Proyeksi Saham TINS di Tengah Sentimen Positif dari Penertiban Tambang Ilegal
Saham PT Timah Tbk (TINS) melonjak hampir 20 persen ke level tertinggi sepanjang masa (ATH), Selasa (7/10/2025).
IDXChannel - Saham PT Timah Tbk (TINS) melonjak hampir 20 persen ke level tertinggi sepanjang masa (ATH), Selasa (7/10/2025), didorong aksi tegas pemerintah menertibkan tambang timah ilegal dan penyitaan enam smelter hasil korupsi senilai Rp300 triliun.
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), saham TINS ditutup melonjak 19,91 persen ke level Rp2.710 per unit, usai sempat menyentuh rekor tertinggi di Rp2.750 per unit di awal sesi.
Pengamat pasar modal Michael Yeoh menilai, langkah pemerintah menertibkan penambangan ilegal menjadi titik balik penting bagi prospek TINS. Menurutnya, fokus investor kini akan beralih ke fundamental perusahaan.
“Kita melihat bahwa sejak isu illegal miner teratasi, selanjutnya adalah pembuktian dari kinerja perusahaan TINS itu sendiri,” ujarnya, Selasa (7/10/2025).
Ia menjelaskan, pasar menaruh ekspektasi tinggi terhadap kinerja perseroan setelah dukungan kebijakan pemerintah.
“Apakah dengan dukungan dari kebijakan ini bisa membuat TINS menambah bottom line. Proyeksi dari investor adalah mencetak growth double bahkan triple digit untuk TINS,” kata Michael.
Dari sisi teknikal, ia melihat pergerakan harga saham TINS menunjukkan sinyal yang menarik.
“TINS memiliki pola cup and handle besar yang sudah capai target,” papar Michael.
Ia menambahkan, “Saat ini, TINS berada di angka all-time high, yaitu 2.600. Area ini kenaikan hanya bisa dijustifikasi ulang dengan Fibonacci, yang mengindikasikan di angka 3.300.”
Tambang Ilegal dan Pasar Timah
Pasar timah tengah kembali memanas akibat gangguan pasokan, kali ini dari Indonesia. Pemerintah tengah melakukan penertiban besar-besaran terhadap tambang timah ilegal di Bangka dan Belitung. Presiden Prabowo Subianto menyatakan, sekitar 1.000 tambang ilegal akan ditutup.
Mengutip Reuters, Senin (6/10/2025), kabar ini langsung mengerek harga timah di London Metal Exchange (LME). Kontrak tiga bulan naik hingga menembus USD37.500 per ton, tertinggi sejak April 2025, atau melesat sekitar 10 persen dalam sepekan terakhir.
Tambang ilegal menyumbang porsi besar produksi timah nasional. Ketua Asosiasi Eksportir Timah Indonesia (AETI) memperkirakan, sekitar 12.000 ton timah diekspor secara ilegal setiap tahun. Bahkan, Prabowo menyebut sektor bayangan ini bisa mencapai 80 persen produksi Bangka Belitung.
Aktivitas ilegal ini telah menekan produksi resmi TINS. Produksi bijih turun 32 persen secara tahunan pada semester I-2025 akibat kompetisi dengan tambang gelap. Ekspor timah rafinasi Indonesia juga anjlok ke level terendah dalam beberapa tahun, hanya 46.000 ton pada 2024, dan diperkirakan naik tipis ke 53.000 ton tahun ini.
Menurut kolumnis Reuters, Andy Home, penertiban tambang ilegal diharapkan memperkuat pasokan resmi, meski dampaknya terhadap produksi masih belum pasti. Ketidakpastian inilah yang memicu pasar bergerak cepat, dengan selisih harga tunai dan tiga bulan di LME kini berbalik dari diskon menjadi premium USD105 per ton, menandakan aksi tutup posisi oleh pelaku short.
Ketergantungan pasar global terhadap segelintir produsen besar, termasuk Indonesia dan Myanmar, membuat rantai pasok timah sangat rentan terhadap gangguan.
Enam Smelter Disita
Presiden Prabowo Subianto menyaksikan penyerahan enam smelter hasil rampasan negara dari kasus korupsi tata kelola timah senilai Rp300 triliun.
Aset tersebut diserahkan oleh Kejaksaan Agung (Kejagung) kepada Kementerian Keuangan, kemudian diteruskan kepada PT Timah Tbk selaku BUMN yang akan mengelola seluruh fasilitas tersebut.
Prosesi penyerahan berlangsung di kawasan smelter PT Tinindo Internusa, Pangkalpinang, Bangka Belitung, Senin (6/10/2025). Dalam acara itu, Jaksa Agung ST Burhanuddin menyerahkan aset kepada Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Suahasil Nazara, yang kemudian menyerahkannya kepada Menteri Investasi dan Hilirisasi sekaligus CEO Danantara, Rosan Roeslani. Selanjutnya, aset diserahkan kepada Direktur Utama PT Timah Tbk, Restu Widiyantoro.
Dalam pernyataannya, Prabowo menegaskan bahwa penyerahan aset rampasan tersebut merupakan bukti keseriusan pemerintah dalam memberantas praktik pertambangan ilegal dan penyelundupan sumber daya alam.
“Pagi hari ini Saya ke Bangka, tadi bersama sama kita menyaksikan penyerahan rampasan negara dari perusahaan-perusahaan swasta melaksanakan dan melaksanakan pelanggaran hukum. Ini tambang tanpa izin di Kawasan PT Timah. Jadi yang terlibat sudah dihukum dan pihak berwajib, kejaksaan yang sudah menyita enam smelter,” kata Prabowo usai menyaksikan prosesi penyerahan aset.
Dari temuan aparat, terdapat puluhan ribu ton tanah jarang mengandung monasit yang nilainya bisa mencapai ratusan ribu dolar per ton.
“Tapi tanah jarang yang belum diurai mungkin nilainya lebih besar. Sangat besar. Tanah jarang ada Monasit ya. Monasit itu 1 ton nilainya bisa ratusan ribu dolar bisa sampai USD200.000 dari monasit. Padahal total ditemukan puluhan ribu ton mendekati 4.000 ton,” ujarnya.
Sementara diketahui, operasional enam pemurnian bijih timah (smelter) yang akan dikelola oleh PT Timah diantaranya PT Stanindo Inti Perkasa (SIP), CV Venus Inti Perkasa (VIP), PT Menara Cipta Mulia (MCM), PT Tinindo Internusa (Tinindo), PT Sariwiguna Bina Sentosa (SBS), dan PT Refined Bangka Tin (RBT).
“Kita bisa bayangkan kerugian negara dari 6 perusahaan ini saja, kerugian negara total potensi bisa mencapai Rp300 triliun. Kerugian negara sudah berjalan Rp300 triliun. Ini kita hentikan,” ujar Prabowo.
Prabowo juga menyampaikan apresiasi kepada Kejaksaan Agung, TNI, Bakamla, Bea Cukai, dan seluruh aparat yang terlibat dalam penyelamatan aset negara.
“Saya ucapkan terima kasih kepada aparat, panglima TNI, angkatan Laut, Bakamla, bea cukai, semua pihak yang telah bergerak dengan cepat sehingga bisa diselamatkan aset-aset ini. Ke depan berarti ratusan triliun itu bisa kita selamatkan untuk rakyat kita,” tuturnya.
Selain enam smelter tersebut, pemerintah juga menyerahkan berbagai aset lain hasil rampasan negara. Aset itu mencakup 108 unit alat berat, 165 unit peralatan tambang, 680.687,60 kilogram logam timah, 22 bidang tanah dengan total luas 238.848 meter persegi, serta satu unit gedung mes.
Secara keseluruhan, nilai total aset yang diserahkan mencapai Rp1,45 triliun. (Aldo Fernando)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.