MARKET NEWS

Rupiah Ditutup Melemah ke Rp16.266 per Dolar AS Tertekan Ancaman Tarif Trump

Anggie Ariesta 15/07/2025 15:44 WIB

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup melemah 0,10 persen ke level Rp16.266 pada akhir perdagangan Selasa (15/7/2025).

Rupiah Ditutup Melemah ke Rp16.266 per Dolar AS Tertekan Ancaman Tarif Trump. (Foto: Inews Media Group)

IDXChannel - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup melemah pada akhir perdagangan Selasa (15/7/2025). Rupiah melemah 16,5 poin atau sekitar 0,10 persen ke level Rp16.266 per dolar AS.

Menurut pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi, salah satu sentimen pelemahan rupiah yaitu ancaman Trump untuk meningkatkan tarif impor AS menjelang tenggat waktu 1 Agustus. Tindakannya baru-baru ini ditujukan kepada Uni Eropa dan Meksiko.

"Sehari sebelumnya, Trump juga mengancam akan mengenakan tarif sekunder sebesar 100 persen terhadap Rusia jika Presiden Vladimir Putin tidak mencapai kesepakatan dalam 50 hari untuk mengakhiri perang di Ukraina," tulis Ibrahim dalam risetnya, Selasa (15/7/2025).

>

Meskipun ancaman tarif baru-baru ini tidak berdampak besar pada pergerakan pasar secara keseluruhan, para pedagang mempertimbangkan apakah AS benar-benar akan mengenakan tarif tinggi pada negara-negara yang terus berdagang dengan Rusia serta menahan diri untuk tidak memasang taruhan besar di tengah ketidakpastian.

Pasar fokus pada data inflasi indeks harga konsumen AS untuk Juni akan dirilis pada hari Selasa dan diharapkan dapat memberikan wawasan lebih lanjut tentang dampak ekonomi dari tarif Trump.

Ketua The Fed, Jerome Powell, mengatakan ia memperkirakan tarif akan mendorong inflasi lebih tinggi pada musim panas ini, yang kemungkinan akan membuat bank sentral menunda kebijakan moneternya hingga akhir tahun.

Selain itu, ekonomi China tumbuh 5,2 persen year-on-year pada kuartal kedua 2025, sedikit di atas ekspektasi pasar sebesar 5,1 persen, didukung oleh ekspor yang tangguh dan stimulus pemerintah.

Pertumbuhan yang kuat ini mencerminkan dampak terbatas dari perang dagang AS, karena tarif yang tinggi hanya berlaku.

Dari sentimen dalam negeri, kebijakan tarif 32 persen oleh presiden AS Donald Trump untuk produk impor dari Indonesia bakal memberikan goncangan besar bagi industri yang berorientasi ekspor, salah satunya industri furnitur. 

Kebijakan Trump tersebut berpotensi akan menyebabkan gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK).

Penyebab terjadinya PHK karena industri furnitur Indonesia bakal mengalami penurunan yang tajam akibat naiknya harga produk di pasar AS, nilainya berkisar 20-35 persen.

Misalnya produk kursi kayu yang normalnya dijual ke buyer AS seharga USD100 per unit, dengan tarif ini harganya bisa naik jadi USD120-135 per unit.

Tingginya harga produk furnitur Indonesia akan menyebabkan kurangnya minat masyarakat AS untuk membeli. Akibatnya, pesanan turun, kapasitas produksi dikurangi, dan beban biaya tetap harus ditanggung.

Ketika produk Indonesia kehilangan konsumen, maka produksi di dalam negeri seret, akibatnya pengerjaan untuk permintaan pun jauh menurun. 

Meski demikian pelaku usaha tetap optimistis dan waspada serta akan mengerahkan semua jalur diplomasi, kolaborasi dengan Kementerian terkait, dan mencari solusi bisnis bersama anggota agar dampak PHK massal bisa dihindari.

Salah satu caranya mempercepat relokasi produksi atau diversifikasi produk ke segmen yang bernilai tambah lebih tinggi dan tidak terlalu sensitif pada perang tarif, misalnya produk customized, produk luxury, atau produk berbahan baku berkelanjutan.

Sebelumnya, Menteri Koordinator bidang Koordinator Airlangga Hartarto mengungkapkan Indonesia mendapatkan penundaan penerapan tarif resiprokal AS sebesar 32 persen. Hal ini diperoleh usai melakukan negosiasi dengan US Secretary of Commerce Howard Lutnick dan United States Representative Jamieson Greer, pada 9 Juli 2025.

Berdasarkan analisis tersebut, Ibrahim memprediksi bahwa mata uang rupiah akan bergerak fluktuatif pada perdagangan selanjutnya dan berpotensi ditutup melemah dalam rentang Rp16.260-Rp16.300 per dolar AS.

(Febrina Ratna Iskana)

SHARE