MARKET NEWS

Rupiah Melemah ke Rp16.581 Dibayangi Sentimen The Fed hingga Ketegangan Global

Anggie Ariesta 16/10/2025 16:42 WIB

Nilai tukar rupiah terkoreksi 5 poin atau sekitar 0,03 persen ke level Rp16.581 per USD pada akhir perdagangan Kamis (16/10/2025).

Rupiah Melemah ke Rp16.581 Dibayangi Sentimen The Fed hingga Ketegangan Global (Foto: dok Freepik)

IDXChannel - Nilai tukar rupiah terkoreksi 5 poin atau sekitar 0,03 persen ke level Rp16.581 per USD pada akhir perdagangan Kamis (16/10/2025).

Pengamat pasar uang Ibrahim Assuaibi menjelaskan, tekanan terhadap rupiah masih dipengaruhi oleh ekspektasi pasar terhadap arah kebijakan suku bunga bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed).

"Beige Book Federal Reserve, yang dirilis kemarin menunjukkan bahwa aktivitas ekonomi AS hanya sedikit berubah dalam beberapa pekan terakhir, dengan para pelaku bisnis menyebutkan permintaan yang lebih lambat dan tekanan biaya yang masih ada," tulis Ibrahim dalam risetnya, Kamis (16/10/2025).

Menurutnya, laporan Beige Book The Fed juga menyoroti tanda-tanda awal pelemahan pasar tenaga kerja, yang memperkuat ekspektasi bahwa The Fed akan segera melonggarkan kebijakan moneternya guna menjaga momentum pertumbuhan.

Namun demikian, pasar global masih dibayangi risiko eksternal. Ketegangan perdagangan AS-China kembali meningkat setelah Washington mengancam menerapkan tarif baru terhadap produk-produk buatan China, sementara Beijing merespons dengan memperluas kontrol ekspor bahan tanah jarang.

Selain itu, penutupan pemerintahan AS (government shutdown) yang kini memasuki minggu ketiga turut menambah ketidakpastian. Kondisi tersebut telah menunda rilis sejumlah data ekonomi penting dan memicu kekhawatiran terhadap stabilitas fiskal di Washington.

Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) melaporkan posisi utang luar negeri (ULN) Indonesia pada Agustus 2025 sebesar USD431,9 miliar, menurun dibandingkan Juli 2025 yang mencapai USD432,5 miliar. Secara tahunan, ULN tumbuh 2 persen (yoy), melambat dari pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 4,2 persen (yoy).

BI mencatat, perlambatan tersebut bersumber dari menurunnya pertumbuhan ULN pemerintah maupun swasta. Pada sisi pemerintah, perkembangan ini dipengaruhi oleh melambatnya aliran modal asing ke Surat Berharga Negara (SBN) seiring ketidakpastian pasar global yang masih tinggi.

Sebagai instrumen pembiayaan APBN, BI menegaskan bahwa ULN pemerintah tetap dikelola secara hati-hati, terukur, dan akuntabel untuk mendukung pembiayaan program-program prioritas seperti sektor kesehatan, pendidikan, pertahanan, infrastruktur, serta transportasi dan jasa keuangan.

Adapun porsi ULN pemerintah didominasi oleh utang jangka panjang dengan pangsa mencapai 99,9 persen dari total ULN pemerintah.

Dengan mempertimbangkan perkembangan eksternal dan domestik tersebut, Ibrahim memproyeksikan rupiah akan bergerak fluktuatif pada perdagangan berikutnya di rentang Rp16.580-Rp16.620 per USD.

(DESI ANGRIANI)

SHARE