Proyeksi Sepekan: Sentimen Emas Bertahan, Fokus ke Keputusan The Fed
Sepanjang pekan lalu, logam mulia ini naik 1,58 persen dan mencatatkan reli mingguan keempat berturut-turut.
IDXChannel - Harga emas naik sepekan lalu dan bertahan dekat rekor tertinggi, setelah tanda-tanda pelemahan pasar tenaga kerja Amerika Serikat (AS) memperkuat ekspektasi bahwa Federal Reserve (The Fed) akan memangkas suku bunga untuk pertama kalinya tahun ini.
Harga emas spot (XAU/USD) menguat 0,25 persen menjadi USD3.643,09 per troy ons, mendekati rekor tertinggi Selasa di USD3.673,95. Sepanjang pekan lalu, logam mulia ini naik 1,58 persen dan mencatatkan reli mingguan keempat berturut-turut.
“Pelemahan ketenagakerjaan dan inflasi yang tidak merata dipadukan dengan ekspektasi The Fed harus memangkas suku bunga, mendorong harga logam naik karena risiko inflasi jangka panjang,” ujar Senior Market Strategist di RJO Futures, Daniel Pavilonis, dikutip Reuters.
Data terbaru menunjukkan lonjakan klaim pengangguran, ditambah nonfarm payrolls (NFP) yang lemah serta revisi yang memangkas 911.000 pekerjaan dalam setahun terakhir, menandakan momentum ekonomi mulai mendingin.
Di sisi lain, indeks harga konsumen mencatat kenaikan bulanan terbesar dalam tujuh bulan pada Agustus. Namun, investor kini lebih memberi bobot pada lemahnya pasar tenaga kerja ketimbang inflasi yang masih lengket dalam membentuk ekspektasi suku bunga.
Kontrak berjangka Fed fund sepenuhnya memproyeksikan pemangkasan 25 basis poin pada pertemuan 17 September, sementara spekulasi pemangkasan lebih besar sebesar 50 basis poin mulai mereda.
Keputusan ini muncul di tengah desakan Presiden Donald Trump yang mendorong penurunan suku bunga, bahkan dikabarkan berupaya menekan The Fed termasuk mencoba menyingkirkan Gubernur Lisa Cook.
“Dengan dukungan faktor-faktor ini, ditambah aliran dana baru ke exchange-traded fund (ETF), kami kini memperkirakan emas naik ke USD3.900 per ons pada pertengahan tahun depan,” kata Analis UBS, Giovanni Staunovo.
Sejauh tahun ini, emas sudah melonjak 39 persen dan kerap dipandang sebagai aset yang unggul di era suku bunga rendah, dihargai investor sebagai lindung nilai terhadap inflasi maupun ketidakpastian global.
Proyeksi Sepekan
Survei Mingguan Kitco News menunjukkan sentimen Wall Street tetap sangat optimistis menjelang keputusan The Fed yang diperkirakan memangkas suku bunga. Namun, investor ritel mulai menahan sikap bullish mereka setelah harga emas menguat dalam beberapa pekan terakhir.
“Naik,” ujar Analis Pasar Senior di Barchart.com, Darin Newsom. “Situasi global tidak berubah, kekacauan masih jadi kebijakan yang dominan.”
“Paling mungkin naik lebih tinggi,” kata Presiden sekaligus COO Asset Strategies International, Rich Checkan.
Ia menambahkan, “Jika mayoritas pelaku pasar benar bahwa The Fed akan memangkas suku bunga pekan depan, saya perkirakan emas diuntungkan. Harga yang lebih tinggi bisa terjadi. Namun, bila FOMC mengejutkan dengan menahan suku bunga, pasar bisa saja berbalik jual karena aksi ambil untung.”
“Naik,” tutur Presiden Adrian Day Asset Management, Adrian Day. “Pembeli baru mulai masuk ke emas.”
Sementara itu, Senior Research Strategist di Pepperstone, Michael Brown, justru bersikap bearish. Ia menilai pasar terlalu berharap The Fed memberikan sinyal dovish pekan depan.
Dalam survei Kitco pekan lalu yang diikuti 15 analis, mayoritas di Wall Street masih percaya diri dengan prospek emas. Sebanyak 12 analis, atau 80 persen, memperkirakan harga emas naik. Hanya dua orang, atau 13 persen, yang melihat penurunan, sementara satu analis (7 persen) memperkirakan harga bergerak sideways.
Di sisi lain, jajak pendapat daring Kitco yang melibatkan 268 suara menunjukkan investor ritel mulai menahan diri. Sebanyak 174 trader, atau 65 persen, memperkirakan harga emas naik pekan depan. Sementara 46 orang, atau 17 persen, memprediksi harga turun, dan 48 orang, atau 18 persen, memperkirakan harga bergerak konsolidasi.
Pekan ini menjadi periode sibuk bagi pasar dengan sederet rilis data dan keputusan bank sentral utama. Senin dimulai dengan publikasi Empire State Manufacturing Survey, disusul laporan penjualan ritel AS untuk Agustus pada Selasa pagi.
Rabu, pasar menantikan data Housing Starts dan Building Permits Agustus, lalu keputusan kebijakan moneter Bank of Canada. Pada sore harinya waktu AS, perhatian tertuju ke Washington untuk pengumuman suku bunga The Fed dan konferensi pers Ketua The Fed Jerome Powell.
Kamis pagi giliran Bank of England yang merilis keputusan suku bunga, diikuti klaim pengangguran mingguan AS dan survei manufaktur Philly Fed. Pekan ini ditutup dengan keputusan kebijakan moneter Bank of Japan pada Kamis malam. (Aldo Fernando)