut.
Adapun ARTO telah berhasil membalik rugi sebesar Rp20 miliar pada 10 bulan 2021 menjadi laba bersih sebesar Rp3,7 miliar di 10 bulan 2022.
Menurut keterangan CGS CIMB pada 1 Desember 2022, laba bersih yag dibukukan oleh ARTO masih berada di bawah estimasi, disebabkan oleh biaya penyisihan yang lebih tinggi sehingga mengimbangi peningkatan pendapatan bunga bersih dan opex yang lebih rendah.
Meski demikian, pendapatan bunga bersih ARTO hingga 10 bulan 2022 melesat 179 persen secara year on year (yoy) menjadi Rp1,1 triliun dengan NIM tahunan yang mencapai 10,5 persen periode ini.
Selain itu, potensi sinergi antara ARTO dengan raksasa tekno, yakni PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) dapat memperluas ekosistem bank ini hingga pertumbuhan simpanan yang lebih baik.
Tak hanya ARTO, emiten bank digital lainnya yang juga punya potensi menarik di tahun mendatang adalah PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB).
Sebagaimana disebutkan dalam riset BRI Danareksa, permodalan BBYB akan menjadi lebih kuat pasca rights issue.
Sementara dalam riset UOB KayHian bertajuk “Company Update” yang dirilis pada Selasa (13/12) disebutkan, BBYB berhasil mengumpulkan Rp1,7 triliun dari rights issue, sehingga membawa ekuitas bank tersebut naik menjadi Rp3,9 triliun dari sebelumnya yaitu Rp2,2 triliun.
Aksi rights issue tersebut tentunya juga membantu BBYB dalam memenuhi persyaratan pemenuhan modal inti minimum Rp3 triliun dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang turut memperkuat permodalan bank digital tersebut.
“Kami memperkirakan, rights issue memperkuat posisi CAR dari 19,7 persen pada 22 September lalu menjadi Rp30 persen pada tahun 2023,” tulis riset tersebut.
Selain itu, BBYB juga memprioritaskan profitabilitas di tahun 2023 mendatang.
Kendati masih membukukan rugi bersih di periode 10 bulan 2022 sebesar Rp592 miliar, BBYB dapat membukukan laba secara bulanan sejak 22 Juni lalu, didukung oleh pertumbuhan pinjaman yang kuat hingga peningkatan hasil pinjaman.
“Kami yakin BBYB akan melanjutkan tren postif ini, dengan perkiraan laba bersih yang dibukukan mencapai Rp156 miliar di tahun 2023 mendatang," tulis UOB KayHian.
Periset: Melati Kristina
(ADF)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.