MARKET NEWS

Rupiah Perkasa ke Rp16.205 per USD usai Trump Resmi Kenakan RI Tarif 32 Persen

Anggie Ariesta 08/07/2025 18:13 WIB

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) atau USD ditutup menguat pada akhir perdagangan Selasa (8/7/2025).

Rupiah Perkasa ke Rp16.205 per USD usai Trump Resmi Kenakan RI Tarif 32 Persen. (Foto iNews Media Group)

IDXChannel - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) atau USD ditutup menguat pada akhir perdagangan Selasa (8/7/2025). Rupiah berakhir naik 34 poin atau sekitar 0,21 persen ke level Rp16.205 per USD.

Menurut Pengamat Pasar Uang Ibrahim Assuaibi, kekhawatiran tentang kemungkinan dimulainya kembali perang dagang meningkat, menyusul pengumuman Presiden AS Donald Trump di platform media sosialnya tentang surat perdagangan yang dikirim ke Korea Selatan dan Jepang, yang menetapkan bea atas barang dan produk.

"Potensi perang dagang berlanjut setelah Trump mengumumkan tarif 25 persen untuk semua produk Korea dan Jepang yang dikirim ke AS, mulai 1 Agustus," ujarnya dalam risetnya, Selasa (8/7/2025).

Sentimen risiko memburuk saat pasar bersiap menghadapi batas waktu tanggal 9 Juli 2025, ketika AS diperkirakan secara resmi memberitahu mitra dagang tentang tarif baru yang berpotensi setinggi 70 persen, yang menargetkan lebih dari 100 negara.

Selain itu, data ekonomi AS yang kuat memicu taruhan bahwa Federal Reserve tidak akan memangkas suku bunga dalam beberapa bulan mendatang. Ancaman tarif Trump juga memacu beberapa permintaan untuk greenback, di tengah kekhawatiran bahwa pungutan tersebut akan bersifat inflasi bagi ekonomi AS.

Dari sentimen domestik, Trump mengumumkan Indonesia akan tetap dikenakan tarif resiprokal sebesar 32 persen. Penerapan tarif baru ini akan berlaku mulai 1 Agustus 2025. 

Dengan mundurnya pemberlakuan tarif baru, maka akan memberi waktu sekitar tiga minggu tambahan bagi setiap indonesia untuk membuat kesepakatan dengan Gedung Putih. Keputusan Trump tersebut dipandang banyak pihak menimbulkan ketidakpastian pasar.

Tarif ini bukan sekadar soal ekonomi, tetapi juga strategi geopolitik dan negosiasi. Dalam konteks teori permainan, tarif ini adalah upaya AS untuk mengubah 'payoff matrix' dalam hubungan dagang bilateral, memaksa Indonesia untuk mengevaluasi ulang strategi ekspor dan diplomasi dagangnya.

Oleh karena itu, pemerintah memperkirakan pertumbuhan ekonomi nasional akan terpangkas 0,3 hingga 0,5 persen akibat kebijakan ini. Selain itu, risiko pemutusan hubungan kerja (PHK) massal di sektor padat karya seperti tekstil dan alas kaki semakin besar.

"Walaupun terpangkas, posisi Indonesia masih kuat, meski proyeksi pertumbuhan ekonomi pada 2025 turun dari 5,2 persen menjadi 4,7-5 persen. Sebab proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia masih lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi global yang hanya 2,3 persen," katanya.

Berdasarkan analisis tersebut, Ibrahim memprediksi mata uang rupiah akan bergerak fluktuatif pada perdagangan selanjutnya dan berpotensi ditutup melemah dalam rentang Rp16.200-Rp16.250 per USD.

(Dhera Arizona)

SHARE