PRDA Kuatkan Lini Integrated Medicine Usai Akuisisi 30 Persen Saham ProSTEM
ProSTEM selama ini dikenal sebagai perusahaan pelopor di bidang terapi regeneratif berbasis sel punca di Indonesia.
IDXChannel - PT Prodia Widyahusada Tbk (PRDA) resmi merampungkan proses akuisisi 30 persen saham PT Prodia Stemcell Indonesia (ProSTEM) pada 30 Juni 2025.
ProSTEM selama ini dikenal sebagai perusahaan pelopor di bidang terapi regeneratif berbasis sel punca di Indonesia.
"Langkah ini makin memperkuat posisi Prodia sebagai perusahaan yang berbasiskan pada integrated medicine," kata Direktur Utama PRDA Dewi Muliaty saat bertemu dengan wartawan di kantor ProSTEM di kawasan Kramat, Jakarta Pusat, Senin (14/7/2025).
Ditambahkan Dewi, sebenarnya kolaborasi antara PRDA dengan ProSTEM sudah berjalan sangat baik selama ini.
"Setiap kali ada yang akan melakukan terapi sel punca, maka pasien biasanya memerlukan uji laboratorium. Nah, disitulah biasa mereka menggunakan Prodia," kata dia.
Nilai transaksi akuisisi 30 persen saham ProSTEAM oleh PRDA ini senilai Rp33 miliar atau setara dengan 69.512 saham. PRDA mengambil alih saham dari PT Prodia Utama, selaku pemilik saham mayoritas sebelumnya.
"Kolaborasi ini membuka pintu bagi ekspansi bisnis ke sektor terapi canggih yang selama ini masih terbatas implementasinya," kata Dewi.
Sementara itu, Direktur Keuangan PRDA Liana Kuswandi, menyebutkan keputusan akuisisi ini dilandasi oleh performa ProSTEM yang terbukti kuat dan kompetitif.
"Dengan basis pelanggan yang berkembang dan daya saing sektor teknologi yang tinggi, ProSTEM berpotensi memberikan kontribusi signifikan bagi nilai pemegang saham," kata Liana.
Disebutkan juga, akusisi ini akan memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan kinerja finansial PRDA dalam jangka menengah dan panjang.
Mulai 2026, kontribusi laba bersih dari investasi ini akan mencapai Rp2,3 miliar dan meningkat bertahap hingga Rp10,6 miliar pada 2030 mendatang.
Adapun dari nilai tambah aset dari transaksi ini dimulai sebesar Rp1,4 miliar pada 2025 dan diperkirakan tumbuh menjadi Rp30,6 miliar pada 2030. Ekuitas Prodia juga diproyeksikan meningkat sejalan dari Rp1,4 miliar menjadi Rp10,6 miliar.
Pada kesempatan yang sama, Direktur ProSTEM Chyntia Retna Sartika menjelaskan bahwa saat ini terapi sel punca terus dilakukan pengembangan.
Hal ini sejalan dengan visi dan misi pemerintah bahwa Indonesia harus bisa menjadi tuan rumah sendiri dalam hal kesehatan. Tak ayal, terapi sel punca adalah salah satu dari sekian metode pengobatan dari aneka macam penyakit yang diharapkan menjadi simbol kemandirian bangsa di bidang kesehatan.
"Memang sampai saat ini masih ada sejumlah pekerjaan rumah untuk segera diselesaikan, baik itu menyangkut regulasi maupun aspek standardisasi minimal layanan sel punca dan lainnya. Yang harus senantiasa kita jaga itu adalah agar pasien tidak kemudian menggunaan jasa terapi sel punca yang tidak memiliki standard yang bagus," kata Chyntia.
(Nur Ichsan Yuniarto)