Saham Boeing Jatuh 5,5 Persen Setelah Kecelakaan Air India
Saham Boeing terpantau jatuh hingga 5,5 persen di pra-perdagangan bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street, pada Kamis (12/6/2025).
IDXChannel – Saham Boeing terpantau jatuh hingga 5,5 persen di pra-perdagangan bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street, pada Kamis (12/6/2025). Hal itu terjadi setelah pesawat Air India jatuh tak lama setelah lepas landas dari bandara Ahmedabad.
Dilansir dari AP, gerak saham Boeing yang menukik tajam menjadi salah satu faktor utama melemahnya indeks Dow Jones Industrial Average. Dow Jones tercatat turun 246 poin, atau 0,6 persen, pada pukul 09:35 pagi waktu setempat.
Sebelum kecelakaan terjadi, saham Boeing telah naik hampir 25 persen pada tahun ini. Perusahaan penerbangan raksasa tersebut tampaknya akhirnya bangkit dari lubang yang dalam setelah dua kecelakaan Boeing 737 Max 8 yang mematikan beberapa tahun lalu.
Namun, kenaikan saham Boeing itu akhirnya berakhir dengan kecelakaan yang terjadi di India.
Kecelakaan tersebut menewaskan 240 orang penumpang dan awak pesawat. Basis data Aviation Safety Network menyatakan kecelakaan tersebut merupakan kecelakaan fatal pertama sejak pesawat itu mulai beroperasi pada 2009.
Pesawat Boeing 787 yang dikenal sebagai Dreamliner merupakan pesawat pertama yang menggunakan baterai ion litium secara ekstensif, yang lebih ringan, lebih cepat terisi ulang, dan dapat menyimpan lebih banyak energi daripada jenis baterai lainnya.
Pada 2013, armada 787 dihentikan sementara karena baterai ion litiumnya terlalu panas, yang dalam beberapa kasus memicu kebakaran.
Kecelakaan Air India juga terjadi beberapa hari sebelum pembukaan Paris Air Show, sebuah pameran penerbangan besar tempat Boeing dan pesaingnya dari Eropa, Airbus, akan memamerkan pesawat mereka dan bersaing untuk mendapatkan pesanan jet dari pelanggan maskapai penerbangan.
Sebelumnya, Boeing telah mendapatn pesanan besar dari Timur Tengah selama kunjungan Presiden AS Donald Trump ke wilayah tersebut pada Mei 2025.
Kesepakatan tersebut mencakup pesanan senilai USD96 miliar untuk jet 787 dan 777X dari Qatar, yang tercatat sebagai pesanan terbesar untuk 787 dan jet berbadan lebar di perusahaan tersebut.
(Febrina Ratna Iskana)