MARKET NEWS

Rupiah Hari Ini Tertekan, Pasar Mata Uang Bergerak Variatif

Dinar Fitra Maghiszha 29/03/2022 10:00 WIB

Nilai mata uang rupiah di pasar spot hari ini melanjutkan koreksi atas dolar Amerika Serikat pada perdagangan Selasa pagi (29/3/2022).

Rupiah Hari Ini Tertekan, Pasar Mata Uang Bergerak Variatif

IDXChannel - Nilai mata uang rupiah di pasar spot hari ini melanjutkan koreksi atas dolar Amerika Serikat pada perdagangan Selasa pagi (29/3/2022).

Berdasarkan data RTI, hingga pukul 09:17 WIB, mata uang Garuda turun -12 poin atau -0,8% di Rp14.329 per 1 dolar Amerika Serikat.

Pasar uang di kawasan Asia Pasifik bergerak variatif atas dolar AS. Dolar Hong Kong naik 0,02% di 7,8281, Won Korea Selatan menguat 0,26% di 1.220,57, dan Ringgit Malaysia tertekan -0,15% di 4,2210.

Dolar Taiwan merosot -0,09% di 28,783, Baht Thailand tumbuh 0,10% di 33,735, Dolar Singapura meningkat 0,04% di 1,3600, dan Yuan China naik 0,08% di 6,3674. Adapun Yen Jepang tumbuh 0,17% di 123,69, Dolar Australia menguat 0,09% di 0,7494, dan Peso Filipina anjlok -0,10% di 52,120,

Indeks dolar yang mengukur kinerja sejumlah mata uang lainnya bergerak koreksi -0,01% di 99,08. Penguatan dolar tampak cukup stabil di antara pasangan mata uang lain, termasuk euro dan aussie.

Sementara yen Jepang terus berjuang untuk memperbaiki kinerja setelah masuk dalam sesi terburuknya hingga di 125,10 per dolar AS, atau terendah sejak Agustus 2015.

Bank of Japan dikabarkan telah membeli obligasi pemerintah senilai kurang dari US$500 juta pada Senin (28/3), dan akan melanjutkan pembelian kembali untuk mempertahankan target yield obligasi 10 tahun sebesar 0,25%.

Aksi ini dipandang kontras dibandingkan dengan sikap hawkish Federal Reserve Amerika Serikat yang akan melanjutkan kenaikan suku bunga acuan pada tahun ini.

Risalah pertemuan Bank of Japan bulan Maret 2022 yang diterbitkan pada Selasa (29/3) menunjukkan pembuat kebijakan menekankan perlunya menjaga kebijakan moneter sangat longgar, kendati ancaman inflasi telah berada di depan mata.

Ekonom melihat tekanan yen masih terus hadir sejalan dengan meningkatkan biaya impor, terutama untuk sektor energi.

"Depresiasi yen Jepang merupakan masalah besar bagi perekonomian Jepang, karena ekonomi mereka -terutama rumah tangga- menghadapi kenaikan inflasi, depresiasi yen dapat mempercepatnya," kata Kentaro Koyama, kepala ekonom di Deutsche Bank di Tokyo.

(NDA)

SHARE