Rupiah Menguat ke Rp16.264 per USD
Nilai tukar rupiah menguat pada perdagangan awal pekan, Senin (8/7/2024) terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
IDXChannel - Nilai tukar rupiah menguat pada perdagangan awal pekan, Senin (8/7/2024), terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Rupiah dibuka menguat 0,07 persen di level Rp16.264 per USD pada pukul 09.00 WIB setelah pada sesi Jumat (5/7) mata uang Garuda berada di level Rp16.275 per USD.
Melansir Trading View, sepanjang 2024, rupiah masih melemah 4,83 persen terhadap USD. Namun, secara mingguan, rupiah sudah menguat 0,53 persen. (Lihat grafik di bawah ini.)
Pulihnya kinerja rupiah seiring penurunan kinerja indeks dolar (DXY) yang turun di sekitar 104,92 pada pagi ini.
Indeks dolar bertahan pada level terendah dalam tiga minggu karena pasar terus menilai serangkaian data ekonomi sebagai petunjuk mengenai waktu dan sejauh mana The Federal Reserve (The Fed) akan menurunkan suku bunga.
Penguatan rupiah kali ini didukung oleh selera invetor asing yang mulai kembali melirik pasar keuangan Tanah Air.
Catatan Bank Indonesia (BI), berdasarkan data transaksi 1 hingga 4 Juli 2024, investor nonresiden alias asing tercatat beli neto Rp8,34 triliun.
Angka ini terdiri dari beli neto Rp2,08 triliun di pasar saham, beli neto Rp8,15 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), serta jual neto Rp1,89 triliun di pasar SBN.
Sepanjang 2024, berdasarkan data setelmen hingga 4 Juli 2024, nonresiden tercatat jual neto Rp32,58 triliun di pasar SBN, jual neto Rp9,06 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp139,79 triliun di SRBI.
Pekan ini, pasar akan menanti petunjuk dari BI yang akan merilis indeks kepercayaan konsumen Indonesia periode Juni 2024 pada Senin (8/7).
Dari AS, perhatian akan tertuju pada rilis data CPI dan PPI untuk Juni, diikuti oleh kesaksian paruh tahun Ketua The Fed Jerome Powell mengenai kebijakan moneter di hadapan Senate Banking Committee.
Di Eropa, sorotan akan tertuju pada putaran kedua pemilihan parlemen pada Minggu (7/7). Di tempat lain, keputusan suku bunga akan diumumkan di Selandia Baru, Korea Selatan, dan Malaysia, disertai dengan rilis data inflasi di Meksiko, China, Brasil, India, dan Rusia.
China juga akan merilis data tingkat inflasi, PPI, pinjaman yuan baru, dan neraca perdagangan. (ADF)