Reli Sepanjang 2023, Valuasi Apple Jadi Nomor Satu Dunia Lagi
Apple Inc. (AAPL) kembali mengukuhkan diri sebagai perusahaan terkuat di muka bumi.
IDXChannel - Apple Inc. (AAPL) kembali mengukuhkan diri sebagai perusahaan terkuat di muka bumi.
Reli saham Apple sepanjang 2023 telah membawanya kembali menduduki valuasi terbesat perusahaan dengan nilai mencapai USD2.74 triliun atau setara Rp 40.724 triliun (Kurs Rp. 14.852 per USD).
Angka ini mendekati nilai kapitalisasi Apple tertinggi sebesar USD3 triliun pada Januari 2022.
Capaian ini masih menjadikan Apple sebagai perusahaan dengan valuasi terbesar di dunia setelah sempat tergeser pada Mei 2022 lalu.
Mengutip CNBC internasional, pada Mei 2022, posisi Apple sempat digeser Saudi Aramco di urutan pertama.
Bersama dengan Aramco dan Microsoft, tahun ini Apple masih memegang tiga posisi teratas perusahaan terbesar dunia, masing-masing dengan kapitalisasi pasar lebih dari USD2 triliun. (Lihat grafik di bawah ini.)
Saham AAPL telah melonjak lebih dari 35% tahun ini, yang telah menambah nilai pasar hampir USD690 miliar atau setara Rp10.247,77 triliun (Kurs Rp. 14.852 per USD). (Lihat grafik di bawah ini.)
Ini karena investor telah melihat stabilitas pendapatan perusahaan pembuat iPhone ini dan kondisi arus kas yang cukup menggembirakan.
Kemajuan tersebut telah menempatkan Apple dalam jarak yang sangat dekat dengan rekor Januari 2022.
"Dalam karir saya, saya tidak pernah membayangkan sebuah perusahaan sebesar ini, tetapi kemudian saya tidak pernah membayangkan sebuah perusahaan yang mampu menghasilkan arus kas bebas lebih dari USD100 miliar dalam setahun," kata Patrick Burton, manajer portofolio dari MainStay Winslow Large Cap Growth Fund, yang memiliki hampir 4,5 juta saham perusahaan yang berbasis di Cupertino, California ini.
Apple dan raksasa teknologi lainnya telah menonjol di pasar tahun ini karena investor tertarik pada perusahaan dengan skala terbesar di tengah risiko dari potensi resesi, kegagalan institusi perbankan, dan di tambah sentimen kebuntuan plafon utang AS.
AAPL kini menjadi saham favorit bagi investor institusional, hedge funds, investor ritel, hingga Warren Buffett. Tercatat, Buffett memegang USD116,3 miliar saham Apple atau sebesar 38,9% dari total portfolionya dan menjadikannya di urutan nomor wahid saham favorit Buffett. (Lihat tabel di bawah ini.)
Pada awal Mei lalu, Apple mengumumkan hasil keuangan untuk kuartal kedua tahun fiskal 2023. Meskipun sedikit menurun, namun angkanya masih terbilang stabil dibandingkan pendapatan tahun lalu.
Pada kuartal tersebut, Apple membukukan pendapatan sebesar USD94,8 miliar dan laba bersih kuartalan sebesar USD24,1 miliar, atau USD1,52 per saham terdilusi.
Jika dibandingkan dengan tahun lalu pada kuartal yang sama, AAPL mencatatkan pendapatan sebesar USD97,3 miliar dan laba bersih kuartalan sebesar USD25,0 miliar, atau USD1,52 per saham terdilusi.
Apple menetapkan rekor baru sepanjang masa untuk pendapatan segmen Services sebesar USD20,9 miliar dan rekor kuartal baru untuk pendapatan iPhone sebesar USD51,3 miliar.
Meski demikian, iPhone masih menjadi sumber uang bagi Apple dengan menyumbang 54,1% dari pendapatan di seluruh produk yang di jual. Sementara kategori Services menduduki posisi kedua dengan kontribusi 22% terhadap pendapatan. (Lihat grafik di bawah ini.)
Namun, segmen penjualan Mac secara khusus berkontribusi pada penurunan pendapatan kuartalan yang signifikan dari tahun ke tahun, turun dari USD10,4 miliar pada tahun lalu, menjadi USD7,2 miliar tahun ini.
Meski demikian, secara keseluruhan kinerja Apple perlu mendapat acungan jempol di tengah volatilitas global.
"Kami dengan senang hati melaporkan rekor sepanjang masa dalam segmen Services dan rekor kuartalan Maret untuk penjualan iPhone meskipun lingkungan ekonomi makro yang menantang, dan basis perangkat aktif terpasang kami mencapai titik tertinggi sepanjang masa," kata Tim Cook, CEO Apple dalam laporan keuangan resmi perusahaan.
Tim Cook juga menyatakan terus berinvestasi untuk jangka panjang dan memimpin dengan nilai-nilai yang dibangun Apple, termasuk membuat kemajuan besar dalam membangun produk dan rantai pasokan netral karbon pada 2030. (ADF)