Saham BRMS Melejit usai Masuk VanEck Gold Miners ETF, Simak Proyeksi Terbaru
Saham PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) mendadak melejit belasan persen pada sesi pre-closing Jumat (19/9/2025).
IDXChannel – Saham PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) mendadak melejit belasan persen pada sesi pre-closing Jumat (19/9/2025).
Lonjakan ini terjadi setelah emiten tambang emas tersebut resmi masuk dalam daftar konstituen VanEck Gold Miners ETF (GDX), sebuah tonggak penting yang meningkatkan eksposur BRMS di mata investor global.
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), saham BRMS ditutup melonjak 17,12 persen menjadi Rp650 per unit, usai terbang di menit-menit terakhir perdagangan.
Nilai transaksi seiring inflow GDX pun mencapai Rp3,15 triliun. Investor asing via broker Maybank Sekuritas (kode ZP) mencatatkan beli bersih (net buy) Rp2,2 triliun.
Dalam sepekan, saham emiten yang terafiliasi dengan Grup Salim dan Grup Bakrie ini melambung 49,08 persen dan terbang 87,86 persen sepanjang 2025.
Pengamat pasar modal Michael Yeoh menilai masuknya BRMS ke GDX membawa keuntungan strategis bagi emiten tersebut.
“Ketika investor berinvestasi di GDX, kita tidak beli emas fisik, tapi saham-saham perusahaan pertambangan emas,” ujar Michael, Jumat (19/9/2025).
Ia menambahkan, potensi keuntungannya bisa jauh lebih besar. “Keuntungannya bisa lebih besar jika harga emas naik karena leverage, profit perusahaan tambang bisa meningkat lebih cepat daripada cuma emas fisik,” tuturnya.
Michael menegaskan langkah ini merupakan pencapaian bergengsi bagi BRMS. “Dan ini adalah hal yang prestisius bagi BRMS karena bisa masuk ke dalam indeks internasional ini,” ujar Michael.
Ia mengungkapkan arus dana masuk pada 19 September terbilang jumbo. “Inflow pada 19 September cukup besar di kisaran Rp2,5 triliun. Ini bahkan setara dengan FTSE bigcaps,” katanya.
Lebih jauh, Michael menyoroti potensi BRMS untuk meraih indeks global lainnya. “Hal menarik lain adalah potensinya BRMS untuk masuk MSCI dan FTSE pada November 2025 jika mampu mempertahankan angka 600 pada observation period,” demikian Michael menjelaskan.
Dari sisi teknikal, Michael juga mengamati pola pergerakan saham BRMS. “Secara teknikal, BRMS bergerak dengan pattern cup and handle. Potensi support neckline di 550–500, target 720,” imbuh Michael.
Sementara, menurut Sucor Sekuritas, dalam riset pada 15 September 2025, masuknya BRMS ke GDX menjadi titik balik signifikan bagi likuiditas, visibilitas, dan akses perseroan ke investor asing.
Sucor Sekuritas memperkirakan, inklusi BRMS dalam GDX berpotensi menarik aliran dana pasif sekitar USD80 juta, atau sekitar lima kali lipat dari rata-rata volume transaksi harian sahamnya.
Selama empat bulan terakhir, kinerja GDX tercatat melonjak 52 persen, jauh melampaui kenaikan harga emas yang hanya 16 persen. Hal ini mencerminkan rotasi investor ke saham-saham pertambangan emas sebagai proksi leverage terhadap kenaikan harga emas batangan.
Meski sudah reli, kata Sucor, GDX masih diperdagangkan dengan diskon yang lebar terhadap harga emas spot. Kondisi ini memberi sinyal ruang kenaikan lebih lanjut. BRMS, sebagai konstituen baru sekaligus salah satu yang tumbuh paling cepat di Asia Tenggara, diperkirakan akan menjadi pihak yang paling diuntungkan dari pergeseran ini.
Sucor pun mempertahankan rekomendasi beli (buy) untuk BRMS dengan target harga Rp750 per unit. Menurut riset Sucor, pada harga saat ini, BRMS diperdagangkan hanya di kisaran USD820 per ounce cadangan emasnya (EV/reserves), jauh di bawah harga emas spot sekitar USD3.600 per ounce.
Valuasi menarik ini, demikian penjelasan Sucor, bahkan belum memperhitungkan cadangan tembaga perseroan yang mencapai 1,2 miliar pon, yang dinilai memiliki potensi nilai besar dan belum tergarap.
Dengan re-rating sektor tambang emas secara global serta rencana BRMS meningkatkan produksi hingga 2026, saham ini diperkirakan mendapat dorongan dari momentum fundamental yang kuat dan sentimen positif sektor secara keseluruhan.
Sucor Sekuritas menilai BRMS tetap menjadi salah satu proksi emas-tembaga paling menarik di sektor sumber daya alam Indonesia. (Aldo Fernando)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.