MARKET NEWS

Rupiah Tertekan Jelang Rilis Inflasi AS, Sentuh Rp16.100 per USD

Anggie Ariesta 14/05/2024 15:48 WIB

Nilai tukar Rupiah pada perdagangan hari ini (14/) ditutup melemah 19 poin atau 0,12% ke level Rp16.100 per USD.

Rupiah Tertekan Jelang Rilis Inflasi AS, Sentuh Rp16.100 per USD (foto mnc media)

IDXChannel - Nilai tukar Rupiah pada perdagangan hari ini (14/) ditutup melemah 19 poin atau 0,12% ke level Rp16.100 per USD dibandingkan perdagangan sebelumnya pada Rp16.080.

Berdasarkan data Bloomberg, mata uang Garuda sempat dibuka pada level Rp16.133 per USD.

Pengamat Pasar Uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan, dolar AS menguat sediki, konsolidasi setelah perubahan baru-baru ini karena fokus beralih ke data inflasi AS yang akan datang untuk mendapatkan petunjuk lebih lanjut mengenai suku bunga.

"Namun, volatilitas ini kemungkinan akan berkurang pada awal minggu baru ini karena para investor menunggu rilis data inflasi AS terbaru, yang kemungkinan akan menentukan sentimen jangka pendek mengenai potensi penurunan suku bunga," tulis Ibrahim dalam risetnya, Selasa (14/5/2024).

Para analis memperkirakan, laporan Indeks Harga Konsumen (IHK) yang penting pada Rabu ini akan menunjukkan kenaikan inflasi sebesar 3,6% dari tahun ke tahun, yang akan menjadi kenaikan terkecil dalam tiga tahun terakhir. 

Menurut Ibrahim, kedua data tersebut kemungkinan besar akan menjadi faktor dalam prospek suku bunga AS, setelah data inflasi yang terlalu panas sepanjang kuartal pertama membuat pasar sebagian besar tidak memperhitungkan sebagian besar spekulasi penurunan suku bunga tahun ini. 

Selain itu, sambungnya, pasar gelisah terhadap China setelah pengembang properti besar lainnya, dalam hal ini Agile Group Holdings Ltd gagal membayar obligasinya. 

"Gagal bayar ini sebagian besar mengimbangi optimisme atas membaiknya inflasi di China, serta pengumuman Beijing baru-baru ini mengenai rencana penerbitan obligasi besar-besaran senilai 1 triliun Yuan (USD138 miliar)," jelasnya.

Kemerosotan pasar properti yang berkepanjangan telah menjadi titik tekanan utama terhadap perekonomian China, meskipun ada upaya berulang kali dari Beijing untuk mendukung sektor ini. Sejumlah kota besar di China telah melonggarkan pembatasan pembelian rumah dalam dua minggu terakhir.

Dari sentimen domestik, Ibrahim menambahkan, surplus neraca perdagangan Indonesia pada April 2024 diperkirakan menyusut dibandingkan dengan capaian surplus pada bulan sebelumnya, berada di kisaran USD3,5 miliar hingga USD4 miliar. 

"Penyebabnya diproyeksi karena kinerja, baik ekspor maupun impor akan mengalami penurunan pada April 2024," ujarnya.

Surplus yang menyusut terutama dipengaruhi oleh ketidakpastian perekonomian di global, juga hari kerja yang lebih pendek di dalam negeri karena adanya libur Lebaran.

Lebih lanjut, penyusutan surplus juga akan dipengaruhi oleh penurunan nilai ekspor yang lebih besar dibandingkan impor.

"Berdasarkan data di atas, mata uang Rupiah untuk perdagangan selanjutnya diprediksi bergerak fluktuatif, namun kembali ditutup melemah di rentang Rp16.090-Rp16.150 per USD," tukas Ibrahim.

(FAY)

SHARE