Saham BRIS Terkoreksi 15 Persen dalam Sepekan, Ini Kata BSI
Saham PT Bank Syariah Indonesia Tbk atau BSI tertekan dalam beberapa waktu terakhir.
IDXChannel - Saham PT Bank Syariah Indonesia Tbk atau BSI tertekan dalam beberapa waktu terakhir. Dalam sepekan, saham dengan kode emiten BRIS itu turun sekitar 15 persen ke level Rp2.550.
Penurunan saham BRIS ditengarai akibat isu pengalihan saham ke Danantara. Perubahan pengendali tersebut dikhawatirkan dapat mengganggu ekosistem BSI yang sudah berjalan dengan baik, terutama dengan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI).
Corporate Secretary BSI, Wisnu Sunandar menepis penurunan tersebut karena isu Danantara. Menurutnya, pelemahan saham itu hanya koreksi wajar saja
"Kita lihat sebenarnya bukan cuma (saham) BSI ya, yang lain juga," ujarnya di Jakarta, Rabu (4/6/2025).
Wisnu menilai, kinerja BSI secara fundamental tidak ada yang berubah. Bank syariah terbesar di Tanah Air itu menunjukkan tren kinerja yang positif.
Dia lebih lanjut mengatakan, pelemahan saham lebih disebabkan oleh kondisi makro ekonomi secara umum. Selain itu, investor juga melakukan aksi ambil untung (profit taking) setelah saham BSI naik tajam usai tertekan usai Idulfitri.
"Saya kira kondisi makro dan aksi profit taking itu juga dilakukan para investor. Jadi wajarlah biasa kalau habis, ini kan bulan-bulannya pembagian dividen ya. Biasanya dilakukan aksi profit taking," ujarnya.
BSI sebelumnya juga elah mengumumkan pembagian dividen tunai sebesar Rp1,05 triliun untuk tahun buku 2024. Dividen setara Rp22,78 per saham itu rencananya dicairkan pada 19 Juni 2025.
Dia melihat penurunan tersebut masih wajar. Dia juga melihat penurunan ini seharusnya menjadi momentum bagi investor untuk melakukan buyback.
"Tapi kita lihat masih wajar kok ya, apa namanya, toleransinya itu masih wajar. Saya kira nanti sebentar lagi juga akan naik lagi. Jadi saatnya beli ya. Kan beberapa hari yang lalu kita sempat juga sentuh di Rp3.000 ya," ujarnya.
"Nanti juga akan rebound lagi. Sama seperti waktu awal tahun kan, kalau teman-teman awal tahun beli, saya kira sekarang banyak yang lakukan profit taking," kata Wisnu.
(Rahmat Fiansyah)