Rupiah Ditutup Menguat ke Rp16.635 per USD, Data Ekonomi Domestik Jadi Penopang
Mata uang Garuda naik 30 poin atau sekitar 0,18 persen ke level Rp16.635 per USD.
IDXChannel - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup menguat pada akhir perdagangan Rabu (1/10/2025). Mata uang Garuda naik 30 poin atau sekitar 0,18 persen ke level Rp16.635 per USD.
Pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi, mengatakan penguatan rupiah salah satunya didorong oleh sentimen eksternal yakni shutdown-nya pemerintah AS, setelah Kongres gagal meloloskan RUU untuk mencegah penutupan.
"Partai pemerintah, Republik, dan oposisi, Demokrat, menolak untuk mengalah dari posisi mereka yang berseberangan terkait kesepakatan pendanaan untuk menghindari penutupan di Senat AS," tulis Ibrahim dalam risetnya.
Adapun kubu Republik mencoba mengesahkan RUU dana sementara yang telah disahkan di DPR AS, tetapi tidak berhasil mendapatkan suara dari Demokrat. Shutdown kali ini menjadi yang pertama sejak 2018.
Para pekerja pemerintah yang esensial akan tetap menjalankan peran mereka seperti biasa. Tetapi bagi mereka yang dianggap tidak esensial, para pekerja itu akan dirumahkan tanpa dibayar.
Penutupan pemerintah AS kemungkinan turut menunda rilis data pasar tenaga kerja yang sangat dinantikan minggu ini. Penutupan pemerintah yang berkepanjangan juga diperkirakan mengganggu rilis data AS mendatang.
Data penggajian non-pertanian untuk September dijadwalkan dirilis pada hari Jumat, tetapi kini mungkin tertunda karena gangguan di lembaga-lembaga federal.
Data tersebut akan memberikan isyarat yang lebih definitif mengenai pasar tenaga kerja, dan menjadi pendorong utama penurunan suku bunga Federal Reserve pada September.
Keraguan atas penurunan suku bunga lebih lanjut juga merayap ke pasar minggu ini, menyusul serangkaian komentar hawkish dari para pejabat Fed.
Presiden Fed Dallas Lorie Logan menandai peningkatan kewaspadaan atas pemotongan suku bunga di masa mendatang. Menurutnya, memburuknya data pasar tenaga kerja akan membuat bank sentral mempertimbangkan lebih banyak pemotongan suku bunga.
Dari sentimen domestik, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai surplus neraca perdagangan Indonesia mencapai USD5,49 miliar pada Agustus 2025. Surplus ini didapat dari ekspor sebesar USD24,96 miliar dan impor USD19,43 miliar.
Posisi ekspor masih lebih tinggi dibandingkan impor pada Agustus 2025. Ini adalah surplus 64 bulan beruntun sejak 2020.
Selain itu, tingkat inflasi Indonesia September 2025 sebesar 0,21 persen secara bulanan (mtm) dan sebesar 2,65 persen YoY.
Terjadi kenaikan indeks harga konsumen (IHK) dari 185,1 agustus 2025 menjadi 187,4 pada September 2025. Sebelumnya, BPS mencatat deflasi pada Agustus 2025, yaitu 0,08 persen month to month (mtm).
Kemudian, aktivitas manufaktur Indonesia kembali melambat pada September 2025. Indeks Manufaktur (PMI) Indonesia versi S&P Global tercatat di level 50,4, turun dari 51,5 pada Agustus.
Meski melemah, posisi ini masih sedikit berada di fase ekspansi. Adapun, PMI Manufaktur Indonesia sebelumnya telah mengalami kontraksi dalam empat bulan terakhir. Produktivitas pada Agustus meningkat pertama kalinya sejak April 2025 lalu yang sempat anjlok ke angka 46,7.
Berdasarkan analisis tersebut, Ibrahim memprediksi mata uang rupiah akan bergerak fluktuatif pada perdagangan selanjutnya, dan berpotensi ditutup menguat dalam rentang Rp16.580-Rp16.640 per USD.
(NIA DEVIYANA)