RI Mau Ekspor Listrik? Ekonom Sebut Tak Selesaikan Masalah Over Supply
Adapun sasaran ekspor adalah Singapura dengan menyambungkan listrik melalui Asian Great dari Sumatera ke Malaysia.
IDXChannel - Kementerian ESDM mencoba menangkap peluang untuk ekspor listrik ke negara tetangga yakni Singapura seiring adanya kondisi kelebihan pasokan listrik. Menteri ESDM Arifin Tasrif menyebut upaya untuk ekspor listrik sedang dikaji pemerintah.
Dilansir Program Market Review Senin(25/01/2021), adapun sasaran ekspor adalah Singapura dengan menyambungkan listrik melalui Asian Great dari Sumatera ke Malaysia. Namun, upaya tersebut dinilai tidak mudah terwujud. Negara-negara Asia seperti Malaysia dan Singapura lebih kemungkinan lebih memilih impor listrik dari energi terbarukan dibanding listrik yang berasal dari PLTU yang berbasis batubara.
"Kalau kita bicara ekspor listrik itu bukan hal yang baru dalam konteks kerjasama energi ASEAN. Perencanaan untuk melakukan ekspor listrik ke Malaysia itu sudah dibahas 5 tahun terakhir. Indonesia sudah pernah impor dari Serawak salah satu menjadi sebab dari impor adalah harga listrik yang diimpor lebih murah dibandingkan PLN membangkitkan sendiri karena pake diesel dan PLTG lebih mahal sedangkan Malaysia pake PLTA. Ekspor impor bukan hal baru yang menjadi permasalahan adalah berapa yang bisa diekspor," Fabby Tumiwa, Direktur Eksekutif IESR.
Jika ekspor listrik terjadi pada segmen waktu tertentu kegiatan tersebut diperkirakan tidak berlangsung secara berkelanjutan. Alih-alih mengekspor, Indonesia sudah lebih dulu melakukannya dari Serawak, Malaysia, hal ini terlihat dari realisasi impor listrik Indonesia yang tercatat sebesar 0,54% pada 2020.
"Ekspor itu tidak akan menyelesaikan masalah over supply dalam jangka pendek. Rencana untuk melakukan ekspor listrik seperti yang Saya baca antara Indonesia dan Malaysia itu baru akan terlaksana 2028. Sementara, saat ini dengan masuknya 35,000 MW yang sedang on going angka supplynya bisa mencapai 35-40% pada tahun ini dan tahun depan. Artinya, perlu ada solusi segera untuk menyeimbangkan permintaan dan juga pasokan," sebut Fabby.
Rasio impor listrik merupakan indikator yang mengukur tingkat kemandirian ketenagalistrikan di Indonesia. Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Rida Mulyana menjelaskan sebagian listrik yang dikonsumsi di Indonesia didatangkan dari luar negeri dari Malaysia tersebut disalurkan ke sebagian wilayah Kalimantan Barat.
Ditambahkan Rida, adapun proses impor listrik tersebut melalui kerjasama bilateral bisnis to bisnis yang bersifat korporasi antara PT Perusahaan Listrik Negara Persero dengan Perusahaan Listrik asal Malaysia (SESCO).
"Pemerintah sudah harus berhitung dengan sisi kebutuhan dan proyek-proyek pembangunan PLTU bisa direvisi dialihkan ke energi baru dan berbagai macam pertimbangan lainnya. Perlu dipikirkan lagi opsi renegosiasi dengan PLTU-PLTU yang sudah di atas 20 tahun dan pembangkit-pembangkit yang baru itu juga di delay," pungkasnya. (Fahmi- Devu Puspitasari).