MARKET NEWS

Rupiah Hari Ini Ditutup Melemah ke Rp16.320 per Dolar AS

Anggie Ariesta 25/07/2025 16:32 WIB

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup melemah ke Rp16.320 pada perdagangan Jumat (25/7/2025).

Rupiah Hari Ini Ditutup Melemah ke Rp16.320 per Dolar AS. (Foto: Inews Media Group)

IDXChannel - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup melemah pada perdagangan Jumat (25/7/2025). Rupiah terdepresiasi 25 poin atau sekitar 0,15 persen ke level Rp16.320 per dolar AS.

Pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi menjelaskan, pelemahan rupiah ini dipengaruhi oleh sejumlah sentimen global. Salah satunya yaitu laporan media yang mengindikasikan hampir rampungnya perjanjian perdagangan utama antara Uni Eropa dan AS. 

Perjanjian tersebut dikabarkan akan menetapkan tarif 15 persen untuk sebagian besar ekspor Uni Eropa, menggantikan tarif 30 persen yang sedianya berlaku pada 1 Agustus.

>

"Di India, Menteri Perdagangan Piyush Goyal mengatakan ia optimistis negaranya dapat mencapai kesepakatan dengan AS untuk menghindari ancaman tarif sebesar 26 persen," tulis Ibrahim dalam risetnya, Jumat (25/7).

Perkembangan ini menyusul kesepakatan perdagangan AS-Jepang yang diumumkan Presiden Trump awal pekan ini, di mana tarif dipangkas menjadi 15 persen untuk semua barang impor Jepang dari sebelumnya diusulkan 25 persen.

Hal ini memperkuat sentimen bahwa negara-negara lain juga berpotensi mencapai kesepakatan menguntungkan sebelum batas waktu yang ditentukan.

Selain itu, Ibrahim menyoroti meningkatnya kekhawatiran mengenai independensi Federal Reserve (The Fed) setelah kunjungan Presiden Donald Trump ke kantor pusat The Fed. Kritik Trump terhadap renovasi kantor pusat The Fed bersamaan dengan ketidakstabilan geopolitik turut memperkuat indeks dolar AS.

Fokus pasar pada hari ini yaitu rilis data Pesanan Barang Tahan Lama AS yang akan diumumkan malam nanti pukul 19.30 WIB. Data ini penting menjelang keputusan kebijakan moneter The Fed minggu depan pada 29-30 Juli.

The Fed diperkirakan akan mempertahankan suku bunga yang berlaku saat ini pada pertemuan bulan Juli.

Dari sisi domestik, pemerintah tetap optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia periode 2025 mampu menembus target 5,2 persen, didukung oleh kondisi pasar yang lebih kondusif pada semester II-2025. Meskipun tantangan ekonomi global dan domestik masih ada, Ibrahim mengatakan diperlukan dorongan kebijakan akseleratif melalui APBN maupun non-APBN.

"Mulai muncul sentimen positif atas sebagian komponen produk domestik bruto (PDB), sehingga tren anjloknya pertumbuhan ekonomi pada dua kuartal belakangan pun masih bisa dibalas pada paruh akhir 2025. Misalnya dengan realisasi beberapa kesepakatan dagang dan sinyal positif lain, dan berharap 2025 masih mampu menjangkau 5,2 persen," ujarnya.

Sebagai contoh, komponen konsumsi pemerintah masih bisa didorong melalui akselerasi penyerapan belanja APBN. Sementara itu, komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) juga berpotensi bangkit, tercermin dari lonjakan impor barang modal pada April dan Mei yang signifikan dibandingkan tiga bulan awal 2025.

Indeks keyakinan konsumen pada Juni 2025 naik tipis ke level 117,8 basis poin dari sebelumnya 117,5 basis poin, begitu pula dengan indeks penjualan riil yang naik ke 233,7 basis poin dari sebelumnya 232,4 basis poin, menunjukkan arah konsumsi yang lebih cerah.

Oleh karena itu, demi menjaga momentum akselerasi, pemerintah akan mengoptimalkan strategi jangka pendek. Ini mencakup mendorong belanja, memperkuat sektor industri pengolahan dan padat karya, program subsidi kredit perumahan, menggenjot konsumsi dari sektor pangan dan efek berganda program makan bergizi gratis, serta optimalisasi sektor pariwisata pada momen-momen puncak permintaan.

Berdasarkan analisis tersebut, Ibrahim memprediksi bahwa nilai tukar rupiah akan bergerak fluktuatif pada perdagangan selanjutnya dan berpotensi ditutup melemah dalam rentang Rp16.310-Rp16.360 per dolar AS.

(Febrina Ratna Iskana)

SHARE