MARKET NEWS

Saham ‘Big Four’ Bank Loyo, Transaksi Bursa Sepi, Apa Sebabnya?

Melati Kristina - Riset 28/12/2022 11:33 WIB

Kinerja saham big four bank cenderung loyo pada Desember seiring sepinya transaksi pasar di bursa Tanah Air.

Saham ‘Big Four’ Bank Loyo, Transaksi Bursa Sepi, Apa Sebabnya? (Foto: MNC Media)

IDXChannel – Kinerja saham big four perbankan cenderung loyo pada Desember tahun ini seiring dengan sepinya transaksi pasar di bursa Tanah Air. Ini membuat window dressing di akhir 2022 menjadi tak menarik.

Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI) pada sesi I, Rabu (28/12), kinerja saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menunjukkan kinerja paling loyo di antara bank big four lainnya, yakni terkontraksi hingga 7,53 persen sepanjang sebulan belakangan.

Selain mencatatkan kinerja terloyo, emiten dengan market cap terbesar di bursa ini juga mencatatkan jual bersih (net sell) investor asing terbanyak dibanding bank big four.

Adapun BEI mencatat, net sell investor asing di BBCA dalam sebulan terakhir di pasar reguler per Rabu (28/12) mencapai Rp5,06 triliun.

Menyusul BBCA, dua bank big four lainnya yang kinerja sahamnya merosot sepanjang sebulan terakhir yaitu PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI).

Melansir data BEI pada Rabu (28/12) pukul 10.35 WIB, saham BBNI dan BMRI masing-masing merosot sebesar 6,82 persen dan 6,81 persen dalam sebulan belakangan.

Sementara investor asing juga melego saham kedua bank ini, dengan nilai net sell di BBNI mencapai Rp1,17 triliun dan BMRI sebesar Rp2,07 triliun dalam sebulan terakhir di pasar reguler.

Selain ketiga bank di atas, bank big four terakhir yang juga dilego investor asing di pasar reguler sebulan belakangan, yaitu PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) sebesar Rp634,18 miliar.

Bernasib sama dengan emiten big four lainnya, saham BBRI juga terkontraksi dalam kurun sebulan terakhir hingga 3,01 persen. (Lihat tabel di bawah ini.)

 

Transaksi Bursa Sepi di Masa Window Dressing

Loyonya kinerja saham big four di masa window dressing tak lepas dari sepinya transaksi di bursa Tanah Air sepekan belakangan.

Setidaknya, sejak Senin (19/12), nilai transaksi perdagangan di bursa hanya sebesar Rp10,6 triliun.

Adapun nilai transaksi perdagangan bursa dalam jumlah sedikit juga berlangsung hingga Kamis (22/12). BEI mencatat, pada Kamis (22/12), nilai transaksi saham di bursa hanya mencapai Rp8,3 triliun.

Melanjutkan nilai transaksi saham yang sepi di bursa sepekan terakhir, nilai transaksi pada Selasa (27/12) mencapai Rp8,52 triliun. Bahkan, pada Senin (26/12), nilai transaksi saham di bursa hanya mencapai Rp6,4 triliun.

Padahal, rerata transaksi harian selama bulan Desember di tahun 2020 mencapai Rp18,4 triliun. Sedangkan di bulan Desember tahun lalu sebesar Rp12,3 triliun.

Sedangkan transaksi rerata harian sepanjang 2022 mencapai Rp14-an triliun.

Pengamat pasar modal sekaligus founder WH Project, William Hartanto menilai, sepinya pasar belakangan ini diperkirakan karena pelaku pasar sedang wait and seedi bulan Desember karena umumnya diasumsikan akan terjadi window dressing.

“Sepertinya tidak ada window dressingdi Desember tahun ini, sehingga pelaku pasar cenderung menunda atau mengurangi transaksi sahamnya,” ujar William dalam wawancara dengan IDX Channel, Jumat lalu (23/12).

Informasi saja, window dressing adalah strategi para fund manager untuk mempercantik kinerja portofolio mereka pada akhir tahun.

Biasanya, para fund manager akan menjual saham dengan performa jelek dan membeli saham, terutama yang likuid dengan kinerja moncer demi memoles porto di penghujung tahun.

Sedangkan Analis senior sekaligus VP PT Samuel Sekuritas Indonesia M. Alfatih mengatakan, secara historikal transaksi akan jauh berkurang selama musim piala dunia. Namun, saat ini terus berlanjut hingga libur panjang akhir tahun.

“Bahkan, beberapa fund manager sudah berlibur,” kata Alfatih, dalam wawancara dengan IDX Channel, Jumat (23/12).

“Di sisi lain,” demikian jelas Alfatih, “Kondisi global menambah kehati-hatian pelaku pasar. Kelihatannya awal tahun depan baru akan mulai transaksinya,” ungkap Alfatih.

Periset: Melati Kristina

(ADF)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

SHARE