Rupiah Berhasil Menguat ke Rp16.218 per USD di Tengah Pengumuman Tarif Trump
Investor mencermati serangkaian pengumuman tarif perdagangan dari Presiden AS Donald Trump dan bersiap untuk tindakan lebih lanjut.
IDXChannel - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup menguat pada akhir perdagangan Jumat (11/7/2025), naik 6 poin atau sekitar 0,04 persen ke level Rp16.218 per dolar AS (USD).
Menurut pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi, investor mencermati serangkaian pengumuman tarif perdagangan dari Presiden AS Donald Trump dan bersiap untuk tindakan lebih lanjut.
Presiden Trump mengatakan pada Kamis bahwa dia akan mengenakan tarif 35 persen untuk impor dari Kanada mulai 1 Agustus, mengancam tarif akan naik jika Kanada membalas.
"Trump mulai mengirimkan surat tarif kepada mitra dagang utama pada hari Senin dan telah mengumumkan bea masuk 25 persen untuk barang-barang dari Korea Selatan dan Jepang, di antara negara-negara lainnya. Dia telah mengumumkan tarif 50 persen untuk impor tembaga, efektif 1 Agustus," tulis Ibrahim dalam risetnya, Jumat (11/7/2025).
Langkah-langkah terbaru Trump juga menampilkan ancaman tarif 10 persen yang menargetkan negara-negara yang berpihak pada blok BRICS.
Meskipun ancaman tarif baru-baru ini tidak berdampak besar pada pergerakan pasar yang lebih luas, para pedagang tetap berhati-hati tentang tindakan perdagangan di masa mendatang.
Di sisi geopolitik, tanda-tanda deeskalasi perang Israel-Hamas yang belum segera mereda, seiring Yerusalem terus melancarkan serangan terhadap Jalur Gaza, membuat ketegangan geopolitik di Timur Tengah tetap tinggi.
Upaya AS untuk menengahi gencatan senjata tampaknya hanya menghasilkan sedikit kemajuan dalam seminggu terakhir, meskipun Gedung Putih mengklaim bahwa kesepakatan sudah dekat.
Selain itu, di kawasan Eropa Trump telah menyatakan rasa frustrasinya terhadap Presiden Rusia Vladimir Putin karena kurangnya kemajuan dalam perdamaian dengan Ukraina dan meningkatnya pemboman Rusia terhadap kota-kota Ukraina.
Dari sentimen internal, pelaku pasar khawatir akan banjir impor produk elektronik dari negara-negara yang terkena tarif Trump seperti China, Vietnam, Thailand ke pasar Indonesia.
"Negara-negara produsen dan kompetitor Indonesia itu akan mencari pasar besar yang mudah diakses setelah Trump menerapkan tarif tinggi per 1 Agustus 2025. Oleh karena itu, pemerintah harus siap," kata Ibrahim.
Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS) barang elektronik dan produk alat rumah tangga elektrik masuk dalam HS 85 yang banyak menyasar pasar AS.
Pada Januari-Mei 2025, ekspor produk dari HS tersebut mencapai USD2,22 miliar atau berkontribusi 18,34 persen terhadap total ekspor Indonesia ke AS.
Sedangkan, khusus untuk produk alat listrik rumah tangga, ekspor ke AS masih terbilang minim dibandingkan produk lainnya dalam kelompok HS tersebut. Untuk menghadapi masifnya pengalihan pasar dari berbagai negara, Indonesia harus bersiap dengan memperkuat Non Tariff Measure (NTM).
Pengusaha elektronik mendorong akselerasi revisi Permendag 21/2025 yang merupakan pemecahan Permendag 8/2024 menjadi per-sektor.
Tak hanya itu, pengusaha juga mendesak pemerintah untuk menghapus sistem post border dan memperketat kontrol border, menerapkan pelabuhan entry point di Indonesia Timur, serta memastikan pemerintah pusat dan daerah membeli produk-produk TKDN sesuai aturan.
Berdasarkan analisis tersebut, Ibrahim memprediksi mata uang rupiah akan bergerak fluktuatif pada perdagangan selanjutnya dan berpotensi ditutup melemah dalam rentang Rp16.210-Rp16.250 per dolar AS.
(NIA DEVIYANA)