MARKET NEWS

Rebound ke Harga Rp8.000, Bagaimana Prospek Saham BBCA di Sisa 2025?

Aldo Fernando 15/09/2025 12:16 WIB

Kinerja PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) BBCA terus menjadi sorotan pelaku pasar di sisa 2025.

Rebound ke Harga Rp8.000, Bagaimana Prospek Saham BBCA di Sisa 2025? (Foto: BCA)

IDXChannel – Harga saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menguat ke level Rp8.000 per unit pada awal pekan, Senin (15/9/2025), usai perseroan menggelar public expose (Pubex) pekan lalu. Kinerja emiten perbankan ini terus menjadi sorotan pelaku pasar di sisa 2025.

Harga saham BBCA terus berada di zona hijau setelah manajemen perseroan menggelar Pubex pada Kamis (11/9) lalu. Pada hari itu, saham BBCA ditutup menguat 0,64 persen ke Rp7.850 per saham dan berlanjut naik pada perdagangan terakhir pekan lalu.

Pada Jumat (12/9), saham BBCA kembali menguat 0,96 persen ke Rp7.925. Kenaikan berlanjut pada awal pekan, Senin (15/9), di mana setelah 30 menit perdagangan dibuka, harga saham BBCA tercatat naik 1,58 persen ke Rp8.050 per saham.

Sebelumnya, bank dengan kapitalisasi pasar terbesar di Indonesia ini baru saja menggelar Pubex. Dalam kesempatan itu, manajemen BBCA menegaskan kondisi keuangan perseroan yang solid, didukung pertumbuhan dana murah dan likuiditas yang ample.

Berdasarkan paparan manajemen, posisi dana murah yang terdiri dari tabungan dan giro (Current Account Saving Account/CASA) per Juni 2025 tercatat Rp982,1 triliun, tumbuh 7,3 persen secara tahunan (yoy) dan melampaui rata-rata industri.

Secara rinci, dana giro mencapai Rp385,5 triliun, naik 9,2 persen yoy, sedangkan tabungan tercatat Rp596,7 triliun atau meningkat 6,1 persen yoy.

Secara keseluruhan, total Dana Pihak Ketiga (DPK) BBCA menembus Rp1.189,8 triliun dengan pertumbuhan 5,7 persen yoy. Seiring kenaikan tabungan dan giro, porsi CASA pun mencapai 82,5 persen pada Juni 2025.

Meski Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun BBCA tumbuh single digit, likuiditas yang melimpah membuat bank ini tetap mampu menyalurkan kredit secara ekspansif. Per Juni 2025, penyaluran kredit BBCA mencapai Rp959 triliun atau tumbuh 12,9 persen secara tahunan (yoy).

Ketersediaan likuiditas yang ample, di tengah ketatnya kondisi likuiditas perbankan nasional, tercermin dari rasio kredit terhadap DPK (Loan to Deposit Ratio/LDR) BBCA yang berada di 78 persen, lebih rendah dibanding rata-rata industri di kisaran 90 persen.

Di tengah berbagai tantangan ekonomi nasional dan industri perbankan domestik, para analis tetap optimistis terhadap kinerja BBCA pada semester II-2025.

Analis perbankan dari KB Valbury Sekuritas Akhmad Nurcahyadi dalam risetnya melihat bahwa BBCA memiliki ketahanan di tengah probabilitas perlambatan kredit dan biaya atas kredit atau pencadangan.

"Bank ini secara proaktif memperkuat neracanya melalui tambahan pencadangan, sebuah langkah yang bijak dan kami yakini dapat mengurangi risiko,” katanya.

Catatan lain yang disampaikan untuk BBCA adalah perkiraan bahwa tidak akan terjadi lonjakan kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL), seiring kualitas aset yang tetap kuat. Selain itu, bisnis perbankan transaksional yang solid serta ekosistem yang kokoh diyakini akan membantu BBCA menjaga biaya dana (Cost of Funds/COF) tetap terkendali.

Analis Samuel Sekuritas Prasetya Gunadi dan Brandon Boedhiman juga merespons positif kinerja semester I BBCA. Dalam riset mereka, BBCA dinilai memiliki pedoman kinerja yang moderat dari sisi target pertumbuhan kredit 7-8 persen untuk tahun ini. Namun dengan melihat kinerja sepanjang Semester I, keduanya optimistis pedoman tersebut dapat terlampaui.

Aspek lain yang juga diperhatikan oleh analis Samuel Sekuritas adalah peningkatan NIM sebesar 10 basis points (bps) secara tahunan menjadi 5,8 persen, sesuai dengan panduan sepanjang tahun sebesar 5,7–5,8 persen, didukung oleh rasio CASA yang tinggi yaitu 83,4 persen ketika rata-rata industri sekitar 65 persen.

"Pertumbuhan CASA sebesar 7,3 persen secara tahunan menunjukkan kekuatan yang berkelanjutan dalam bisnis perbankan transaksi dan ekosistem digital bank tersebut. Bank merevisi panduan biaya kredit (CoC) menjadi 30–50bps (sebelumnya 30bps), menunjukkan sikap kehati-hatian yang berkelanjutan,” demikian mengutip laporan riset tersebut.

Baik KB Valbury maupun Samuel Sekuritas sama-sama memberikan rekomendasi beli untuk saham BBCA. Analis KB Valbury, Akhmad Nurcahyadi, menetapkan target harga Rp11.080 per saham atau setara 4,8 kali PBV pada 2025. Sementara itu, analis Samuel Sekuritas, Prasetya Gunadi dan Brandon Boedhiman, mematok target harga Rp10.000 per saham atau setara 4,2 kali PBV. (Aldo Fernando)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

SHARE