Rupiah Ditutup Menguat ke Rp16.414 Terdorong Ketidakpastian Tarif Trump
Nilai tukar rupiah naik tipis 4,5 poin atau sekitar 0,03 persen, berada di level Rp16.414 per dolar AS.
IDXChannel - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup menguat pada akhir perdagangan Selasa (2/9/2025). Rupiah naik tipis 4,5 poin atau sekitar 0,03 persen, berada di level Rp16.414 per dolar AS.
Pengamat pasar uang dan komoditas, Ibrahim Assuaibi mengatakan, indeks dolar AS dan rupiah menguat pada perdagangan hari ini dipicu oleh meningkatnya ketidakpastian terkait kebijakan tarif perdagangan Presiden AS Donald Trump dan ketegangan geopolitik.
"Meskipun pengadilan banding menyatakan tarif Trump dapat tetap berlaku hingga pertengahan Oktober, presiden mengkritik keputusan tersebut dan mengatakan akan menggugat putusan tersebut di Mahkamah Agung," tulis Ibrahim dalam risetnya.
Sentimen eksternal lain yang memengaruhi pergerakan rupiah yakni pasar memperkirakan peluang penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin oleh Federal Reserve (The Fed) pada September hampir 85 persen, meskipun data inflasi harga PCE tetap stagnan di atas target 2 persen The Fed.
Selain itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy berjanji melancarkan serangan baru ke wilayah Rusia setelah serangan pesawat nirawak Ukraina melumpuhkan fasilitas yang menyumbang setidaknya 17 persen dari kapasitas pemrosesan minyak Rusia.
Di sisi lain, Presiden China Xi Jinping memiliki visi untuk "tatanan global baru" yang memprioritaskan "Global Selatan" memicu kekhawatiran geopolitik.
Di tengah sentimen negatif global, data ekonomi domestik memberikan dukungan bagi rupiah. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Neraca Perdagangan Indonesia kembali surplus sebesar USD4,17 miliar pada Juli 2025, lebih tinggi dari bulan sebelumnya.
Bank Indonesia (BI) memandang surplus ini positif dalam menopang ketahanan eksternal perekonomian. Peningkatan ekspor non-migas menjadi USD23,81 miliar menjadi pendorong utama, terutama didukung oleh ekspor sumber daya alam dan produk manufaktur seperti besi dan baja.
China, AS, dan India tetap menjadi kontributor utama ekspor non-migas Indonesia. Meskipun demikian, neraca perdagangan migas masih mengalami defisit sebesar USD1,58 miliar pada Juli 2025, seiring meningkatnya impor migas.
BI menegaskan akan terus memperkuat sinergi kebijakan dengan pemerintah dan otoritas lain untuk menjaga ketahanan eksternal dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Berdasarkan seluruh analisis tersebut, Ibrahim memprediksi rupiah akan bergerak fluktuatif dan berpotensi ditutup melemah dalam rentang Rp16.400-Rp16.450 per dolar AS pada perdagangan selanjutnya.
(Febrina Ratna Iskana)