MARKET NEWS

Rapor Emiten E-commerce di Semester I-2024, Unggul GOTO, BUKA, atau BELI?

TIM RISET IDX CHANNEL 02/08/2024 11:49 WIB

Tiga emiten e-commerce telah menyampaikan kinerja sepanjang semester I-2024.Bagaimana pertumbuhan top-line maupun bottom-line ketiganya?

Rapor Emiten E-commerce di Semester I-2024, Unggul GOTO, BUKA, atau BELI? (Foto:

IDXChannel – Tiga emiten e-commerce telah menyampaikan kinerja sepanjang semester I-2024. Bagaimana pertumbuhan top-line maupun bottom-line ketiganya seiring berlanjutnya upaya menekan beban dan mengurangi strategi bakar uang?

Induk Blibli PT Global Digital Niaga Tbk (BELI) mencatatkan pendapatan bersih tertinggi di antara dua pemain lainnya, PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) yang memegang saham Tokopedia dan PT Bukalapak.com Tbk (BUKA).

Sementara, GOTO membukukan pertumbuhan pendapatan bersih tahunan (YoY) selama paruh pertama 2024 tertinggi dibandingkan BELI dan BUKA.

Dari sisi bottom line, rugi bersih BUKA menjadi yang terkecil di antara dua pesaingnya.

Apabila menilik kas, GOTO menumpuk kas dan setara kas tertinggi, secara berturut-turut di atas BELI dan BUKA. Namun, memang, selain kas yang besar, BUKA memiliki investasi jangka panjang (termasuk obligasi) dalam jumlah yang terbilang jumbo.

Total aset GOTO juga di atas BUKA dan BELI. Demikian pula, total liabilitas dan total ekuitas perusahaan juga mengungguli BUKA dan BELI.

Dari sisi arus kas operasional, BUKA lebih di atas angin lantaran memiliki cash flow positif (CFO), yakni Rp105,81 miliar per 30 Juni 2024. Sementara, CFO GOTO dan BELI masih negatif, kendati ada perbaikan secara YoY.

Sebagai catatan, agar adil, GOTO saat ini lebih mengandalkan unit on-demand services (ODS)—via Gojek—dan financial technology (GoPay) lantaran telah menjual mayoritas saham di raksasa e-commerce Tokopedia ke TikTok.

Kini, seperti dijelaskan perusahaan, GoTo mendapatkan e-commerce service fee secara kuartalan dari Tokopedia selaras dengan skala dan pertumbuhan entitas tersebut.

Valuasi

Kalau menilik valuasi, saham BUKA menjadi yang termurah. Ini bisa dilihat dari rasio harga saham dibandingkan dengan nilai buku alias price-to book value (PBV) BUKA yang hanya 0,51 kali.

Biasanya, suatu emiten dianggap murah alias undervalued saat rasio PBV-nya di bawah 1 kali.

Andaikan harga wajar BUKA setara dengan nilai buku per saham (BVPS)-nya, yakni Rp237 per saham, artinya saat ini saham BUKA masih dibanderol di harga bawah (Rp120 per saham), mengurangi risiko downside.

Saham BELI menjadi yang termahal dari sisi rasio PBV, diperdagangkan 7,45 kali di atas nilai bukunya. GOTO sendiri memiliki rasio PBV 1,77 kali, belum terbilang murah akan tetapi sudah tidak semahal dulu yang sempat di kisaran 3 kali. (Lihat tabel di bawah ini.)

 

GOTO

GOTO membukukan rugi periode berjalan Rp2,84 triliun selama semester I-2024, menyusut 61 persen secara tahunan (year on year/YoY) dari rugi Rp7,21 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Menurut laporan keuangan perusahaan, Selasa (30/7/2024), pendapatan bersih GOTO meningkat 12 persen YoY dari Rp6,88 triliun di semester I-2023 menjadi Rp7,74 triliun di semester I-2024.

Di tengah kenaikan pendapatan, GOTO berhasil menekan jumlah biaya dan beban perusahaan menjadi Rp9,46 triliun di semester I-2024, dari sebelumnya Rp12,99 triliun pada periode yang sama tahun lalu.

Seiring dengan itu, rugi EBITDA yang disesuaikan GOTO juga membaik, turun 93 persen YoY dari minus Rp2,8 triliun pada enam bulan pertama 2023 menjadi Rp209 miliar pada paruh pertama 2024.

GOTO sendiri mengaku perusahaan berada dalam jalur yang tepat untuk memenuhi pedoman kinerja EBITDA yang disesuaikan impas (breakeven) untuk keseluruhan tahun buku 2024.

Beban kas rutin tetap Grup GOTO menurun 5 persen YoY, dengan biaya korporasi rutin yang dilaporkan turun 44 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

GoTo juga terus mencatatkan kas dan posisi keuangan yang kuat. Pada 30 Juni 2024, Perseroan memiliki Rp22,0 triliun (setara USD1,34 miliar) kas, setara kas, dan deposito jangka pendek.

“Percepatan pertumbuhan di kuartal kedua kembali menegaskan tepatnya strategi untuk fokus pada konsumen mass market. Kami akan terus memberikan solusi bagi seluruh konsumen kami, baik yang membutuhkan kenyamanan maupun mementingkan harga,” kata Direktur Utama GoTo Patrick Walujo dalam siaran pers GOTO, Selasa (30/7).

Langkah tersebut, kata Patrick, akan terus menjadi landasan pertumbuhan perseroan, seiring dengan upaya GOTO meningkatkan topline serta terus berkomitmen mencapai EBITDA Grup yang disesuaikan breakeven untuk keseluruhan tahun buku 2024.

Sebagaimana dari materi presentasi kinerja GOTO hingga akhir kuartal II-2024, perusahaan juga terus berupaya mengurangi aksi bakar uang (cash burn) yang terlihat dari pengurangan rugi EBITDA yang disesuikan serta mengubah segmen e-commerce menjadi arus kas positif via kemitraan dengan TikTok.

GOTO juga terus berupaya kembali ke mode pertumbuhan dengan memperluas produk dengan harga terjangkau, meluncurkan program berlangganan Gojek PLUS untuk semua produk on-demand services (ODS), meluncurukan aplikasi GoPay sebagai saluran akuisisi mass market, dan mempercepat pertumbuhan pinjaman di dalam ekosistem GOTO.

BUKA

BUKA mencatatkan kenaikan rugi bersih sebesar Rp751,91 miliar di semester I-2024. Jumlah ini membengkak 93,15 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya senilai Rp389,27 miliar.

Kendati adanya peningkatan rugi bersih, pendapatan BUKA tercatat naik 10,61 persen menjadi Rp2,41 triliun dari sebelumnya sebesar Rp2,18 triliun.

"Secara rinci, pendapatan online to offline tercatat sebesar Rp1,20 triliun dan pendapatan segmen marketplace tercatat sebesar Rp1,20 triliun," kata Sekretaris Perusahaan BUKA Cut Fika Lutfi dalam keterangan resminya, dikutip Kamis (1/8/2024).

Dari sisi pengeluaran, beban pokok pendapatan tercatat sebesar Rp1,95 triliun. Kemudian, beban penjualan dan pemasaran tercatat sebesar Rp175,06 miliar, serta beban umum dan administrasi tercatat sebesar Rp500,57 miliar.

BELI

BELI menanggung rugi bersih Rp1,20 triliun atau turun 33 persen YoY di semester I-2024.

Menyusutnya rugi bersih tersebut di tengah kenaikan tipis pendapatan bersih BELI yang sebesar 1 persen menjadi Rp7,85 triliun selama enam bulan pertama 2024.

Sementara, beban pokok pendapatan berkurang 3 persen menjadi Rp 6,31 triliun.

Menurut siaran pers perusahaan pada 31 Juli 2024, fokus pertumbuhan BELI tetap selektif pada kategori-kategori dengan marjin yang relatif lebih tinggi, perputaran yang lebih cepat dan yang dapat meningkatkan posisi strategisnya.

Selain itu, take rate terus meningkat dari 4,8 persen pada semester I-2024 (1H23) menjadi 6,5 persen pada semester I-2024 (1H24), menghasilkan pertumbuhan Laba Kotor Sebelum Diskon (Gross Profit Before Discount) sebesar 33 persen y.oy.

Marjin bruto konsolidasi juga terus meningkat dari 15,3 persen pada 1H23 menjadi 19,7 persen pada 1H24, meningkat sebesar 440 basis point (bps) yoy, terutamanya dikontribusikan oleh peningkatan marjin bruto pada hampir seluruh segmen usaha.

Manajemen BELI menjelaskan, struktur biaya terus membaik, tercermin dari lebih rendahnya persentase beban pperasional konsolidasi terhadap total volume pembayaran (TPV) dari 7,9 persen pada 1H23 menjadi 7,5 persen pada 1H24, menghasilkan peningkatan kinerja persentase EBITDA konsolidasi terhadap TPV sebesar 140-bps yoy, dari -4,3 persen pada 1H23 menjadi -2,9 persen pada 1H24. (Aldo Fernando)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

SHARE