MARKET NEWS

Rupiah Hari Ini Ditutup Menguat 23 Poin ke Rp16.263

Anggie Ariesta 06/06/2024 15:42 WIB

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah sempat dibuka pada level Rp16.285 per dolar AS.

Rupiah Hari Ini Ditutup Menguat 23 Poin ke Rp16.263 (FOTO:MNC Media)

IDXChannel - Nilai tukar (kurs) rupiah pada perdagangan hari ini ditutup menguat 23 poin atau 0,14% ke level Rp16.263 setelah sebelumnya di Rp16.286 per dolar AS.

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah sempat dibuka pada level Rp16.285 per dolar AS. Pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan, dolar AS dipengaruhi oleh data ketenagakerjaan ADP yang lemah menunjukkan penurunan lebih lanjut di pasar tenaga kerja.

Data tersebut muncul setelah data lowongan kerja yang lemah, dan juga membuka kemungkinan bagi data nonfarm payrolls yang lemah pada hari Jumat.

"Indikator ekonomi lainnya juga menunjukkan adanya perlambatan di negara dengan perekonomian terbesar di dunia ini, yang dapat memberikan prospek inflasi yang lebih lemah dan memberikan kepercayaan diri yang lebih besar kepada The Fed untuk mulai menurunkan suku bunganya," tulis Ibrahim dalam risetnya, Kamis (6/6/2024).

Hampir dua per tiga ekonom kini memperkirakan The Fed akan menurunkan suku bunga pada bulan September, menurut jajak pendapat Reuters pada tanggal 31 Mei-5 Juni, mengimbangi berita penurunan pasokan baru-baru ini.

Namun, kemungkinan penurunan suku bunga berpotensi diperlemah oleh aktivitas sektor jasa AS, yang menyumbang sebagian besar output perekonomian AS, yang kembali tumbuh pada bulan Mei setelah mengalami kontraksi pada bulan April. Investor sekarang menantikan pertemuan Bank Sentral Eropa (ECB) pada hari Kamis, di mana bank tersebut diperkirakan akan menurunkan suku bunga depositonya dari rekor tertinggi sebesar 4%.  terus moderat.

Selain itu, sentimen terhadap China memburuk dalam beberapa sesi terakhir karena para pedagang menunggu lebih banyak isyarat mengenai rencana negara tersebut untuk menopang pertumbuhan ekonomi. Data perdagangan utama juga tersedia pada minggu ini.

Dari sentimen domestik, guna untuk mendorong agar defisit fiskal turun. Maka Pemerintah kedepan akan menggabungkan  Ditjen Pajak dan Ditjen Bea Cukai menjadi Badan Otorita Penerimaan Negara (BOPN) sesuai dengan program kampanye Prabowo-Gibran saat debat pilpres 2024. Tujuan dari penggabungan Ditjen tersebut adalah mengarah kepada pengurangan defisit sehingga dalam pemerintahannya nanti, utang pun tidak semakin menggunung.

Sedangkan potensi penerimaan negara yang masih sangat besar hingga Rp500an triliun, namun bukan dari menambah beban masyarakat dengan kenaikan tarif-tarif pajak.   Salah satunya, penerimaan utama dari pajak masih dapat dijaring dengan memperkecil ruang gerak shadow economy/ bayangan ekonomi, dengan memperhitungkan, dari posisi produk domestik bruto (PDB) Indonesia 2023 di level Rp20.892 triliun, sebanyak 60% atau sekitar Rp12.000-an triliun merupakan konsumsi rumah tangga.

Konsumsi rumah tangga yang terekam dalam pendapatan negara dari komponen Pajak Pertambahan Nilai serta Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPN/PPnBM) pada 2023, hanya senilai Rp737,64 triliun.  

Terlebih, pemerintah perlu mendorong Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk menghasilkan pendapatan yang lebih banyak untuk negara, dari Rp10.000 triliun total aset milik BUMN, perusahaan pelat merah tersebut hanya menyumbang sedikit kepada pendapatan negara.

Melihat pendapatan negara bukan pajak (PNBP) dari BUMN, tercatat hanya Rp82,06 triliun. Dia juga mendorong pemerintah untuk memaksimalkan aset-aset milik BUMN untuk mengerek penerimaan negara.  Untuk itu, dengan adanya BPN yang memisahkan Direktorat Jenderal Pajak dan Direktorat Jenderal Bea Cukai dari Kementerian Keuangan dapat mendesain hal-hal tersebut.

Berdasarkan data diatas, mata uang rupiah untuk perdagangan berikutnya diprediksi bergerak fluktuatif, namun kembali ditutup menguat di rentang Rp16.220 - Rp16.290.






(SAN)

SHARE