MARKET NEWS

Raksasa Telko TLKM-ISAT cs Garap Data Center, Jadi ‘Ladang’ Cuan Baru?

Melati Kristina - Riset 14/10/2022 14:56 WIB

Raksasa telco dalam negeri tengah menggarap data center seiring besarnya potensi ‘cuan’ dari industri ini di masa depan.

Raksasa Telko TLKM-ISAT cs Garap Data Center, Jadi ‘Ladang’ Cuan Baru? (Foto: MNC Media)

IDXChannel –Raksasa telco Tanah Air ramai-ramai membangun data center guna menunjang industri telekomunikasi dalam negeri. Besarnya potensi kebutuhan data center di masa depan bisa jadi katalis positif bagi kinerja perusahaan.

Data center merupakan fasilitas yang dikelola untuk kebutuhan sistem dan komponen komputer meliputi penyimpanan data (database) dan telekomunikasi. Selain itu, fungsi data center adalah sebagai penempatan server untuk website serta database.

Sebagai pemain telco terbesar di Tanah Air, PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) turut terjun di industri ini melalui anak usahanya yaitu PT Sigma Cipta Caraka yang akan mengoptimalkan nilai bisnis data center selama beberapa tahun kedepan.

Melalui TelkomSigma, emiten telekomunikasi terbesar di Indonesia ini  berencana untuk mengkonsolidasikan beberapa data center dan perusahaan bisnis digital di tahun ini hingga 2025 mendatang.

Sebagaimana dilansir dari keterbukaan informasi pada 14 Agustus 2022, TLKM memberikan pinjaman jangka pendek kepada Telkom Sigma sebesar Rp410,68 miliar untuk memperkuat kas Telkom Sigma dalam menunjang industri data center.

Teranyar, TLKM telah mengkaji rencana untuk penawaran umum perdana terhadap anak usahanya di bidang data center, yaitu PT Sigma Tata Sadaya (STS) dan PT Telkom Data Ekosistem (TDE).

Adapun menurut VP Corporate Communication TLKM, Andri Herawan Sasongko, rencana tersebut sedang dalam proses pembahasan.

“IPO adalah salah satu opsi yang saat ini masih dalam proses pembahasan,” kata Andri dalam BNI Investor Daily Summit 2022, dikutip Rabu (12/10/2022).

Kekuatan Data center Tanah Air

Sebagai pemain industri data center, TLKM telah membangun Hyperscale Data center (HDC) yang disertifikasi sebagai data center tingkat 3 dan 4 berkapasitas hingga 75 Megawatt (MW).

Menurut data MNC Sekuritas Equity Report per 31 Januari 2022, pendapatan TLKM dari data center di kuartal III-2021 mencapai Rp1,10 triliun atau tumbuh 19,7 persen secara tahunan (year on year/yoy).

“Kami percaya bahwa pendapatan selama 2022 akan mencapai Rp151,13 triliun dengan pertumbuhan 6,09 persen yoy dan EBITDA sebesar Rp79,80 triliun dengan margin sebesar 53 persen. Naiknya pendapatan ini salah satunya turut didorong oleh peluang pengembangan bisnis data center,” tulis analis MNC Sekuritas, Andrew Sebastian Susilo, Senin (31/1).

Saat ini, TLKM memiliki 28 data center baik di dalam maupun luar negeri. Adapun data center domestik milik TLKM terdiri dari 19 neuCentrix data center, 3 Tier-3 dan 4 data center, dan 1 Hyperscale data center di Cikarang.

Sedangkan kompetitornya, yakni PT Indosat Tbk (ISAT) dan PT XL Axiata Tbk (EXCL) masing-masing hanya mengelola 4 dan 5 data center.

Informasi saja, ISAT melalui BDx Indonesia turut mengelola data center di Jakarta Pusat, Bumi Serpong Damai (BSD), Jakarta Selatan, dan Jatiluhur.

Perusahaan telekomunikasi ini telah menyelesaikan kesepakatan joint venture dengan BDX Asia Data center Holdings Pte. Ltd. dan PT Aplikasi Lintasarta dalam mendirikan PT Starone Mitra Telekomunikasi (BDx Indonesia) sebagai perusahaan data center hyperscale di Tanah Air.

Kedepannya, BDx Indonesia akan menjadi layanan komputasi awan (cloud) dan data center hyperscaleterbaik di Indonesia dengan rencana belanja modal sebesar Rp9 triliun. Dengan anggaran tersebut, BDx Indonesia diharapkan dapat meningkatkan total kapasitas IT perusahaan dari 7 MW menjadi lebih dari 70 MW.

Selain TLKM dan ISAT, EXCL juga pernah berkecimpung dalam bisnis data center sebelum akhirnya melepaskan bisnis tersebut pada 8 September 2022 lalu. Sebelumnya, EXCL memegang 14,82 persen saham Princeton Digital atau senilai 2,01 juta saham.

Princeton Digital merupakan penyedia data center yang berpusat di Singapura serta memiliki cabang di Indonesia. Perusahaan ini membangun data center yang bernama Jakarta Cibitung 2 dengan kapasitas mencapai 22 MW di lahan seluas 19.550m2.

Adapun pelepasan saham EXCL di Princeton Digital karena pengelolaan bisnis di sektor ini membutuhkan kompetensi khusus yang bukan merupakan fokus utama EXCL. Selain itu, EXCL juga melakukan pengelolaan bisnis data center melalui skema kerja sama dengan pihak lain.

Potensi Data center bagi Sektor Telco

Industri data center memiliki potensi yang besar di Indonesia. Pada 2023 mendatang, permintaan data centerdi Tahan Air diproyeksikan akan tumbuh hingga 1.576 MW.

Menurut riset Samuel Sekuritas Indonesia bertajuk “Telecomunication Sector: Data Monetitazion Continues” yang dirilis pada Kamis (13/10), permintaan data center di Indonesia diproyeksikan akan tumbuh dengan CAGR yang melesat hingga 28 persen dari tahun 2021 hingga 2030.

Adapun Samuel Sekuritas menyebutkan, dari 3 raksasa telco, TLKM berpotensi menjadi pemimpin pasar data center di Indonesia dengan mempertimbangkan portofolio data centers erta ekspansi yang akan dilakukan oleh emiten ini.

“Kami berharap pendapatan TLKM dari sektor data center tumbuh dengan CAGR yang naik 18 persen dalam tahun proyeksi 2022-2025 didukung oleh meningkatnya permintaan untuk data center dan perluasan kapasitas,” tulis analis Samuel Sekuritas Indonesia, Paula Ruth, Kamis (13/10).

Potensi TLKM sebagai pemimpin data center bisa jadi angin segar bagi pergerakan sahamnya. Melansir Bursa Efek Indonesia (BEI), kinerja saham TLKM secara year to date (YTD) mengungguli emiten telco lainnya seperti ISAT maupun EXCL.

Menurut data BEI pada Jumat (14/10) pukul 13.40, saham TLKM secara YTD naik hingga 7,18 persen, lebih unggul dari ISAT yang hanya tumbuh 2,24 persen sepanjang 2022. Sedangkan saham EXCL malah terkontraksi hingga minus 23,66 persen secara YTD.

Adapun riset Samuel Sekuritas turut memberikan rating overweight pada sektor telco.

“Kami melihat banyak sentimen positif untuk sektor telco di kuartal IV-2022 hingga awal tahun 2023 mendatang dengan mempertimbangkan agenda akhir tahun dan optimisme pada monetisasi data,” tulis Paula.

Sedangkan Asian Development Bank (ADB) menyoroti beberapa faktor yang mendongkrak pertumbuhan data center di Tanah Air, seperti pertumbuhan e-commerce seiring meningkatnya penggunaan smartphone, pengembangan layanan e-Government, hingga berkembangnya sistem cloud dan analisis big data.

Periset: Melati Kristina

(ADF)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

SHARE