Saham Emiten Sawit (CPO) Lanjut Reli, BWPT Melonjak 20 Persen
Saham emiten perkebunan sawit atau produsen crude palm oil (CPO) kembali melesat pada perdagangan Rabu (20/8/2025) pagi.
IDXChannel – Saham emiten perkebunan sawit atau produsen crude palm oil (CPO) kembali melesat pada perdagangan Rabu (20/8/2025) pagi, melanjutkan tren positif belakangan ini.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 09.42 WIB, saham PT Eagle High Plantations Tbk (BWPT) melonjak 21,54 persen, PT Gozco Plantations Tbk (GZCO) melambung 18,42 persen, dan PT Pulau Subur Tbk (PTPS) melejit 15,15 persen.
Serupa, saham PT Jhonlin Agro Raya Tbk (JARR) terkerek 10,56 persen, PT Smart Tbk (SMAR) 10,48 persen, dan PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) mendaki 8,00 persen.
Nama-nama lainnya turut unjuk gigi. Saham CSRA meningkat 5,23 persen, SIMP 3,82 persen, SSMS 3,07 persen, TBLA 2,60 persen, TAPG 2,28 persen, LSIP 2,18 persen, AALI 0.68 persen, dan DSNG 0,63 persen.
Sebelumnya, pengamat pasar modal Michael Yeoh menilai saham-saham perkebunan sawit atau CPO sedang berada dalam momentum menarik.
“Menarik, menyusul lobi pemerintah terhadap Uni Eropa, terlihat pembicaraan memasuki arah yang lebih baik,” ujar Michael, Selasa (19/8/2025).
Ia menambahkan, ada beberapa emiten yang kini menjadi perhatian pasar. “Nama-nama seperti DSNG, LSIP, dan TAPG menjadi favorit, menyusul level technical analysis yang berada dalam tren uptrend,” katanya.
Lebih lanjut, sektor perkebunan Indonesia dinilai berpeluang mendapat dukungan dari ketatnya keseimbangan pasokan dan permintaan pada 2025. Dalam riset terbarunya, Bahana Sekuritas memberikan rekomendasi overweight untuk sektor ini.
Analis Bahana menilai, permintaan CPO akan terdorong program B40 yang mewajibkan pencampuran 40 persen biodiesel berbasis sawit dengan 60 persen solar. Di sisi lain, pertumbuhan produksi di Indonesia dan Malaysia diperkirakan terbatas.
Sebagai langkah awal, Bahana Sekuritas mulai mencakup saham DSNG, LSIP, dan TAPG dengan rekomendasi buy (beli).
Dari sisi perdagangan, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indonesia mengekspor 11 juta ton CPO dan produk olahannya pada periode Januari-Juni 2025. Data ini tidak mencakup minyak inti sawit, oleokimia, maupun biodiesel.
Sementara itu, harga CPO di Bursa Malaysia Derivatives terkoreksi pada Rabu (20/8) pagi, turun 1,00 persen ke level MYR4.476 per ton usai sebelumnya sempat menyentuh level MYR4.614, tertinggi dalam 6 bulan terakhir. (Aldo Fernando)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.