MARKET NEWS

Saham GOTO Terus Anjlok Pasca Private Placement, Investor Jadi Pesimistis?

Maulina Ulfa - Riset 13/10/2023 11:52 WIB

Saham emiten e-commerce dan ride-hailing RI, PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) masih terus mengalami tekanan dalam perdagangan sepekan terakhir.

Saham GOTO Terus Anjlok Pasca Private Placement, Investor Jadi Pesimistis? (Foto: MNC Media)

 IDXChannel - Saham emiten e-commerce dan ride-hailing RI, PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) masih terus mengalami tekanan dalam perdagangan sepekan terakhir.

Per pukul 10.46 WIB, saham GOTO longsor 4,11 persen di level Rp70 per lembar saham pada perdagangan jelang akhir pekan, Jumat (13/10/2023).

Sepekan terakhir, usai ambles 5 hari beruntun, saham GOTO sudah melorot 16,67 persen dan secara year to date (ytd), saham GOTO sudah anjlok 21,98 persen. (Lihat grafik di bawah ini.)

Penurunan tajam saham GOTO sejak penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) pada April 2022 membuat kapitalisasi pasar (market cap) anjlok.

Saat listing pada 11 April 2022 di harga penawaran Rp338 per saham, market cap GOTO mencapai Rp400,32 triliun.

Sementara, di harga Rp70 per saham, market cap GOTO mencapai Rp84,1 triliun (dengan mempertimbangkan tambahan jumlah saham dari aksi korporasi teranyar).

Tekanan Jual Tinggi

Tekanan jual pada saham GOTO terbilang tinggi. Dari orderbook-nya, terpantau antrian beli mendominasi dari antrian jual. Dari order bid atau beli, total antriannya mencapai 42 juta lot. Adapun antrian beli terbanyak berada di harga Rp 68/saham yang mencapai 13 juta lot per pukul 11.06 WIB.

Sedangkan dari order offer atau jual, total antriannya mencapai 12,5 juta lot, dengan antrian jual terbanyak berada di harga Rp 72/saham, yang mencapai 1,9 juta lot pada pukul yang sama.

Mengutip data RTI Business, tekanan jual asing pada saham GOTO juga terpantau cukup tinggi, terutama para investor asing.

Dalam tiga bulan terakhir, asing menjual saham GOTO (net sell) senilai Rp1,96 triliun di pasar reguler. Dalam sebulan terakhir, asing juga menjual Rp749,3 miliar dan dalam sepekan terakhir, asing menjual Rp95,12 miliar.

Padahal, GOTO baru saja resmi menuntaskan penambahan modal melalui skema penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (PMTHMETD) alias private placement.

Dari total saham baru yang diterbitkan, induk layanan digital transportasi hingga e-commerce ini mengenggam dana Rp1,5 triliun.

Adapun dalam rencana private placement, berdasarkan keterangan manajemen, perseroan menerbitkan 17.045.733.334 saham Seri A, dengan harga pelaksanaan Rp90 per saham.

"Tanggal pencatatan saham baru di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 11 Oktober 2023," kata manajemen, Kamis (12/10).

Bhinneka Holdings (22) Limited menjadi pihak yang mengambil bagian dalam private placement.

Dengan tuntasnya aksi korporasi ini, Bhinneka kini menguasai 0,64 persen saham dari total jumlah modal ditempatkan dan disetor perseroan.

Entitas berbadan hukum Kepulauan Cayman itu berada dalam jajaran pemegang saham non-multiple voting share (MVS) GOTO. Sebagai catatan, non-MVS adalah pemegang saham yang tidak memiliki hak suara multipel.

Posisi Bhinneka bersanding dengan sejumlah entitas non-MVS lain, antara lain GoTo Peopleverse Fund sebesar 2,64 persen, SVT GT Subco (Singapore) Pte Ltd 3,45 persen, Taobao China Holding Limited 3,94 persen, hingga pemegang saham di bawah 5 persen (publik) sebanyak 31,50 persen.

Dalam keterangan resminya, GOTO menyebut, secara bersamaan Bhinneka menerbitkan obligasi bersifat ekuitas kepada International Finance Corporation (IFC) dan WAF Investments Cayman LLC, sebuah entitas yang dimiliki oleh Franke & Company.

"Obligasi bersifat ekuitas ini dapat ditukarkan menjadi saham perseroan yang dimiliki oleh Bhinneka Holdings," ujar manajemen GOTO.

Sebagai informasi, IFC merupakan bagian dari Grup Bank Dunia dan lembaga pembangunan global terbesar dengan fokus pada sektor swasta di pasar negara berkembang. IFC mengumumkan kemitraan dengan GOTO melalui kesepakatan investasi sampai dengan USD150 juta (setara sekitar Rp2,30 triliun).

Investasi ini meliputi jumlah sampai dengan USD125 juta dari IFC dan USD25 juta dari firma investasi privat Franke & Company, Inc.

Perseroan akan menerima investasi melalui penerbitan saham baru dalam rangka penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (PMTHMETD).

Obligasi bersifat ekuitas yang diterbitkan oleh Bhinneka Holdings Limited kepada IFC yang dapat ditukarkan dengan saham Seri A Perseroan yang akan diambil bagian olehnya pada harga penukaran Rp135, yang merefleksikan nilai premium sebesar 50 persen dari harga rata-rata tertimbang saham Perseroan pada satu bulan terakhir.

Obligasi bersifat ekuitas di atas memiliki tingkat kupon sebesar 5 persen per tahun yang dibayarkan dua kali dalam satu tahun dan akan jatuh tempo pada bulan Oktober 2028.

Peluang GOTO di Aturan Baru E-Commerce

Pemerintah baru saja menerbitkan aturan yang mengatur terkait layanan e-commerce di Indonesia. Peraturan ini tertuang Kementerian Perdagangan No.3/2023 yang berfungsi sebagai strategi dua arah.

Pertama, mengendalikan aliran produk impor ke Indonesia untuk melindungi perekonomian lokal.

Kedua, berfungsi untuk mengontrol efektivitas media sosial sebagai alat yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam membeli barang.

BRI Danareksa Sekuritas dalam riset terbarunya mengatakan, aturan ini berpotensi mendorong persaingan yang lebih setara untuk platform e-commerce.

“Kami yakin platform e-commerce besar (Shopee, Tokopedia, Lazada, Bukalapak dan Blibli) akan bersaing secara lebih seimbang karena tidak satu pun dari mereka yang menggunakan media sosial. Kami pikir langkah yang mungkin dilakukan adalah platform besar ini mencoba menangkap pangsa pasar Tiktok dengan melakukan lebih banyak subsidi, dan mengembangkan lebih banyak kemampuan untuk terlibat dengan cara yang sama seperti Tiktok,” ungkap BRI Danareksa Sekuritas.

Kondisi ini diharapkan dapat mendorong kinerja GOTO moncer di kuartal 3 tahun ini. GOTO diharapkan dapat menghasilkan pertumbuhan GTV kuartal per kuartal (qoq).

“Kami berharap GOTO dapat memberikan pemulihan GTV dan melihat ruang untuk penerapan subsidi yang lebih tepat sasaran. Kami memperkirakan GOTO akan mencatat pertumbuhan GTV qoq di 3Q23 bersih sebesar Rp50 triliun/bulan atau sekitar pertumbuhan 5 persen qoq,” tambah BRI Danareksa Sekuritas.

Meski demikian, BRI Danareksa Sekuritas menyebutkan masih terlalu dini untuk mengukur apakah GOTO bisa merebut pangsa pasar yang ditinggalkan oleh platform perdagangan sosial saingannya.

“Dari sisi pendapatan, kami memperkirakan perusahaan teknologi akan melihat momentum positif di 3Q23 dengan pertumbuhan GTV dan kerugian EBITDA yang lebih rendah. Kami mempertahankan peringkat OW kami pada sektor ini dengan pilihan utama kami adalah GOTO (BELI, TP Rp150) dan BUKA (BELI, TP Rp340),” imbuh BRI Danareksa Sekuritas. (ADF)

SHARE