MARKET NEWS

Rupiah Tembus Rp15 Ribu Per USD, Emiten Ini Bisa Raup Cuan?

Dinar Fitra Maghiszha 07/07/2022 09:42 WIB

Nilai tukar rupiah terus merosot dalam beberapa waktu terakhir. Bahkan sempat jebol ke Rp15.000 per 1 dolar Amerika Serikat.

Rupiah Tembus Rp15 Ribu Per USD, Emiten Ini Bisa Raup Cuan? (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Nilai tukar rupiah terus merosot dalam beberapa waktu terakhir. Bahkan sempat jebol ke Rp15.000 per 1 dolar Amerika Serikat. Mata uang Garuda bergerak fluktuatif dan cenderung menguat 0,16% di Rp14.976, pada Kamis (7/7/2022), pukul 09:29 WIB.

Di tengah depresiasi mata uang nasional, sejumlah analis menilai terdapat emiten yang justru mendapat berkah, yakni perusahaan yang melakukan transaksi pendapatan dengan memakai kurs dolar.

"Untuk emiten yang diuntungkan adalah emiten yang memiliki aktivitas bisnis dengan pendapatannya dalam bentuk dolar, sehingga apabila mencatat pembukuan keuangan dalam bentuk rupiah, maka ketika dikurskan dalam bentuk rupiah akan meningkat," kata Financial Expert PT Ajaib Sekuritas Asia, Chisty Maryani saat dihubungi MNC Portal Indonesia, dikutip Kamis (7/7/2022).

Komoditas batu bara menjadi ladang penghasilan bagi perusahaan eksportir untuk memanfaatkan cuan saat harga batu bara masih berada di level tertingginya. Chisty menyebut tiga emiten yakni PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), dan PT Harum Energy Tbk (HRUM).

"Emiten tersebut juga dapat katalis positif dari kenaikan harga komoditas batu bara karena gangguan rantai pasok global di tengah demand yang tinggi akan batu bara," ujarnya.

Chisty juga merinci sejumlah sektor yang patut diwaspadai pelemahan kurs terjadi cukup lama. Beberapa emiten yang dimaksud adalah perusahaan yang memiliki pendapatan dalam bentuk rupiah namun mempunyai porsi utang yang besar dalam denominasi dolar AS.

"Terlebih jika utang tersebut dengan metode floating yang tentunya besaran bunga akan mengikuti kenaikan suku bunga," ujarnya.

Selanjutnya adalah emiten yang melakukan kegiatan bisnis dengan skema impor bahan baku, dan melakukan penjualan di pasar domestik.

"Mereka yang tidak memiliki porsi penjualan ekspor yang besar juga akan terdampak pelemahan mata uang rupiah terhadap dolar," tandasnya. (TYO)

SHARE