Produksi Migas Stabil, MedcoEnergi (MEDC) Perkuat Bisnis Energi Terbarukan
Sejumlah inisiatif efisiensi operasional dijalankan, termasuk optimalisasi integrasi proyek energi terbarukan.
IDXChannel - PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) mempertahankan rata-rata produksi minyak dan gas sesuai target 155–160 mboepd di 2025.
Sejumlah inisiatif efisiensi operasional dijalankan, termasuk optimalisasi integrasi proyek energi terbarukan.
"Kami akan terus berinvestasi secara bijak di sektor minyak, gas, dan ketenagalistrikan, sambil mempercepat kontribusi kami terhadap transisi energi dan menciptakan nilai jangka panjang bagi seluruh pemangku kepentingan," kata Director & Chief Administrative Officer MedcoEnergi Amri Siahaan dalam acara Public Expose Live 2025, Rabu (10/9/2025).
Pendapatan dan EBITDA perseroan tercatat solid, didukung kinerja minyak & gas serta kontribusi dari bisnis ketenagalistrikan.
Dua proyek baru, yakni PLTP Ijen Tahap I berkapasitas 35 MW dan PLTS Bali Timur 25 MWp yang diresmikan Presiden Prabowo Subianto, menjadi pendorong tambahan kinerja semester I-2025.
Perusahaan juga memperkuat struktur keuangan melalui pengelolaan modal yang disiplin. Di sisi lain, MedcoEnergi terus menyeimbangkan strategi pertumbuhan jangka pendek dengan agenda transisi energi.
Salah satunya melalui akuisisi 24 persen hak partisipasi di PSC Corridor dari Repsol, serta ekspansi portofolio eksplorasi energi baru terbarukan.
Sebagai informasi, MEDC mencatatkan penurunan laba bersih signifikan sebesar 81,5 persen pada semester I-2025.
Perseroan hanya mencetak laba sebesar USD37,18 juta atau sekitar Rp595 miliar (asumsi kurs Rp16.000/USD), turun tajam dari USD200,99 juta atau sekitar Rp3,2 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Kinerja yang melemah ini disebabkan oleh penurunan harga realisasi minyak, kontribusi negatif dari PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN), serta biaya dry hole sebesar USD8,9 juta.
AMMN, yang merupakan bagian dari portofolio Medco, turut membebani kinerja setelah membukukan rugi bersih sebesar USD31 juta (Rp2,3 triliun) pada semester I-2025, berbalik dari laba USD99 juta pada tahun sebelumnya.
Penurunan ini dipicu oleh keterlambatan proses commissioning smelter baru dan fasilitas pemurnian logam mulia.
(DESI ANGRIANI)