MARKET NEWS

Rupiah Dekati Rp16.000 per USD, Ancam Kenaikan Harga Obat hingga Tempe

Maulina Ulfa - Riset 10/10/2023 18:22 WIB

Rupiah kembali melemah pada Selasa (10/10/2023) di level Rp15.728 per dolar Amerika Serikat (AS).

Rupiah Dekati Rp16.000 per USD, Ancam Kenaikan Harga Obat hingga Tempe. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Rupiah kembali melemah pada Selasa (10/10/2023) di level Rp15.728 per dolar Amerika Serikat (AS). Tren pelemahan rupiah berlanjut imbas sejumlah sentimen makro yang membuat dolar AS yang masih perkasa.

Indeks dolar AS juga ditutup masih dalam kisaran level terkuatnya pada hari Selasa, didukung oleh statusnya sebagai safe-haven seiring berlanjutnya konflik di Timur Tengah. Meski demikian, kenaikannya terbatas setelah komentar dovish dari beberapa pejabat bank sentral The Federal Reserve (The Fed).

Militer Israel pada Selasa pagi mengumumkan bahwa lebih dari 200 sasaran diserang semalam di Gaza ketika negara itu menanggapi serangan akhir pekan yang dilakukan oleh kelompok Palestina Hamas. (Lihat grafik di bawah ini.)

Pada pukul 16.13 WIB, DXY yang melacak greenback terhadap enam mata uang lainnya, diperdagangkan di level 105,86.

Melansir Investing, permintaan terhadap aset safe haven terus meningkat. Para trader bersiap menghadapi konflik yang berkepanjangan, dengan lebih dari 1.500 nyawa telah hilang akibat serangan saling balas Hamas dan Israel. Israel juga dilaporkan akan melancarkan serangan darat pertamanya di Gaza sejak tahun 2014. Ini berarti dolar kemungkinan akan terus mendapat dukungan.

Sementara USD/JPY telah mundur dari level 150 meskipun yen sedikit melemah pada Selasa di level 148,89.

Sejumlah Industri Ketar-Ketir

Kenaikan dolar menjadi alarm genting buat para pengusaha Tanah Air yang melakukan aktivitas impor. Termasuk di antaranya industri farmasi. Ini karena bahan baku farmasi masih diimpor hampir 90 persen.

Selain industri farmasi, bahkan harga tempe hingga mi instan bisa berpotensi naik. Ini karena bahan baku berupa kedelai dan biji gandum yang masih diimpor dari luar negeri.

Tahun lalu, perang Rusia-Ukraina juga sempat mengganggu impor komoditas penting tersebut dari sisi rantai pasok. Kini, ancaman tingginya dolar akan membuat harga barang-barang dengan bahan baku tersebut terancam naik.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, Indonesia mengimpor kedelai pada 2022 mencapai USD1,63 miliar. Angka ini naik 9,45 persen dari tahun sebelumnya sebesar USD1,48 miliar. (Lihat grafik di bawah ini.)

Meski nilainya naik, namun volume impor kedelai Indonesia justru menurun pada 2022 yaitu sebanyak 2,32 juta ton. Volume ini turun 6,45 persen dari 2021 yang sebanyak 2,48 juta ton.

Indonesia paling banyak mengimpor kedelai dari AS dengan volume 1,92 juta ton, setara 82,75 persen dari total impor kedelai nasional.

Tak hanya kedelai, nilai impor biji gandum dan meslin yang merupakan bahan baku industri makanan seperti mi instan juga meningkat sepanjang 2021 hingga 2022. Tercatat, tahun lalu nilai impor biji gandum dan meslin mencapai USD3,77 miliar. Meningkat 9,3 persen dibanding tahun sebelumnya sebesar USD 3,45 miliar.

Gabungan Perusahaan Farmasi Indonesia (GPFI) telah menyiapkan strategi kendati belum merasakan dampak dari pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar.

Hal ini disampaikan Direktur Eksekutif GPFI, Elfiano Rizaldi pada Senin (9/10/2023).

Ia mengatakan depresiasi rupiah baru-baru ini perlu diantisipasi dengan melakukan hedging atau lindung nilai.

Sebagai informasi, hedging merupakan strategi manajemen risiko untuk melindungi atau membatasi aset dari risiko bisnis yang terlalu besar di kemudian hari. Strategi ini dilakukan agar neraca keuangan perusahaan tetap kuat. (ADF)

SHARE