PPN Naik Jadi 12 Persen, Emiten Tepung (TRGU) Bakal Kerek Harga Jual?
Tarif PPN naik dari 11 persen menjadi 12 persen pada 1 Januari 2025. Emiten tepung (TRGU) ancang-ancang kerek harga jual?
IDXChannel - Tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 12 persen akan mulai berlaku 1 Januari 2024. Tarif pajak tersebut menyasar pada barang dan jasa mewah atau premium.
Kebijakan tersebut membawa kekhawatiran baru bagi pelaku usaha, salah satunya emiten tepung terigu, PT Cerestar Indonesia Tbk (TRGU) meskipun tepung terigu termasuk bahan pokok yang PPN-nya Ditanggung Pemerintah (DTP) sebesar 1 persen.
Dengan kata lain, tepung terigu tetap kena PPN, namun hanya dipungut tarif 11 persen.
Manajemen TRGU dalam laporan hasil public expose mengatakan, pemerintah memang sudah memutuskan PPN barang-barang mewah naik dari 11 persen menjadi 12 persen mulai 1 Januari 2025.
Sebagian bahan baku atau bahan makanan diakuinya, tidak berdampak kenaikan ini.
"Kalaupun terjadi peningkatan sebesar 1 persen, maka kami juga akan menyesuaikan harga secara bertahap kepada end user," kata manajemen di keterbukaan informasi BEI, Kamis (19/12/2024).
"Namun kami melihat kekhawatirannya ada pada daya beli masyarakat yang akan kembali menurun, karena tahun ini saja industri dan market masih menghadapi tantangan," ujarnya.
Menurut manajemen, dengan harga gandum yang masih turun, fluktuasi nilai tukar Rupiah tetap menjadi perhatian perseroan.
"Kami mengutamakan stabilitas ekonomi, sehingga kami bisa lebih mudah memprediksi pembelian, agar penetrasi ke market lebih baik. Kami berharap 2025 kondisi ekonomi akan membaik," tuturnya.
Manajemen TRGU mengakui bahwa ada beberapa faktor yang memengaruhi kinerja perseroan pada 2024. Hal ini dikarenakan hampir seluruh bahan baku atau sekitar 85 persen berasal dari impor.
"Secara singkat, semua parameter tersebut (pendapatan n laba masih mengalami tekanan yang besar di tahun ini. Meskipun harga rata-rata bahan baku terus mengalami penurunan, namun dengan adanya perbedaan waktu pada saat pembelian dan penjualan, membuat kami terus mengalami koreksi harga," ujarnya.
"Tekanan terhadap Rupiah juga masih terus terjadi, sehingga kami membukukan selisih kurs negatif, atau forex loss yang menyebabkan kerugian sampai dengan September 2024," kata manajemen.
Manajemen menambahkan, untuk tahun ini, tekanan harga dan fluktuasi kurs USD memengaruhi perseroan. Penjualan secara volume cukup stabil, akan tetapi tekanan terhadap harga jual masih terus berlangsung di sepanjang tahun ini.
"Setidak-tidaknya kami dapat mencapai target penjualan secara volume di 2024," ujarnya.
Disebutkan manajemen, untuk penambahan kapasitas dari tiga line kapasitas 1.600 MT per hari menjadi empat line kapasitas 2.200 MT per hari, diharapkan market bisa menyerap penambahan suplai yang matching dengan tingkat permintaan.
"Melalui penambahan kapasitas ini, kami berharap kontribusi terhadap top line bisa bertambah 25 persen. Namun perlu digarisbawahi bahwa utilisasi line yang baru ini butuh waktu, karena cukup banyak penjualan yang harus ditingkatkan. Paling sedikit kami harus meningkatkan hamper 30-35 persen dari existing penjualan kami saat ini," tuturnya.
Dari sisi kinerja keuangan, TRGU mengantongi pendapatan sebesar Rp4,12 triliun hingga sembilan bulan pertama 2024. Capaian itu tumbuh 4,79 persen dibandingkan periode yang sama 2023 yang sebesar Rp3,93 triliun.
Pada periode ini, pendapatan dari segmen pengolahan tepung dan biji-bijian tercatat sebesar Rp921,75 miliar, naik 19,39 persen dibandingkan kuartal sebelumnya.
Sementara itu, segmen lainnya yang terdiri dari bahan di luar pengolahan tepung & biji-bijian mencatatkan penjualan sebesar Rp346,64 miliar, tumbuh 14,75 persen dari kuartal sebelumnya yang sebesar Rp302,08 miliar.
(Fiki Ariyanti)