Program Makan Bergizi Gratis (MBG) Dongkrak Prospek Dua Emiten Ini
Program makan bergizi gratis (MBG) mulai menunjukkan perubahan signifikan di lapangan.
IDXChannel - Program makan bergizi gratis (MBG) mulai menunjukkan perubahan signifikan di lapangan. Temuan UOB Kay Hian dari kunjungan ke klaster dapur pusat Jurangmangu-Bintaro memperlihatkan bahwa operasional kini jauh lebih rapi, didukung skema pendanaan yang lebih jelas.
Mengutip riset UOB yang terbit pada 20 November 2025, para operator mendapat modal kerja dua pekan di muka serta insentif Rp2.000 per porsi, perbaikan besar dibanding awal 2025 saat mereka harus menanggung capex sekaligus seluruh modal kerja.
Dapur-dapur pusat kini beroperasi 24 jam dengan alur kerja standar. Permintaan pembangunan fasilitas juga meningkat, seiring realisasi belanja MBG yang melonjak dari sekitar Rp1-Rp2 triliun per bulan pada Januari-Juni menjadi sekitar Rp23 triliun pada November. Akselerasi belanja ini mencerminkan percepatan pelaksanaan program di semester kedua 2025.
Skala program akan meningkat jauh lebih besar pada 2026. Anggaran MBG diproyeksikan melompat dari Rp71 triliun pada 2025 menjadi Rp330-Rp335 triliun tahun depan, dengan target penerima manfaat 82,9 juta orang. Sejalan dengan itu, kata analis UOB, emiten-emiten terkait produsen susu dan unggas (poultry) mulai merasakan dampaknya.
Berdasarkan analisis UOB untuk kinerja kuartal III-2025, pendapatan perusahaan susu naik 15 persen qoq dan 10 persen yoy, sementara sektor unggas tumbuh 18 persen qoq dan 10 persen yoy, indikasi permintaan tambahan dari program MBG.
Dampak program juga mulai terlihat pada inflasi. Indikator CPI Indonesia Oktober 2025 naik 2,86 persen yoy, tertinggi sejak April 2024. Harga pangan naik 6,6 persen yoy, dipicu kenaikan harga telur dan ayam pedaging yang masing-masing menyumbang 0,09 persen dan 0,12 persen terhadap inflasi.
Lonjakan ini berkaitan dengan percepatan distribusi MBG yang mendorong permintaan bahan baku.
Untuk menjaga pasokan, Danantara menyiapkan anggaran Rp20 triliun bagi peternak broiler dan layer. Kementerian Pertanian memperkirakan program MBG akan membutuhkan sekitar 700.000 ton telur dan 1,1 juta ton ayam pedaging.
Tambahan permintaan ayam tersebut setara sekitar 45 persen konsumsi nasional saat ini, sehingga tanpa penyesuaian produksi, potensi kekurangan pasokan bisa terjadi. Kondisi ini datang pada saat suplai hulu ketat. Kuota impor grandparent stock (GPS) 2024–2025 sekitar 19 persen di bawah rata-rata 2019-2023.
Regulasi baru juga membuat industri lebih disiplin, Permentan No.10/2024 mewajibkan peternakan berkapasitas 60.000 ekor untuk memiliki rumah potong dan fasilitas cold storage.
Dengan permintaan struktural yang lebih kuat, suplai yang lebih terkendali, serta regulasi yang mendukung, UOB menilai harga ayam berpotensi tetap pada level yang menguntungkan bagi industri.
Dari sisi emiten, UOB Kay Hian menempatkan Japfa Comfeed Indonesia (JPFA) dan Cisarua Mountain Dairy (CMRY) sebagai pilihan utama. JPFA dinilai paling diuntungkan sebagai pemain terintegrasi besar dengan prospek re-rating menarik.
Sementara itu, CMRY dinilai unggul berkat kemampuan manajemen beradaptasi, inovasi produk, dan pertumbuhan laba yang solid, meski dampak langsung dari MBG relatif terbatas.
Emiten lain yang juga terpapar pada tema ini mencakup ICBP, Ultrajaya (ULTJ), Diamond Food Indonesia (DMND), Charoen Pokphand Indonesia (CPIN), Malindo Feedmill (MAIN), dan Sreeya Sewu Indonesia (SIPD).
Namun, risiko tetap mencuat. Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan, mencatat 221 insiden keracunan pangan dalam 10 bulan terakhir, tanda masih lemahnya pengawasan operasional. Potensi konflik kepentingan dalam pengadaan juga perlu diantisipasi untuk menjaga integritas program.
Selain itu, ketidakpastian makro dan risiko eksekusi fiskal 2026 dapat menekan rupiah. Dengan porsi MBG sekitar 9 persen dari APBN 2026, misalokasi atau kebocoran berisiko menggerus efektivitas belanja dan menurunkan kredibilitas fiskal.
Meski demikian, UOB Kay Hian menilai momentum pemulihan jangka pendek masih solid. Tantangannya kini terletak pada memastikan eksekusi fiskal yang bersih dan efisien demi menjaga daya beli serta stabilitas harga di tahun mendatang. (Aldo Fernando)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.