MARKET NEWS

Saham DADA ARB di Tengah Rumor Bombastis, Analis: Indikasi Pump and Dump

TIM RISET IDX CHANNEL 13/10/2025 17:15 WIB

Saham PT Diamond Citra Propertindo Tbk (DADA) jatuh pada perdagangan Senin (13/10/2025).

Saham DADA ARB di Tengah Rumor Bombastis, Analis: Indikasi Pump and Dump. (Foto: Diamond Citra)

IDXChannel – Saham PT Diamond Citra Propertindo Tbk (DADA) jatuh pada perdagangan Senin (13/10/2025). Analis menilai pola pergerakan harga mengindikasikan praktik pump and dump.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), saham DADA ditutup anjlok hingga 15 persen atau batas auto rejection bawah (ARB), tepatnya 14,47 persen, menjadi Rp130 per unit. Nilai transaksi mencapai Rp13,63 miliar.

Ada antrean jual di kolom offer sebanyak 6,93 juta lot di harga ARB atau setara dengan Rp90,12 miliar.

Kapitalisasi pasar (market cap) DADA tercatat sebesar Rp966 miliar saat ini.

Dengan kondisi tersebut, saham DADA mengalami ARB selama dua hari berturut-turut, setelah sebelumnya sempat melesat hingga menyentuh level Rp240 per unit pada Jumat (10/10) pekan lalu. Pergerakan tajam tersebut terjadi tak lama setelah emiten ini resmi keluar dari papan pemantauan khusus atau Full Call Auction (FCA).

Sebagai informasi, saham DADA sebelumnya masuk ke papan FCA karena dua alasan. Pertama, harga rata-rata saham di Pasar Reguler dan/atau Pasar Reguler Periodic Call Auction berada di bawah Rp51. Kedua, likuiditasnya sangat rendah, dengan nilai transaksi harian rata-rata kurang dari Rp5 juta dan volume kurang dari 10.000 saham selama tiga bulan terakhir.

Saham DADA sendiri diperdagangkan di bawah Rp51 sejak akhir 2021. Tekanan semakin berat saat aturan baru bursa mulai berlaku pada akhir 2023, yang membuat harga saham ini terperosok ke bawah level gocap.

Bahkan, pada Maret-April 2024, saham DADA sempat anjlok hingga menyentuh Rp4 per unit. Namun, mulai Agustus 2025, saham ini perlahan bangkit dan meroket tajam hingga mencapai Rp240 pada akhir pekan lalu.

Alhasil, meski pada tahun-tahun sebelumnya sempat terpuruk, kinerja saham DADA justru meroket hingga 1.528 persen sepanjang 2025. Lonjakan ini banyak dipicu oleh berbagai rumor pasar yang beredar.

Menanggapi ramainya rumor terkait saham DADA, Founder WH Project William Hartanto memberikan pandangannya terhadap pola pergerakan harga saham tersebut.

“Ya. Saya ada perhatikan pola perdagangannya, ada indikasi pump and dump di sini, biarpun distribusi sahamnya tidak terlalu besar,” katanya, Senin (13/10/2025).

Pump and dump, atau lebih populer dengan istilah ‘pompom’ di kalangan investor lokal, merupakan praktik manipulasi pasar yang kerap terjadi pada saham-saham berkapitalisasi kecil atau dengan likuiditas terbatas.

Polanya muncul ketika sekelompok pihak mendorong harga saham naik lewat aksi beli dan sentimen positif, lalu melepas saham tersebut secara bertahap saat minat investor ritel mulai memuncak.

William menilai sentimen negatif semakin menguat setelah muncul data penurunan kepemilikan saham oleh pemilik lama.

“Adanya data tentang pengurangan posisi oleh owner memicu panic selling, dan itu bisa jadi pemicu berakhirnya tren saham DADA,” imbuh dia.

Memang, menurut data bursa, PT Karya Permata Inovasi Indonesia rajin melego kepemilikan sahamnya di DADA, terutama selama Juli-Agustus 2025. Karya Permata sudah melepas saham DADA dalam 21 kali kesempatan sejak awal Agustus hingga 29 September 2025.

Kepemilikan Karya Permata pun menyusut dari 4,90 miliar (65,96 persen) menjadi 4,35 miliar (58,57 persen).

Ia juga merespons kabar target harga fantastis Rp230.000 yang ramai beredar. William menegaskan, “Kalau soal target Rp230 ribu itu menurut saya bisa diabaikan, karena target setinggi itu hampir mustahil informasinya sampai ke publik duluan.”

Rumor Bombastis

Sebelumnya, beredar sejumlah rumor tak berdasar di lebih dari sepuluh media online terkait saham DADA.

Beberapa media bahkan menyebut harga saham DADA berpotensi melesat hingga Rp230.000 per saham, didorong rumor masuknya investor asing besar, termasuk Vanguard Group dari Amerika Serikat (AS).

Selain itu, muncul pula rumor mengenai keterlibatan investor asal Jepang yang disebut akan menjadi pintu masuk Vanguard ke pasar Indonesia melalui skema investasi bersama.

Narasi ini kerap dikaitkan dengan rencana proyek besar dan kebijakan pemerintah, sehingga memicu spekulasi tinggi di pasar.

Manajemen Buka Suara soal Volatilitas Harga Saham

DADA menegaskan tidak memiliki informasi atau fakta material yang belum diungkap ke publik terkait volatilitas harga saham perseroan belakangan ini.

Dalam keterbukaan informasi, pada 30 September 2025, manajemen menyatakan tidak mengetahui adanya hal yang dapat mempengaruhi nilai efek perusahaan maupun keputusan investasi pemegang saham, sebagaimana diatur dalam POJK Nomor 31/POJK.04/2015.

Perseroan juga menegaskan tidak ada informasi baru atau fakta material lain sesuai ketentuan Peraturan I-E. Hingga surat tersebut diterbitkan, tidak terdapat kejadian atau kondisi penting yang dapat memengaruhi harga saham maupun kelangsungan usaha perusahaan.

Manajemen menyebut tidak mengetahui adanya aktivitas atau perubahan kepemilikan saham oleh pemegang saham tertentu yang wajib dilaporkan ke OJK.

Sementara itu, dari sisi operasional, perusahaan tengah menjalankan strategi pemasaran dengan melanjutkan proses serah terima unit di proyek Apple 3 dan pembukaan area komersial Plaza Convill. Langkah ini diharapkan dapat mendorong pertumbuhan bisnis ke depan.

Berdasarkan hasil RUPS dan public expose pada 4 September 2025, pemegang saham utama akan melakukan evaluasi terhadap kepemilikan saham dalam tiga bulan ke depan. (Aldo Fernando)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

SHARE