Rupiah Perkasa di Tengah Pemilu 2024, Simak Trennya
Nilai tukar rupiah mengalami penguatan 0,58 persen terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dalam sepekan terakhir di tengah gelaran pemilihan umum (Pemilu) 2024.
IDXChannel – Nilai tukar rupiah mengalami penguatan 0,58 persen terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dalam sepekan terakhir di tengah gelaran pesta demokrasi lima tahunan alias pemilihan umum (Pemilu) 2024.
Menurut data Trading View, Selasa (13/2/2024), rupiah berada di kisaran Rp15.589 per dolar AS (USD).
Sebelumnya, rupiah pada perdagangan awal pekan, Senin (12/2) ditutup menguat 40 poin ke level Rp15.595. Setelah sebelumnya sempat melemah di level Rp15.635.
Indeks dolar berada pada level tertinggi tiga bulan di sekitar 104,8 pada Rabu setelah melonjak 0,7 persen di sesi sebelumnya didukung data inflasi konsumen AS yang lebih tinggi dari perkiraan.
Kondisi ini memperkuat pandangan bahwa bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed) akan mulai memangkas suku bunga lebih lambat dari perkiraan pasar.
Data terbaru menunjukkan tingkat inflasi umum turun menjadi 3,1 persen di bulan Januari dari 3,4 persen di bulan Desember, namun berada di atas perkiraan sebesar 2,9 persen.
Tingkat inflasi inti tidak berubah pada 3,9 persen, kontras dengan ekspektasi perlambatan ke 3,7 persen.
Pasar kini memperkirakan tidak ada penurunan suku bunga bank sentral AS Federal Reserve (The Fed) pada Maret dan telah menurunkan kemungkinan penurunan suku bunga pada bulan Mei.
Investor sekarang juga tengah menantikan komentar Presiden The Fed Chicago Austan Goolsbee pada hari ini untuk panduan lebih lanjut. Dolar menguat secara keseluruhan dan mencapai level tertinggi dalam tiga bulan terhadap euro, dolar Australia, dan yuan.
Sentimen Pemilu Seberapa Berdampak?
Di era reformasi, Indonesia telah menyelenggarakan tiga kali Pemilihan Umum Presiden (Pilpres). Pilpres digelar pada 2004, 2009, dan 2014 dengan kinerja nilai tukar rupiah yang cukup beragam.
Sepanjang 2009, rupiah menguat 13,2 persen, sedangkan sepanjang 2004 dan 2014 rupiah melemah masing-masing 10,2 persen dan 1,8 persen terhadap dolar AS. Secara year on year (yoy), rupiah sudah terdepresiasi 2,64 persen sepanjang 2023 menurut data Trading View. (Lihat grafik di bawah ini.)
Memasuki 2024, rupiah sempat mengalami pelemahan terhadap dolar AS. Pelemahan mata uang Garuda di awal tahun lebih didorong karena mundurnya ekspektasi pasar terkait pemangkasan suku bunga bank sentral AS.
Jelang akhir Januari, (24/1/2024), rupiah tertekan 0,56 persen di level Rp15.711 per USD. Dalam sebulan hingg 13 Februari 2024, rupiah telah melemah 0,23 persen terhadap dolar AS, menurut data Trading View.
Seminggu jelang pemilu, investor di pasar keuangan nampaknya masih bersikap wait and see di pekan menjelang gelaran pemilu.
Kala itu, rupiah masih menghadapi tekanan pekan ini, meski stabil di kisaran Rp15.600 per USD. Pada perdagangan Rabu (7/2/2024), kinerja rupiah menguat 0,25 persen di level Rp15.685 per USD pada pukul 11.53 WIB. Di awal sesi, rupiah berada di level Rp15.724 per USD.
Meski ada pemilu, Bank Indonesia (BI) tetap melihat kinerja rupiah akan menguat di 2024. Hal ini tercermin dari stabilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang tetap terjaga.
“Dari sisi fundamental, kondisi saat ini mendukung untuk mendorong kinerja rupiah, namun kondisi global masih belum dapat dipastikan,” ujar Gubernur BI, Perry Warjiyo dalam Pengumuman Hasil RDG Bulan Januari 2024, Jakarta, Rabu (17/1/2024).
Sejumlah sentimen global masih lebih berdampak pada volatilias kinerja rupiah sepanjang tahun lalu hingga memasuki awal tahun ini, terutama arah kebijakan The Fed, ketimbang sentimen politik dalam negeri.
Saat Sri Mulyani ramai dikabarkan mundur dari kabinet Presiden Joko Widodo (Jokowi), rupiah sempat merespon dengan melemah di kisaran Rp15.800 per USD di akhir Januari lalu.
Menanggapi isu tersebut, Sri Mulyani tak berkomentar banyak saat ditanyai wartawan soal kabar dirinya bakal mundur dari kabinet, di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta pada Jumat (19/1/2024).
Jika melihat tren di Pemilu 2014, Nilai tukar rupiah atas dolar AS kembali bergerak menguat pada 8 Juli 2014. Sementara pilpres di adakan pada 9 Juli 2014.
Data Bloomberg Dollar Index kala itu menunjukkan rupiah bertengger di Rp11.708 atau menguat 0,04 persen. Sehari sebelumnya, (7/7/2014) rupiah bertengger di Rp11.713 (menguat 1,35 persen).
Dua hari pasca pilpres, tepatnya Kamis (10/7/2014), rupiah melanjutkan penguatan yang terjadi sejak akhir pekan sebelumnya. Berdasarkan data Bank Indonesia, kurs tengah rupiah hari ini bertengger di level Rp11.549 per dolar AS, dari kurs tengah sebelumnya Rp11.695 per dolar AS.
Saat itu penguatan rupiah juga didukung optimisme pelaku pasar yang merasa pilpres dapat berjalan dengan aman, damai, lancar, dan terkendali.
Tren yang sama terjadi pada pilpres 2019. BI mencatat pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mengalami penguatan secara point to point sebesar 1,17 persen hingga 23 April 2019. Sementara kala itu pilpres digelar pada 17 April 2019.
"Nilai tukar Rupiah pada 23 April 2019 tercatat menguat 1,17 persen secara point to point dibandingkan dengan akhir Maret 2019 dan 0,58 persen secara rerata dibandingkan dengan rerata Maret 2019," kata Gubernur BI Perry Warjiyo.
Penguatan rupiah kala itu tidak terlepas dari perkembangan aliran masuk modal asing yang besar ke pasar keuangan domestik, termasuk aliran masuk ke pasar saham yang berlanjut pada April 2019.
Sementara pada pemilu 2024, transaksi dari investor asing di bursa saham dilaporkan mencapai Rp1,2 triliun menjelang hari pencoblosan pemilu Rabu (14/2).
Pantauan penutupan perdagangan Selasa (13/2), empat blue chip saham perbankan menjadi incaran investor asing di seluruh pasar (all-market), yang terdiri dari pasar reguler, tunai, hingga negosiasi. (ADF)