MARKET NEWS

Rupiah Berakhir Melemah ke Rp15.495 per USD, Ini Penyebabnya

Anggie Ariesta 27/08/2024 15:32 WIB

Nilai tukar Rupiah hari ini (27/8) ditutup melemah 56 poin atau 0,37 persen ke level Rp15.495 per USD.

Rupiah Berakhir Melemah ke Rp15.495 per USD, Ini Penyebabnya (foto mnc media)

IDXChannel - Nilai tukar Rupiah hari ini (27/8) ditutup melemah 56 poin atau 0,37 persen ke level Rp15.495 per USD. Berdasarkan data Bloomberg, Rupiah sempat dibuka pada level Rp15.498 per USD.

Pengamat Pasar Uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan, USD menguat tipis pada hari ini karena kekhawatiran yang masih ada atas ketegangan di Timur Tengah, mengimbangi optimisme investor terhadap pemangkasan suku bunga AS yang akan segera terjadi.

"Namun, mata uang utama bertahan mendekati level tertinggi yang bersejarah dan USD mendekati level terendahnya dalam setahun lebih, dibantu oleh kemungkinan pemangkasan suku bunga AS pada September setelah Ketua Federal Reserve, Jerome Powell kurang lebih menyetujui langkah tersebut dalam pidatonya di Jackson Hole," kata Ibrahim dalam risetnya, Selasa (27/8).

Presiden Fed San Francisco Mary Daly juga mengatakan pada Senin bahwa pengurangan seperempat poin persentase bulan depan mungkin terjadi.

Ibrahim menambahkan, siklus kenaikan suku bunga agresif Fed dan ekspektasi tentang seberapa jauh suku bunga AS dapat naik telah menjadi pendorong besar kekuatan USD selama dua tahun terakhir, membuat mata uang lain tetap tertekan. 

Pasar telah sepenuhnya memperhitungkan penurunan suku bunga bulan depan, dan melihat pelonggaran sekitar 100 basis poin pada akhir tahun.

"Dari sentimen domestik, Bank Indonesia (BI) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi nasional pada tahun ini berkisar 4,7 sampai dengan 5,5 persen. Angka ini tak beranjak jauh dari pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2024, yakni sebesar 5,05 persen secara tahunan (yoy)," ujar Ibrahim.

Guna untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi ini, pemerintah perlu meningkatkan konsumsi rumah tangga. Hal ini disebabkan telah berakhirnya faktor musiman, seperti hari besar keagamaan nasional (HBKN) dan dampak pelaksanaan pemilu pada semester I-2024.

Selain itu, Proyek Strategis Nasional (PSN) dapat meningkatkan investasi, khususnya investasi swasta. Kenaikan stimulus fiskal dari 2,3 persen menjadi 2,7 persen dari PDB diharapkan juga dapat secara efektif memberikan dampak pengganda terhadap perekonomian.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini ditopang kuatnya permintaan domestik dan meningkatnya kinerja ekspor. Dari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga sebagai kontributor utama tumbuh sebesar 4,93 persen (yoy) didorong periode libur hari besar keagamaan dan libur sekolah yang lebih panjang.

Kemudian, pemerintah berusaha menjaga daya beli masyarakat dengan mengendalikan inflasi, menaikkan gaji aparatur sipil negara (ASN), memberikan gaji ke-13 dengan tunjangan kinerja 100 persen, serta menciptakan lapangan kerja baru yang lebih besar di awal 2024 sebesar 3,55 juta. 

Sementara, konsumsi pemerintah tumbuh positif sebesar 1,42 persen terutama didukung oleh penyerapan belanja modal dan belanja barang, masing-masing sebesar 39,5 persen dan 6,1 persen.

"Berdasarkan data di atas, mata uang rupiah untuk perdagangan berikutnya diprediksi bergerak fluktuatif, namun kembali ditutup menguat di rentang Rp15.420-Rp15.520 per USD," kata Ibrahim.

(Fiki Ariyanti)

SHARE