Saham Emiten Emas Curi Panggung, Intip Target ANTM hingga PSAB
Saham emiten emas melanjutkan reli pada Selasa (2/9/2025), seiring investor mencari perlindungan di sektor komoditas.
IDXChannel – Saham emiten emas melanjutkan reli pada Selasa (2/9/2025), seiring investor mencari perlindungan di sektor komoditas ini di tengah harga logam mulia yang menembus rekor tertinggi baru pagi ini.
Pengamat pasar modal Michael Yeoh menilai sejumlah saham emiten emas masih menyimpan potensi teknikal.
“ANTM memiliki target teknikal ke 3.500-3.600,” ujar Michael, Selasa (2/9/2025). Ia menambahkan, “Area ini juga menjadi level penting bagi syarat minimum acquirement untuk ke indeks global MSCI.”
Mengenai BRMS, Michael melihat saham ini tengah membentuk level baru. “BRMS, apabila bertahan di atas 550, akan menjadi area baru dan berpotensi membuat support,” katanya.
Sementara untuk PSAB, Michael menilai pola pergerakan harga cukup menjanjikan. “PSAB memiliki pola yang cukup baik, bullish pennant dengan support 580. Target ke 700 jika berhasil break 630,” tuturnya.
Mengacu pada data Bursa Efek Indonesia (BEI) pukul 11.26 WIB, saham PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) melonjak 10,29 persen, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) menguat 7,19 persen, dan PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA) naik 5,00 persen.
Saham-saham lain juga bergerak positif, seperti PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) yang terapresiasi 2,55 persen, PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) 4,42 persen, dan PT J Resources Asia Pasifik Tbk (PSAB) 4,2 persen.
Harga emas melonjak ke rekor tertinggi pada Selasa (2/9/2025), melanjutkan reli enam hari beruntun didorong pelemahan dolar Amerika Serikat (AS) dan meningkatnya spekulasi pemangkasan suku bunga The Fed bulan ini.
Harga emas spot (XAU) naik 0,5 persen menjadi USD3.492,26 per ons pada pukul 08.57 WIB, setelah sempat menyentuh level tertinggi sepanjang masa di USD3.508,50 pagi ini.
“Lemahnya kondisi ekonomi serta ekspektasi pemangkasan suku bunga AS menjadi penopang logam mulia,” kata analis pasar keuangan Capital.com, Kyle Rodda, dikutip Reuters.
“Faktor lain adalah krisis kepercayaan yang memburuk terhadap aset dolar akibat serangan Presiden AS Donald Trump terhadap independensi The Fed,” imbuhnya.
Trump selama berbulan-bulan mengkritik The Fed dan Ketua Jerome Powell karena tidak menurunkan suku bunga, bahkan baru-baru ini menyoroti renovasi mahal kantor pusat bank sentral di Washington.
Sehari sebelumnya, Menteri Keuangan AS Scott Bessent menegaskan The Fed adalah lembaga independen, namun mengakui bank sentral itu “membuat banyak kesalahan.” Ia juga membela hak Trump untuk memberhentikan Gubernur The Fed Lisa Cook terkait dugaan penipuan hipotek.
Trader kini memperkirakan peluang 90 persen bahwa The Fed memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada 17 September, berdasarkan CME FedWatch Tool. Emas yang tidak memberikan imbal hasil biasanya berkinerja baik di era suku bunga rendah.
Ekspektasi pemangkasan suku bunga dan kekhawatiran soal independensi The Fed telah menekan indeks dolar AS (DXY), yang terpuruk di dekat posisi terendah lebih dari sebulan terhadap mata uang saingannya. Hal ini membuat emas lebih terjangkau bagi pembeli di luar negeri.
Data pada Jumat lalu menunjukkan indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) AS naik 0,2 persen secara bulanan dan 2,6 persen secara tahunan, sesuai perkiraan.
Investor kini menantikan data ketenagakerjaan non-pertanian AS yang akan dirilis Jumat mendatang untuk mengetahui besaran pemangkasan suku bunga The Fed bulan ini. (Aldo Fernando)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.