Reli Lanjutan Harga Minyak, Negosiasi Plafon Utang AS Masih Jadi Fokus Pasar
Harga minyak naik di awal perdagangan Asia pada Selasa (23/5/2023). Kenaikan ini memperpanjang kenaikan tiga sesi berturut-turut.
IDXChannel - Harga minyak naik di awal perdagangan Asia pada Selasa (23/5/2023). Kenaikan ini memperpanjang kenaikan tiga sesi berturut-turut.
Minyak berjangka Brent naik 0,33% menjadi USD76,24 per barel. Sementara, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate naik 0,43% menjadi USD72,36 per barel pada pukul 10.20 WIB Kedua kontrak, sekaligus menunjukkan kenaikan hari ketiga berturut-turut. (Lihat grafik di bawah ini.)
Saat ini, pasar tengah bertaruh pada peningkatan permintaan bahan bakar Amerika Serikat (AS) menjelang akhir pekan.
Harga bensin berjangka AS melonjak minggu ini karena pasar melihat kemungkinan peningkatan konsumsi bahan bakar di AS seiring dimulainya musim panas.
Penurunan persediaan bensin AS yang berkelanjutan selama dua minggu terakhir juga menunjukkan bahwa permintaan bahan bakar jenis ini meningkat.
Sementara gangguan pasokan masih menjadi kekhawatiran akibat kebakaran hutan di Kanada, tepatnya di provinsi kaya minyak Alberta. Kondisi ini bisa jadi membuat pasar minyak akan lebih ketat dalam beberapa bulan mendatang.
Sentimen plafon utang AS juga masih menjadi perhatian para investor. Dari isu plafon utang AS, sentiment pasar bergerak positif setelah komentar anggota parlemen Demokrat dan Republik untuk mencapai kesepakatan potensial dalam menaikkan batas pengeluaran AS.
Ini karena Ketua DPR Kevin McCarthy mengatakan bahwa orang Amerika seharusnya tidak mempersiapkan default AS.
Plafon utang telah menjadi sumber perhatian utama pasar selama beberapa minggu terakhir, di tengah kekhawatiran atas kejatuhan ekonomi dari potensi gagal bayar AS.
Menteri Keuangan Janet Yellen juga menegaskan tenggat waktu bagi pemerintah AS dalam membayar utang masih tetap hingga pertengahan Juni.
Namun terlepas dari isyarat positif, harga minyak masih diperdagangkan lebih rendah sejauh ini sepanjang 2023. Kondisi ini terutama terpukul oleh kekhawatiran atas perlambatan pertumbuhan ekonomi dan permintaan China yang lebih lemah dari perkiraan.
Indikator ekonomi yang mengecewakan dari importir minyak terbesar dunia tersebut sempat memukul harga minyak mentah selama sebulan terakhir. Ini di awali keyakinan pasar bahwa China akan mendorong permintaan minyak ke rekor tertinggi tahun ini.
Rebound ekonomi di negara itu tampaknya melambat setelah kuartal pertama yang kuat, yang juga menyebabkan impor minyak negara itu turun hingga April 2023.
Namun, OPEC dan Badan Energi Internasional (IEA) baru-baru ini masih optimis atas permintaan dari China tahun ini. Sementara kedua organisasi ini memperkirakan kekurangan pasokan minyak global pada paruh kedua tahun ini.
Ketidakpastian atas jalur kebijakan moneter AS juga membebani pasar minyak dalam beberapa pekan terakhir. Pasar juga tengah bertaruh bahwa suku bunga AS akan tetap lebih tinggi dalam waktu yang lama dan menekan aktivitas ekonomi. (ADF)