MARKET NEWS

Rupiah Hari Ini Ditutup Menguat ke Rp16.353 per Dolar AS

Anggie Ariesta 24/06/2025 15:41 WIB

Nilai tukar rupiah ditutup menguat ke level Rp16.353 per dolar AS pada akhir perdagangan Selasa (24/6/2025).

Rupiah Hari Ini Ditutup Menguat ke Rp16.353 per Dolar AS. (Foto: Inews Media Group)

IDXChannel - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup menguat pada akhir perdagangan Selasa (24/6/2025). Mata uang Garuda naik 138,5 poin atau sekitar 0,84 persen ke level Rp16.353 per dolar AS.

Menurut pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi, pasar masih mencerna langkah Presiden AS Donald Trump mengumumkan gencatan senjata antara Israel dan Iran. Dia menambahkan Iran akan segera memulai gencatan senjata, diikuti oleh Israel setelah 12 jam.

"Jika kedua belah pihak menjaga perdamaian, perang akan resmi berakhir setelah 24 jam, mengakhiri konflik selama 12 hari. Trump mengatakan bahwa gencatan senjata "lengkap dan total" akan mulai berlaku dengan tujuan untuk mengakhiri konflik antara kedua negara," tulis Ibrahim dalam risetnya, Selasa (24/6/2025).

>

Keterlibatan langsung AS dalam perang juga telah memfokuskan investor secara langsung pada Selat Hormuz, jalur air sempit dan vital antara Iran dan Oman di Teluk Timur Tengah yang dilalui antara 18 dan 19 juta barel minyak mentah dan bahan bakar per hari, hampir seperlima dari konsumsi dunia. 

Kekhawatiran berkembang bahwa gangguan apapun pada aktivitas maritim melalui selat tersebut akan melambungkan harga, mungkin hingga mencapai angka tiga digit.

Pergeseran narasi suku bunga Federal Reserve dengan Gubernur Fed Michelle Bowman mengisyaratkan potensi penurunan suku bunga paling cepat Juli, dengan alasan meredanya tekanan inflasi.

Komentarnya menambah spekulasi seputar langkah Fed berikutnya, dengan pasar kini mengalihkan fokus mereka ke kesaksian Ketua Jerome Powell di hadapan Kongres pada Selasa untuk petunjuk kebijakan lebih lanjut.

Laporan kebijakan moneter The Fed baru-baru ini mengungkapkan ada tanda-tanda awal bahwa tarif berkontribusi terhadap inflasi yang lebih tinggi. Namun, dampak penuhnya belum tercermin dalam data.

Laporan tersebut menambahkan kebijakan saat ini berada pada posisi yang baik dan stabilitas keuangan tangguh di tengah ketidakpastian yang tinggi.

"Hari ini fokus pasar adalah kesaksian Ketua Fed Jerome Powell di Kongres AS, angka Keyakinan Konsumen terbaru dan Indeks Manufaktur Richmond," kata Ibrahim.

Dari sentimen internal, pemerintah sebelumnya mencatat Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) mengalami defisit sebesar Rp21 triliun per akhir Mei 2025. Meski alami pergeseran dari posisi surplus pada bulan sebelumnya, namun kondisi fiskal masih dalam batas yang sangat terkendali.

Defisit tersebut baru mencapai 0,09 persen terhadap produk domestik bruto (PDB), jauh di bawah batas defisit yang ditetapkan dalam Undang-Undang APBN 2025 sebesar Rp616,2 triliun atau sekitar 2,29 persen dari PDB. 

Pendapatan negara hingga Mei 2025 tercatat Rp995,3 triliun atau 33,1 persen dari target tahunan. Sementara realisasi belanja negara mencapai Rp1.016,3 triliun atau 28,1 persen dari total pagu belanja.

APBN tetap menjalankan peran countercyclical, yaitu meredam tekanan ekonomi melalui intervensi fiskal yang terukur. Kebijakan ini dianggap penting di tengah ketidakpastian global yang dipicu oleh konflik geopolitik dan volatilitas harga komoditas.

Dengan surplus keseimbangan primer sebesar Rp192,1 triliun, pemerintah memastikan pembiayaan utang tetap terkendali. Realisasi pembiayaan mencapai Rp324,8 triliun atau 52,7 persen dari target.

Keseimbangan primer menunjukkan kas negara cukup untuk membiayai kebutuhan pokok, termasuk belanja prioritas dan pembayaran kewajiban.

Walaupun APBN mengalami defisit tetap terkendali, pemerintah akan terus berkomitmen menjaga disiplin fiskal agar pertumbuhan ekonomi tetap terjaga dan keberlanjutan pembangunan tidak terganggu.

Berdasarkan analisis tersebut, Ibrahim memprediksi mata uang rupiah akan bergerak fluktuatif pada perdagangan selanjutnya dan berpotensi ditutup menguat dalam rentang Rp16.300-Rp16.360 per dolar AS.

(Febrina Ratna Iskana)

SHARE